Latar Belakang Hubungan Karateristik Dan Persepsi Masyarakat Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Keikusertaan Menjadi Peserta JKN Di Kota Medan Tahun 2014

16 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hal yang paling berharga dibandingkan segala sesuatunya di dunia ini, karena hanya pada saat sehatlah seseorang dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Memelihara kesehatan itu tidak mudah dan membutuhkan biaya yang mahal. Akan tetapi, biaya dan tenaga yang dibutuhkan pada saat sakit jauh lebih besar lagi. Semakin majunya zaman, maka semakin banyak pula perkembangan penyakit yang kebanyakan penyakit tersebut diakibatkan oleh perilaku manusia. Sementara pengobatannya membutuhkan biaya yang cukup mahal. Sementara saat sekarang ini, dunia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas, yang didukung fisik dan mental sehat agar mampu berkompetisi secara optimal di zaman persaingan ini. Paradigma sehat menunjukkan bahwa kesehatan tidak lagi hanya pada bebas dari penyakit, tetapi lebih kepada sumber daya yang memberi kemampuan kepada individu, kelompok, organisasi, dan masyarakat untuk mengelola dan merubah pola hidup, kebiasaan, dan lingkungan tempat dia melangkah. Pada saat ini, kesehatan diukur dari angka kesakitan, angka kecacatan, dan angka kematian. Sedangkan paradigma lama berorientasi kepada penyakit, seberapa besar penyakit yang melanda masyarakat. Oleh karena itu, paradigma baru ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang seoptimal mungkin melalui pengurangan penderitaan dan kecemasan, serta peningkatan harkat diri dan kemampuan untuk mandiri. 1 Universitas Sumatera Utara 17 Kondisi kesehatan Negara Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini menunjukkan adanya dampak dari ekspansi penyediaan fasilitas kesehatan publik pada tahun 1970 dan 1980. Pada awalnya penyakit masyarakat Indonesia kebanyakan penyakit menular, namun saat sekarang ini telah bertambah juga penyakit tidak menular atau biasa disebut penyakit degeneratif. Saat ini, penyakit tidak menular yang meningkat adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes mellitus, dan kanker. Bahkan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab dari 30 persen kematian di Jawa dan Bali Bank Dunia, The World Bank, Peningkatan Keadaan Kesehatan Indonesia, 2010. Di Provinsi Sumatera Utara, status kesehatannya yang ditunjukkan melalui laporan kesehatan pada Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara diketahui bahwa derajat kesehatan masyarakat Provinsi Sumatera Utara semakin meningkat, dilihat dari penurunan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu serta morbiditas penyakit, peningkatan status gizi masyarakat dan umur harapan hidup. Namun peningkatan ini masih dibawah target, oleh karena itu masih perlu dilakukan upaya percepatan pencapaian sesuai dengan target Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013-2018 dan Renstra Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010-2014. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010- 2014 yang mengacu kepada Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang pembangunan nasional. Pembangunan dalam bidang kesehatan ini diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Universitas Sumatera Utara 18 negara Indonesia agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya di Indonesia dapat terwujud. Pembangunan kesehatan ini diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat. Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada pasal 168 pada UU tersebut juga menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan bahwa pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan memengaruhi tindakan masyarakat tersebut untuk mencapai pemeliharaan kesehatan yang optimal. Tindakan ini tidak terlepas dari pengalaman, sikap, kepercayaan yang berada pada diri individu. Kemudian dari pengetahuan ini menghasilkan suatu persepsi masyarakat terhadap peranan pusat kesehatan masyarakat tersebut. Bila dilihat dari pandangan pelayanan sosial yang meliputi program-program kegiatan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat. Pelayanan program Universitas Sumatera Utara 19 pemeliharaan kesehatan yang telah dilakukan diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah Indonesia mengeluarkan biaya untuk pembiayaan kesehatan diambil dari dana yang bersumber dari pemerintah pusat dan lokal pada semua sektor, dari pajak atau kontribusi asuransi kesehatan baik yang dibayarkan oleh pekerja atau pemerintah atau keduanya yang dianggap sebagai pengeluaran pemerintah dan kontribusi asuransi social, dari pembayaran secara sukarela oleh individu atau pekerja yang dianggap pengeluaran swasta, dari sumber eksternal seperti bantuan dari luardonor yang datang melalui kerjasama program bilateral atau LSM international, dan dari swasta BUMN yang langsung memberi pelayanan kesehatan bagi karyawan. Pengeluaran biaya kesehatan Indonesia masih tergolong sangat rendah, yakni hanya sekitar 2,4 dari produk domestik bruto Gross Domestic Product-GDP atau sekitar 2,2-2,5 dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 44 dolar AS perkapita. Sementara rekomendasi WHO untuk anggaran pembangunan kesehatan suatu negara harus berada pada kisaran minimal 5 dari GDP WHO, 2000. Sumber pembiayaan untuk kesehatan di Indonesia secara umum diambil dari pemerintah pusat dan dana dekonsentrasi, pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi Pendapatan Anggaran Daerah-PAD ditambah dana desentralisasi Dana Alokasi Umum-DAU provinsi dan Dana Alokasi Khusus-DAK provinsi, pemerintah kabupaten kota melalui skema dana pemerintah kabupatenkota PAD ditambah dana desentralisasi DAU kabupatenkota dan DAK kabupaten kota Pemerintah RI, 1999. Universitas Sumatera Utara 20 Asuransi dapat diartikan sebagai jaminan terhadap segala kemungkinan atau risiko yang akan terjadi di waktu akan datang. Asuransi merupakan istilah pada tindakan, sistem, atau bisnis ganti rugi secara finansial untuk jiwa, properti, kesehatan, dan lainnya untuk mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak terduga, seperti kematian, kehilangan, kerusakan, atau sakit dengan melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu. Asuransi secara finansial dimanfaatkan sebagai bentuk pengendalian risiko, dan memiliki berbagai manfaat dalam fungsi utama, fungsi sekunder, dan fungsi tambahan. Fungsi utama asuransi adalah sebagai pengalihan risiko serta pengumpulan dana dan premi yang seimbang. Fungsi sekunder asuransi adalah merangsang pertumbuhan usaha, mencegah kerugian, pengendalian kerugian, memiliki manfaat sosial, dan sebagai tabungan. Sedangkan fungsi tambahan asuransi adalah sebagai investasi dana dan invisible earnings. Asuransi terlebih asuransi kesehatan sangat penting bagi masyarakat karena asuransi kesehatan dapat mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, mengubah peristiwa yang tidak pasti menjadi pasti dan terencana, serta dapat membantu mengurangi risiko perorangan ke risiko sekelompok orang dengan cara perangkuman risiko. Oleh karena itu, maka akan terjadi subsidi silang antara yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit, dan yang kaya membantu yang miskin. Universitas Sumatera Utara 21 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN yang sudah mulai diterapkan sejak 1 Januari 2014 dan BPJS ini bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. BPJS merencanakan bahwa pada tahun 2014 masyarakat Indonesia yang ikut dalam program SJSN mencapai 70. Dan target yang lebih tinggi lagi yang dicanangkan oleh BPJS adalah pada tahun 2017 akan terdapat 90 lebih rakyat Indonesia sudah mengikuti program SJSN. Dan pada tahun 2019 ditargetkan seluruh warga di Indonesia masuk SJSN. Target yang telah dibuat BPJS agar seluruh warga di Indonesia masuk SJSN harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah hingga masyarakat sendiri. Tetapi masyarakat dapat mendukung program itu, apabila masyarakat tahu, kenal, dan paham akan program tersebut. Dari pihak pemerintah sendiri, telah mensosialisasikan program SJSN melalui media sosial agar seluruh masyarakat mengetahuinya dan diharapkan masyarakat mau mendaftarkan diri jadi peserta SJSN. JKN sebagai program baru di Indonesia yang masih sedang dalam tahap awal yakni tahap mensosialisasikan dan pendaftaran untuk menjadi peserta JKN, diperlukan partisipasi masyarakat dan keluarga. Hal ini supaya penyelenggaraa JKN ini dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Ada berbagai hal yang memengaruhi masyarakat mau untuk menjadi peserta JKN ini, baik dari segi karakteristik maupun persepsi masyarakat akan JKN ini, terutama masyarakat yang belum menjadi peserta jaminan kesehatan nasional sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 22 Penelitian-penelitian terdahulu yang juga membahas tentang hubungan karakteristik atau persepsi masyarakat tentang jaminan kesehatan ada seperti penelitian Noviansyah, Kristiani, dan Fatwa 2006 tentang persepsi masyarakat terhadap Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin PJKMM. Faktor internal personal yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap PJKMM yaitu pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan motivasi. Faktor motivasi mempunyai keeratan kuat dengan persepsi terhadap PJKMM, sementara pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman mempunyai keeratan hubungan sedang. Faktor eksternalnya berupa proses sosialisasi yang ditujukan bagi masyarakat miskin di Kota Metro hanya dilakukan tiga bulan di awal penyelenggaraan JPKMM Berita Kedokteran Masyarakat, 2006. Penelitian Aryandhini 2010 mengenai persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan Jamkesmas di Puskesmas Pasirian Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang. Berdasarkan hasil penelitiannya, indikator kualitas pelayanan seperti kehandalan, daya tanggap, jaminan, perhatian, dan bukti fisik, bahwa tidak ada satu indikator yang memiliki citra kurang baik di masyarakat. Persepsi masyarakatnya terhadap Jamkesmas dinilai dengan kesimpulan baik. Data kesehatan tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa masyarakat pengguna jaminan-jaminan kesehatan berikut ada sebanyak: 1. Asuransi kesehatan Askes ada sebanyak 804.219 jiwa, yang digunakan oleh Pegawai Negeri Sipil, veteran, dan ABRI, Universitas Sumatera Utara 23 2. Jaminan kesehatan masyarakat Jamkesmas ada sebanyak 4.124.247 jiwa, 3. Jaminan Kesehatan daerah Jamkesda ada sebanyak 565.473 jiwa, 4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat JPKMS Kota Medan ada sebanyak 354.855 jiwa atau 78.006 kepala keluarga. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 ada sebanyak 12.982.204 jiwa berarti masih banyak jumlah masyarakat yang belum menggunakan asuransi kesehatan nasional. Dibandingkan lagi pada tahun 2012 ada sebanyak 13.215.401 jiwa, maka masih banyak jumlah masyarakat yang belum menggunakan asuransi kesehatan nasional Portal Resmi Pemerintah Kota Medan, pemkomedan.go.id. Kondisi penggunaan jaminan kesehatan di Kota Medan sendiri yang ditunjukkan melalui koran Sumut Pos Agustus 2012 pada edisi “Medan Kota Terb esar Pengguna Program Dana Talangan”, dikatakan bahwa Dinas Kesehatan Medan sudah menjamin kesehatan bagi 384.855 jiwa warga miskin di Kota Medan dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat JPKMS. Namun terhitung sejak Januari hingga Juli 2012, penduduk Kota Medan merupakan pengguna terbesar kedua program Jamkesda Provinsi Sumatera Utara. Pada survei awal yang telah dilakukan oleh penulis terhadap 10 orang yang diambil secara acak, didapat bahwa ada 5 orang memiliki asuransi kesehatan sebelum adanya JKN dan 5 orang yang tidak menggunakan asuransi kesehatan apapun. Data Universitas Sumatera Utara 24 ke-5 orang yang tidak menggunakan asuransi kesehatan apapun tersebut adalah sebagai berikut. 1. Ada 1 responden tidak mengetahui tentang BPJS ataupun JKN. 2. 4 responden yang mengetahui tentang BPJS atau JKN memperoleh informasinya dari televisi. 3. 2 responden yang mengetahui tentang JKN tidak mau menjadi peserta JKN karena merasa dirugikan dengan adanya iuran perbulan per orang. 4. 2 responden tahu tentang JKN dan mau menjadi peserta JKN. Oleh karena hal-hal diatas, penulis meneliti apakah ada hubungan karakteristik dan persepsi masyarakat di Kota Medan tentang Jaminan Kesehatan Nasional JKN terhadap keikutsertaan menjadi peserta JKN tahun 2014 ini.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

hubungan karateristik dan persepsi masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap keikusertaan menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014

19 72 157

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

7 64 124

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

1 58 114

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Desa Binjai Kota Medan Tahun 2016

0 6 110

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Desa Binjai Kota Medan Tahun 2016

2 1 16

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Desa Binjai Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Karateristik Dan Persepsi Masyarakat Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Keikusertaan Menjadi Peserta JKN Di Kota Medan Tahun 2014

0 0 36

Hubungan Karateristik Dan Persepsi Masyarakat Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Keikusertaan Menjadi Peserta JKN Di Kota Medan Tahun 2014

0 0 37

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Karateristik Dan Persepsi Masyarakat Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Keikusertaan Menjadi Peserta JKN Di Kota Medan Tahun 2014

0 0 10

Hubungan Karateristik Dan Persepsi Masyarakat Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Keikusertaan Menjadi Peserta JKN Di Kota Medan Tahun 2014

0 0 15