106
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Karakteristik Responden dengan Keikutsertaan Menjadi
Peserta JKN Pada penelitian ini, karakteristik responden yang diukur terdiri atas umur,
jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah penghasilan keluarga. Berikut ini akan dibahas hubungan setiap unsur
karakteristik responden dengan keikutsertaannya menjadi peserta JKN. Hasil penelitian tabel 4.7 menunjukkan bahwa umur responden paling banyak
ada pada kelompok umur ≤ 58 tahun sebanyak 80 orang 100,0, dengan 50 orang 62,5 yang mau dan 30 orang 37,5 yang tidak mau menjadi peserta JKN.
Secara statistik hubungan umur responden dengan keikutsertaannya menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p
0,05 yang berarti ada hubungan umur dengan keikutsertaan menjadi peserta JKN. Menurut penulis bahwa kemauan masyarakat menjadi peserta JKN di Kota
Medan tahun 2014 memang memiliki hubungan dengan umur responden. Hal ini dilihat dari umur produktif responden yang lebih banyak diwawancarai lebih banyak
mau menjadi peserta JKN. Tetapi sebenarnya apabila dilihat dari jumlah responden antara mau dan tidak mau menjadi peserta JKN memiliki jumlah frekuensi yang
hampir sama, yakni 60 orang dan 40 orang. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.8 bahwa jenis kelamin yang
paling banyak mau menjadi peserta JKN adalah perempuan sebanyak 54 orang dengan 34 orang 63,0 yang mau dan 20 orang 37,0 yang tidak mau menjadi
91
Universitas Sumatera Utara
107
peserta JKN. Secara statistik hubungan jenis kelamin responden dengan keikutsertaannya menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dengan
menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,424 0,05 yang berarti tidak ada hubungan jenis kelamin dengan keikutsertaan menjadi peserta JKN.
Menurut penulis bahwa kemauan masyarakat menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dilihat dari jenis kelamin hampir sama karena persentase antara
mau dan tidak mau beda sedikit yakni 10. Hal ini menunjukkan bahwa responden baik laki-laki ataupun perempuan memiliki keinginan yang sama untuk menjadi
peserta JKN. Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden baik laki-laki ataupun perempuan yang mau menjadi peserta JKN.
Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.9 bahwa jumlah anggota keluarga responden yang paling banyak mau menjadi peserta JKN adalah responden
beranggotakan ≤ 4 orang sebanyak 66 orang dengan 40 orang 60,6 yang mau dan 26 orang 39,4 yang tidak mau menjadi peserta JKN. Secara statistik hubungan
jumlah anggota keluarga responden dengan keikutsertaannya menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p =
0,001 0,05 yang berarti ada hubungan jumlah anggota keluarga responden dengan keikutsertaan menjadi peserta JKN.
Menurut penulis bahwa kemauan masyarakat menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dilihat dari jumlah anggota keluarga responden memang memiliki
hubungan dengan keikutsertaan responden menjadi peserta JKN. Pada saat
Universitas Sumatera Utara
108
melakukan penelitian, responden banyak memberi alasan bahwa jumlah anaknya akan memengaruhi pengeluarannya perbulan hanya untuk membayar iuran
kepesertaan. Bagi responden yang jumlah anaknya sedikit mau menjadi peserta JKN karena merasa terbantu dan yang tidak mau karena merasa ekonominya mampu.
Sedangkan responden yang anaknya 4 orang merasa berat untuk membayar iuran bagi yang tidak mau menjadi peserta JKN dan bagi yang mau menjadi peserta JKN
karena merasa kesehatan penting dan membantu walaupun anaknya banyak. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tempat tinggal bisa
memengaruhi kemauan warga menjadi peserta JKN. Menurut penulis bahwa kemauan masyarakat menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dilihat dari
tempat tinggal responden memang memengaruhi kemauan responden, karena jarak rumah responden dari tempat pendaftaran. Setelah wawancara dengan responden,
ternyata jarak rumah responden membuat responden merasa waktunya sia-sia hanya untuk mengurus kepesertaan JKN karena jarak yang jauh. Pada Kecamatan Medan
Tuntungan saja yang berada di daerah pinggiran Kota Medan kebanyakan responden mau menjadi responden bila kepala lingkungan aktif mendaftarkan warganya karena
responden merasa waktunya padat. Pada Kecamatan Medan Baru banyak mau menjadi peserta JKN karena kepala lingkungannya aktif mendaftarkan warganya.
Sedangkan pada Kecamatan Medan Kota mau menjadi peserta JKN hanya karena JKN ini membantu.
Saat wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa warga di Kecamatan Medan Tuntungan masih kekurangan informasi tentang JKN karena tokoh-tokoh
Universitas Sumatera Utara
109
masyarakatnya tidak aktif. Hal serupa juga terjadi di Kecamatan Medan Kota, masih banyak warga belum tahu informasi JKN karena tokoh-tokoh masyarakatnya tidak
aktif. Berbeda dengan Kecamatan Medan Baru yang tokoh-tokoh masyarakatnya aktif memberikan informasi dan aktif mendaftarkan warganya. Hal ini menunjukkan
bahwa daerah di pinggiran dan di tengah Kota Medan kekurangan informasi karena tokoh masyarakatnya tidak aktif.
Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.10 bahwa pendidikan responden yang paling banyak mau menjadi peserta JKN adalah responden yang
memiliki pendidikan rendah yakni sebanyak 45 orang 60,8. Sedangkan responden yang memiliki pendidikan tinggi memiliki persentase yang hampir sama antara
jumlah responden yang mau dan yang tidak mau menjadi peserta JKN yakni 15 orang 57,7 yang mau dan 11 orang 42,3 yang tidak mau menjadi peserta JKN.
Secara statistik hubungan pendidikan responden dengan keikutsertaannya menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dengan menggunakan uji chi square
diperoleh nilai p 0,05 yang berarti ada hubungan pendidikan dengan keikutsertaan menjadi peserta JKN.
Menurut penulis bahwa kemauan masyarakat menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dilihat dari pendidikan menunjukkan persentase yang signifikan.
Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah memiliki tingkat mau yang tinggi sedangkan responden berpendidikan tinggi memiliki persentase yang hampir
sama. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, penulis menyimpulkan
bahawa responden
yang berpendidikan
rendah memang
Universitas Sumatera Utara
110
menggantungkan pembiayaan kesehatannya kepada pemerintah. Hal ini juga didukung oleh penghasilan responden berpendidikan rendah lebih terbatas daripada
responden berpendidikan tinggi. Sedangkan responden berpendidikan tinggi kebanyakan juga lebih memilih mengikuti asuransi kesehatan milik swasta, karena
menurut mereka asuransi kesehatan milik swasta lebih menjamin pembiayaan dan pelayanan kesehatan yang akan diterima responden. Hal lain yang mendukung
responden berpendidikan tinggi banyak juga tidak mau menjadi peserta JKN adalah karena sejak dulu sudah menjadi peserta asuransi kesehatan milik swasta dan telah
menikmati pelayanan asuransi kesehatan milik swasta. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.11 bahwa pekerjaan responden
yang paling banyak mau menjadi peserta JKN adalah responden yang tidak bekerja yakni sebanyak 20 orang 62,5. Menurut penulis bahwa kemauan masyarakat
menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dilihat dari pekerjaan responden memang memengaruhi karena pekerjaan responden memengaruhi penghasilan
keluarga perbulan. Pekerjaan responden juga sangat berhubungan dengan jumlah anggota keluarganya sehingga berpengaruh pada pengeluarannya. Tetapi bagi
responden yang peduli akan kesehatannya mau menjadi peserta JKN walaupun pekerjaannya sebagai pedagang, petani, dan nelayan dengan prinsip JKN membantu.
Responden yang tidak mau menjadi peserta JKN paling banyak adalah responden yang bekerja. Menurut penulis dilihat pada saat melakukan penelitian
bahwa responden yang bekerja tidak mau menjadi peserta JKN karena responden lebih memilih asuransi kesehatan milik swasta. Hal ini dikarenakan pengalaman
Universitas Sumatera Utara
111
responden yang telah lebih menikmati pembiayaan dan pelayanan kesehatan asuransi kesehatan milik swasta lebih pasti daripada asuransi kesehatan milik pemerintah.
Ketidakmauan responden ini juga dikaitkan dengan penghasilan keluarga yang didapat, sehingga mereka berprinsip bahwa lebih baik membayar mahal tetapi pasti
daripada bayar murah tetapi memiliki pelayanan yang rumit. Secara statistik hubungan pekerjaan responden dengan keikutsertaannya menjadi peserta JKN di Kota
Medan tahun 2014 dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p 0,05 yang berarti ada hubungan pekerjaan dengan keikutsertaan menjadi peserta JKN.
Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4.12 bahwa jumlah penghasilan keluarga responden yang paling banyak mau menjadi peserta JKN adalah yang
berpenghasilan UMK Medan yakni Rp1.650.000,- sebanyak 44 orang 61,1. Sedangkan responden yang tidak mau menjadi peserta JKN paling banyak ada pada
responden yang memiliki jumlah penghasilan keluarga ≤ UMK Medan yakni sebanyak 12 orang 42,9. Secara statistik hubungan jumlah penghasilan keluarga
responden dengan keikutsertaannya menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014 dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p 0,05 yang berarti ada
hubungan jumlah penghasilan keluarga dengan keikutsertaan menjadi peserta JKN. Menurut penulis bahwa kemauan masyarakat menjadi peserta JKN di Kota
Medan tahun 2014 dilihat dari jumlah penghasilan keluarga sangat memengaruhi kemauan warga menjadi peserta JKN. Pada responden berpendapatan yang terbatas
yakni responden yang jumlah penghasilan keluarganya ≤ UMK Medan menyebabkan persentase responden tidak mau menjadi peserta JKN cukup tinggi, karena uang
Universitas Sumatera Utara
112
untuk membayar iuran JKN kurang. Responden tersebut lebih banyak berpikiran bahwa uang untuk iuran kepesertaan JKN terlalu mahal dan mereka juga tidak terlalu
mementingkan kesehatan keluarga. Sedangkan responden berpenghasilan UMK Medan juga memiliki persentase yang lumayan banyak tidak mau menjadi peserta
JKN karena mereka merasa tidak membutuhkan JKN ini dan lebih memilih asuransi kesehatan milik swasta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Medan tahun 2014 dilihat dari variabel-variabel karakteristiknya sangat memengaruhi keikutsertaannya
untuk mau menjadi peserta JKN. Hal ini disimpulkan dari unsur karakteristik bagian umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan jumlah
penghasilan keluarga yang memiliki hubungan dengan keikutsertaan responden menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014. Hanya jenis kelamin saja yang tidak
ada hubungannya dengan keikutsertaan responden menjadi peserta JKN. Berarti masyarakat Kota Medan tahun 2014 cukup antusias menjadi peserta JKN bila
karakteristik responden didukung dengan keaktivan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh kesehatan setempat.
5.2 Hubungan Persepsi Responden Tentang JKN dengan Keikutsertaan