24
ke-5 orang yang tidak menggunakan asuransi kesehatan apapun tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ada 1 responden tidak mengetahui tentang BPJS ataupun JKN.
2. 4 responden yang mengetahui tentang BPJS atau JKN memperoleh
informasinya dari televisi. 3.
2 responden yang mengetahui tentang JKN tidak mau menjadi peserta JKN karena merasa dirugikan dengan adanya iuran perbulan per orang.
4. 2 responden tahu tentang JKN dan mau menjadi peserta JKN.
Oleh karena hal-hal diatas, penulis meneliti apakah ada hubungan karakteristik dan persepsi masyarakat di Kota Medan tentang Jaminan Kesehatan Nasional JKN
terhadap keikutsertaan menjadi peserta JKN tahun 2014 ini.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan karateristik dan persepsi
masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional JKN terhadap keikusertaan menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara karateristik dan persepsi masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional JKN
terhadap keikusertaan menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014. Tujuan
Universitas Sumatera Utara
25
lainnya adalah untuk melihat keaktivan warga menjadi peserta JKN berdasarkan tempat tinggalnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian mengenai hubungan karateristik dan persepsi masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional JKN terhadap keikusertaan menjadi peserta
JKN di Kota Medan tahun 2014 ini adalah: 1.
Sebagai bahan masukan untuk instansi kesehatan, terlebih Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan selaku penyelenggara Jaminan
Kesehatan Nasional, 2.
Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan dan manfaat kepada ilmuwan kesehatan, sehingga dapat memperkaya dan mengembangkan ilmu
pengetahuan bidang kesehatan, terlebih ilmu kesehatan masyarakat, dan 3.
Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang juga meneliti permasalahan yang sama, terlebih penelitian yang berhubungan dengan
jaminan kesehatan, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan.
Universitas Sumatera Utara
26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat Azrul A, 1996. Pembiayaan kesehatan harus kuat, stabil, dan selalu berkesinambungan untuk
menjamin terselenggaranya kecukupan adequacy, pemerataan equity, efisiensi efficiency, dan efektifitas effectiveness pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Pengertian pembiayaan tersebut merujuk pada dua sudut pandang berikut: 1.
Penyelenggara pelayanan kesehatan health provider yaitu besarnya dana untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta
dana operasional. 2.
Pemakai jasa pelayanan health consumer yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
Sektor pemerintah dan sektor swasta penyelenggara kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu negara. Total biaya dari sektor
pemerintah dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Hal yang penting dalam pembiayaan
kesehatan adalah cara memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien dari aspek ekonomi dan sosial serta dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat yang
membutuhkan. Oleh karena itu syarat pokok dalam pembiayaan kesehatan yang harus saling berkesinambungan terdiri atas:
11
Universitas Sumatera Utara
27
1. Jumlah harus memadai untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan
tidak menyulitkan masyarakat yang memanfaatkannya. 2.
Penyebaran harus sesuai dengan kebutuhan untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan masyarakat.
3. Pemanfaatan harus diatur setepat mungkin agar tercapai efektifitas dan
efisiensi pembiayaan kesehatan. Cara-cara pembiayaan kesehatan terdiri atas:
1. Out of pocket, yakni masyarakat harus mengeluarkan dari kantong sendiri,
2. Perusahaan tempat pasien bekerja yang membiayai kesehatan pekerjanya,
3. Perusahaan asuransi bagi pasien yang menjadi peserta asuransi tertentu,
4. Charity, yakni sumbangan dari individu atau lembaga sosial, dan
5. Pemerintah yang membayarkan melalui alokasi anggaran untuk pelayanan
publik . Jenis-jenis pembiayaan kesehatan dilihat dari pembagian pelayanan kesehatannya
terdiri atas: a.
Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan danatau memanfaatkan pelayanan kedokteran yang tujuan utamanya mengarah ke
pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta.
b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan
danatau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang tujuan utamanya
Universitas Sumatera Utara
28
mengarah ke peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari sektor pemerintah.
Pelayanan-pelayanan kesehatan dibiayai dari sumber-sumber seperti: a.
Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah propinsi dan kabupatenkota dengan dana berasal dari pajak umum dan pajak penjualan,
pinjaman luar negeri deficit financial, serta asuransi sosal. b.
Swasta, dengan sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta, sumbangan sosial, pengeluaran rumah tangga, serta communan self help.
Standar kesehatan World Health Organization WHO menetapkan bahwa anggaran kesehatan harus mencapai 15 dari APBN. Namun, pada tahun 2009
Indonesia telah menaikkan 3 kali lipat anggaran sektor kesehatan dari tahun sebelumnya hanya sebesar 2.64 atau sekitar Rp 18,8 triliun. Dari dana sebesar itu,
54,1 digunakan untuk biaya pembelian obat dan alat. Sementara pada UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN telah mengatur
pembiayaan dengan sistem asuransi. Penerapan pembiayaan kesehatan dengan sistem asuransi akan menggeser
tanggung jawab perorangan menjadi tanggung jawab kelompok. Sistem asuransi juga akan mengubah sistem pembayaran dari setelah pelayanan diberikan menjadi sebelum
pelayanan diberikan serta sesudah sakit menjadi sebelum sakit. Sistem asuransi ini menguntungkan masyarakat sebagai pengguna layanan kesehatan dan menjadi sarana
sektor swasta untuk berperan dalam upaya kesehatan nasional.
Universitas Sumatera Utara
29
2.2 Asuransi di Indonesia