42 oleh Bapak BS selaku Kepala Desa. Biaya untuk mendirikan Sekolah ini bersumber
dari dana Swadaya di tambah dengan donatur tidak mengikat dari masyarakat, yang dimaksud dengan donatur tdak mengikat ini adalah donatur yang tidak ada
imbalannya atau donatur yang tidak ada embel- embelnya. Sekolah Hidayatullah ini memiliki 30 murid untuk sekolah taman Kanak
–Kanak TK dan 40 murid untuk Sekolah Dasar SD, selain itu, sekolah ini terbuka untuk umum. baik dari
masyarakat kurang mampu, maupun untuk masyarakat berada. Dan sekolah ini terbuka untuk masyarakat dari luar Desa Sena.Sekolah Hidayatullah ini sampai
sekarang belum pernah diberi bantuan oleh pemerintah daerah, masih murni dari donatur tidak mengikat. Menurut Bapak Bantul Suprayetno pembanguna di Desa
Sena ini sudah membaik saat beliau menjabat, di bandingkan pada saat sebelum beliau menjabat, banyak sekali pembangunan desa yang tidak berjalan. Maka dari itu
beliau dipercaya oleh masyarakat untuk menjabat sebagai kepala desa lagi pada periode 2016 mendatang.
4.5.2. Informan ke Dua Tokoh Adat
Nama : Tumin
Usia : 23 November 1939
Jenis Kelamin : Laki- Laki Agama
: Islam Suku
: Jawa Alamat
: Dusun II, Desa Sena
Universitas Sumatera Utara
43 Bapak Tumin adalah seorang mantan Kepala Desa, beliau menjabat sebagai
Kepala Desa pada tahun 1984-1994, Menurut Beliau masyarakat asli Desa Sena dahulunya adalah suku melayu, orang jawa datang ke Desa Sena pada masa Belanda,
itu hanya sebagai buruh kontrak, yang bekerja di perusahaan – perusahaan besar milik
orang Asing. setelah kontrak berakhir banyak dari suku jawa yang tidak kembali ke asal Mereka, dengan alasan lebih memilih menetap dan mencari pekerjaan di Desa
Sena. tidak sedikit dari suku jawa yang menikah dengan masyarakat asli desa sena yaitu suku melayu, dari pernikahan ini setiap keluarga mengenalkan adat istiadat
mereka satu sama lain kepada keturunan mereka, dengan banyaknya suku jawa di Desa Sena membuat suku asli desa sena memilih meninggalkan desa untuk mencari
tempat tinggal yang baru, suku melayu menjual tanah mereka kepada suku jawa. Pada masa jabatan bapak Tumin, Desa Sena masih dalam kondisi kurang baik,
jalan masih tanah merah, sehingga pada musim hujan masyarakat yang hendak berpergian bekerja harus melewati lumpur, selanjutnya tidak ada lampu jalan yang
menerangi pada malam hari sehingga bapak Tumin membuat tim untuk ronda malam atau yang disebut dengan pos kambling. Petugas yang menjaga setiap malam ada 3
orang dalam 1 dusun, penjagaan di mulai dari jam 9 malam sampai jam 5 pagi, kegitan ronda malam ini pada saat itu tidak di gaji oleh pemerintah daerah, mereka
bekerja dengan suka rela tanpa ada paksaan dari siapapun, karna menurut bapak Tumin mereka menjaga malam demi keamanan Desa dan keluarga mereka sendiri.
Selain itu beliau juga mengadakan jumpitan beras, yang dimaksud dengan jumpitan beras menurut bapak Tumin setiap ibu rumah tangga yang hendak memasak nasi
wajib menjepit beras sebanyak tiga kali dalam setiap memasak nasi, lalu jempitan
Universitas Sumatera Utara
44 beras itu disimpan dirumah masing - masing dan setiap beras yang sudah mencapai
berat 1 kg di dalam rumah wajib melapor ataupun mengantar kerumah saya, lalu jempitan beras itu disimpan dalam waktu yang tidak tentu.
Lebih lanjut, Jempitan beras ini berguna untuk membantu masyarakat yang mengalami kesusahan seperti sakit parah dan tidak bisa membayar biaya rumah sakit,
mengalami kemalangan dalam keluarga, dan sebagainya. Maka jempitan beras yang sudah terkumpul tadi di jual dan hasil penjualan beras itu diberikan pada masyarakat
yang membutuhkan bantuan. Menurut bapak Tumin jumpitan beras ini berasal dari jawa, masyarakat di jawa sana dulu juga mengadakan jumpitan beras saat hendak
membantu sesama masyarakat. Maka dari itu beliau membuat jumpitan beras di Desa Sena, bapak Tumin juga mengatakan bahwa pada masa beliau menjabat masyarakat
tidak ada yang keberatan dengan jumpitan beras tersebut, bahkan masyarakat merasa terbantu dengan adanya jumpitan beras tersebut di Desa Sena pada saat itu.
4.5.3. Informan Ketiga