9
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan
Todaro, 2000. Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk
mencapai kemajuan sosial dan material termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai untuk mayoritas rakyat melalui control
yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka Rogers, 1983. Pada hakikatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu
masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual, maupun kelompok -kelompok
sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material maupun spritual. Pembangunan Kabupaten Deli
Serdang sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan mempunyai arti yang sangat strategis, karena Deli Serdang merupakan basis dari pembangunan nasional,
dengan mendasarkan kepada prinsip pembangunan dilaksanakan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dengan bantuan pemerintah, maka terdapat adanya kewajiban
yang harus dilaksanakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat secara seimbang.
Universitas Sumatera Utara
10 Rapuhnya sistem sosial sekarang ini disebabkan akibat dari model
pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi seperti yang telah dijalankan oleh pemerintah pusat sebelumnya, sehingga dianggap gagal dan
menyebabkan permasalahan bangsa. Hal ini perlu dicari sumber dan penyebab sehingga dapat memperoleh solusi yang baik dan salah satunya adalah pembangunan
dan pengembangan yang melibatkan aspek sosial selain dari aspek ekonomi dan demografi, karena hal inilah yang dianggap sebagai sumber permasalahan sekaligus
pemecahan masalah yang ada. Intensitas tekanan sosial- ekonomi yang membawa akibat kemiskinan dan
mempersulit kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehari- hari. Dalam menanggulangi permasalahan yang ada maka perlu memikirkan faktor-
faktor yang mempengaruhi misalnya faktor non ekonomi seperti rasa aman, partisipasi aktif, organisasi, peran adat norma yang selama ini kurang di perhatikan,
hanya dengan menciptakan kondisi ini akan dapat merangsang kreatifitas yang pada nantinya akan dapat mewujudkan manusia-manusia yang mempunyai inisiatif dan
dapat memecahkan segala persoalan yang ada. Untuk membangun faktor non- ekonomi tersebut dalam masyarakat diperlukan beberapa faktor pendukung, salah
satunya adalah bagaimana memainkan peran dan fungsi dari modal sosial dalam masyarakat yang menjadi salah satu komponen penting untuk menunjang model
pembangunan manusia karena dalam model ini manusia ditempatkan menjadi subyek penting yang menentukan arah penyelenggaraan pembangunan. Partisipasi dan
kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan
Universitas Sumatera Utara
11 dalam model pembangunan manusia, sehingga kedua kapasitas tersebut baru bisa
berkembang apabila ditunjang oleh modal sosial yang dimiliki masyarakat. Menurut Noor, 2006 dalam Masdin AP bahwa modal sosial yang ada dalam
masyarakat dapat mensejahterakan masyarakat dan mereduksi ketidakpastian bahkan lebih dari itu dapat meminimalisir peluang konflik. Kondisi inilah yang menjadi
tantangan bagi daerah dalam rangka otonomi daerah dalam rangka otonomi daerah yaitu membangun kembali institusi-institusi yang sudah hancur,menegakkan kembali
modal sosial terutama rasa saling percaya antara masyarakat dan pemerintah. Kondisi masyarakat yang dulunya beriman dengan ciri-ciri masyarakat tradisional yang
mengandalkan sifat toleransi, saling percaya dan gotong royong kini berubah menjadi rasa saling mencurigai antar etnis, antar suku, antar agama, antar partai politik, antara
masyarakat dengan pemerintah harus mendapat perhatian utama dalam memulai proses pembangunan daerah otonom.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan memudar diakibatkan oleh memudarnya sejumlah lembaga tradisional yang dahulu hidup di pedesaan, sebagai
akibat intervensi pemerintah yang terlalu jauh terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Faktor lainnya yang menjadi akar permasalahan dari kegagalan dalam
pembangunan selama ini salah satunya adalah tidak adanya pemanfaatan modal sosial dalam pelaksanaaan program-program pembangunan dan pemberdayaan yang
dilaksanakan. Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumber daya sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai sumber daya tentunya modal sosial ini memberikan
kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Menurut Fukuyama 1995 justru semakin bertambah bobotnya apabila semakin
Universitas Sumatera Utara
12 intensif di daya gunakan modal sosial itu. Putnam dalam Badaruddin, 2003
menyebutkan bahwa modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial,seperti kepercayaan trust, norma-norma norms dan jaringan
jaringan networks yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitas bagi tindakan-tindakan yang terkoordinasi.
Modal sosial merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang saat ini mulai diperhatikan oleh berbagai kalangan. Modal sosial itu sendiri dicirikan oleh
berkembang dan berfungsinya kelembagaan di masyarakat dengan baik. Atas dasar ini, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan harus didasarkan kepada pemahaman
yang utuh terhadap ragam dan sifat modal sosial yang mereka miliki, sehingga perencanaan dan pelaksanaan pembangunan akan menjadi lebih efektif.
Dalam proses konteks perkembangan wilayah, kawasan pedesaan merupakan kawasan yang tertinggal, sebab letaknya relatif jauh dari pusat pemerintah karena
jaraknya yang relatif jauh pembangunan dikawasan tersebut belum dianggap sebagai prioritas utama. Kemajuan dikawasan pedesaan biasanya disebabkan oleh adanya
dukungan dari sektor industri, jasa, dan perdagangan.ketiadaan sektor-sektor tersebut membuat kawasan pedesaan tetap tertinggal.
Kecamatan Batang Kuis adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Batang Kuis terdiri atas 11 Desa dan
72 dusun. Sejalan dengan rencana pemindahan Bandara Internasional Polonia- Medan ke Bandara Internasional Kuala Namu yang berbatasan dengan Kecamatan Batang
Kuis, kecamatan ini terus berbenah diri menjadi Kecamatan Gapura Gerbang Dan Pintu Utama Menuju Bandara. `Selanjutnya, melalui kebijakan lokal Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
13 Kabupaten Deli Serdang yang dinamakan Gerakan Deli Serdang Membangun, sampai
dengan akhir tahun 2010, kecamatan ini mampu menghimpun partisipasi swadaya masyarakat dan pengusaha senilai Rp.17.735.160.000.
Desa sena merupakan salah satu dari dua puluh desa yang terdapat di Kacamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Desa Sena yang saat ini
mengalami perkembangan yang sangat pesat, padahal pada tahun 2002 desa sena hanyalah salah satu desa tertinggal dari sekian banyak desa yang ada di daerah
Kecamatan Batang Kuis. Berdasarkan hasil obesrvasi, peneliti melihat infrastruktur Desa Sena, seperti sarana dan prasarana transportasi, sumber daya air, energi, dan
sanitasi, telekomunikasi maupun pengolaan sampah, sebagai prasyarat dari aktivitas sosial dan ekonomi dinilai cukup baik. Selain itu lembaga-lembaga kemasyarakatan
pun mulai terlihat aktif seperti organisasi kepemudaan, partai-partai politik,lembaga adat, lembaga-lembaga keagamaan,dan sebagainya.ini menandakan bahwa elemen-
elemen modal sosial telah terbangun diantara komunitas tempatan Desa Sena, dimana terbangunnya modal sosial diiringi dengan perkembangan wilayah Desa Sena sebagai
kawasan hinterland daerah pedalaman. Desa Sena di Kabupaten Deli Serdang adalah keberadaan masyarakat yang
homogen yang didiami oleh suku jawa pada umumnya. Sama halnya dengan masyarakat indonesia lainnya, masyarakat di Kabupaten Deli Sedang membangun
kerja sama dalam bentuk gotong royong telah melekat dalam beragam perilaku dengan intensitas dan nuansa yang sesuai dengan lingkungan setempat serta
kebutuhan-kebutuhan dan daya tarik antar perilaku di dalam kelompok. Gotong royong berproses pada berbagai kelompok masyarakat baik atas dasasr kesamaan
Universitas Sumatera Utara
14 wilayah, kesamaan kepentingan atau kesadaran membantu satu sama lain dalam
menghadapi kesulitan dan tantangan yang muncul. Masyarakat desa Sena Kabupaten Deli Sedang dikenal sebagai komunitas
yang dalam kehidupan sehari-hari menggantungkan hidupnya pada perdagangan, buruh dan pekerja perkebunan, tatanan sosial masyarakatnya berakar kuat pada sendi-
sendi agama dan erat dalam memegang adat istiadat setempat. Kandungan nilai-nilai sosial tersebut bersifat universal di mana banyak memuat nilai-nilai kebersamaan,
saling tolong menolong, toleran, dan sifatnya terbuka merupakan wujud nyata dari nilai-nilai modal sosial. Modal sosial yang muncul pada level individu seperti
melaksanakan gotong royong, ibadah haji, kematian, perkawinan, pengajian umum, greneg besar, dan tradisi lainnya oleh tokoh-tokoh agama dan kegiatan lainnya.
Sementara pada aktivitas kelompok, modal sosial muncul dalam kegiatan membangun sarana beribadah, madrasah, peringatan Maulid Nabi, peringatan hari
syawal, peringatan hari besar islam, selamatan dan lainnya. Dengan demikian keberadaan modal sosial diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dan
menjadi pendorong bagi peningkatan akselerasi peran daerah dalam meningkatkan pengembangan masyarakat sehingga kesenjangan daerah atau desa dan kota dapat
diminimalisir. Modal Sosial merupakan norma-norma dan hubungan-hubungan sosial yang
mengakar dalam struktur masyarakat, sehingga orang-orang dapat mengkoordinir tindakan untuk mencapai tujuan. Secara sederhana Modal Sosial merupakan
kemampuan masyarakat untuk mengkoordinir diri sendiri dalam memperjuangkan tujuan-tujuan mereka. Melihat hakikat dan pengertian dari modal sosial tersebut di
Universitas Sumatera Utara
15 atas dapat dicermati apabila memberi ruang dan peluang yang cukup baik dalam
optimalisasi program pembangunan dan pemberdayaan yang akan dilakukan. Dengan adanya upaya mensinergiskan suatu program dengan modal sosial yang ada pada
masyarakat penerima program tentunya akan memberi suatu pencapaian yang lebih baik dan maksimal. Berdasarkan fenomena tersebut, Penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai. Konfigurasi modal sosial etnis Jawa dalam mendukung keberhasilan pembangunan Desa Sena Kec. Batang kuis, Kabupaten Deli Serdang.
1.2. Perumusan Masalah