Gerakan Berantas Kembali Gebrak Malaria

e. Adoption penerapan

2.3 Gerakan Berantas Kembali Gebrak Malaria

Gerakan Berantas Kembali Malaria merupakan strategi dari kebijakan program pemberantasan malaria, yaitu gerakan nasional yang melibatkan seluruh komponen masyarakat baik sektor pemerintah, swasta, badan internasional maupun penyandang dana dalam memberantas kembali malaria secara intensif sesuai peran serta sumber daya yang ada di masing-masing sektor. Penggalangan kemitraan ini sangat penting mengingat bahwa penanganan malaria harus multi sektoral, dengan melalui penggalangan kemitraan antara pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, dunia usaha, organisasi profesi, Peneliti, media masa serta pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Dengan penggalangan ini diharapkan bisa di identifikasi peran bantu, sumber daya yang ada dalam keikutsertaan dalam pemberantasan malaria. Program gebrak malaria di canangkan di Indonesia mengingat bahwa penyakit malaria masih cenderung meningkat dari tahun-ke tahun yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa KLB, adanya komitmen internasional serta perhatian masyarakat luas cenderung menurun terhadap penyakit malaria. Secara garis besar gebrak malaria mempunyai tujuan umum meningkatkan kemampuan setiap orang dan kepedulian masyarakat dalam mengatasi masalah malaria dengan menciptakan lingkungan yang aman dari penularan malaria, terselenggaranya dan terjangkaunya upaya pemberantasan malaria yang bermutu sehingga angka kesakitan dan kematiannya menurun Ditjen PPM-PLP dalam Hadi, 2001. Kebijakan yang di laksanakan dalam program pemberantasan malaria sesuai pedoman Gebrak Malaria adalah sebagai berkut: 1. Gebrak malaria merupakan bagian integral pembangunan kesehatan dan pembangunan liannya yang berwawasan kesehatan 2. Gebrak malaria di laksanakan secara terpadu oleh pemerintah, lebaga swadaya masyarakat, organisasi profesi dan partsisipasi masyarakat dalam hal tenaga, sarana, maupun dana baik dari pusat sampai tingkat desa. 3. Pelaksanaan gebrak malaria diprioritaskan pada daerah endemis atau daerah reseptif malaria 4. Pelaksanaan gebrak malaria bersifat desentralistik 5. Pelaksanaan gebrak malaria memadukan sumber daya yang ada baik dari pusat, daerah, maupun masyarakat serta dunia usaha Kemenkes 2003; dalam Kusmanto 2005. Tujuan khusus gebrak malaria adalah: a. Terwujudnya kemitraan antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat LSM, organisasi profesi, dunia usaha serta masyarakat luas dalam upaya memberantas penyakit malaria; b. Menurunnya angka kesakitan dan kematian karena malaria di Indonesia terutama di daerah kabupaten endemis menurun dari 1,76 menjadi kurang dari 1 per 1000 penduduk pada tahun 2015; c. Menurunkan jumlah kecamatan endemis tinggi menjadi kecamatan endemis sedang atau ringan bahkan bebas malaria tahun 2030. Program Gebrak Malaria mempunyai Visi, Misi, Strategi sebagai berikut: a. Visi gebrak malaria adalah setiap warga negara mampu hidup sehat dalam lingkungan yang terbatas dari penularan malaria b. Misi gebrak malaria adalah: memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan melindungi diri dari penularan malaria, menggalang kemitraan dalam pemberantasan malaria dengan penyehatan lingkungan serta menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencegah dan menangani penyakit malaria. c. Strategi gebrak Malaria adalah: 1. Membangun wilayah sadar sadar malaria 2. Pemberdayaan masyarakat 3. Penggalangan kemitraan 4. Keterpaduan program 5. Profesionalisme 6. Desentralisasi 7. Dukungan peraturanundang-undangan 8. Dukungan penelitian dan pengembangan Litbang Dalam managemen pelaksanaan pemberantasan malaria dengan strategi gebrak malaria ada empat kegiatan pokok yaitu; penemuan penderita, pengobatan, surveilans dan pemberantasan vektor. 1. Penemuan Penderita a. penemuan penderita pada wilayah yang telah mampu melaksanakan pemeriksaan laboratorium. Penemuan penderita malaria di wilayah ini adalah dengan diagnosa penderita malaria klinis, yang ditemukan dari berbagai aktifitas dan didukung pemeriksaan laboratorium, kegiatan penemuan melalui Active Case Detection ACD, Passive Case Detection PCD dan Mass fever Survey MFS. b. Penemuan pada wilayah yang belum mampu melaksanakan pemeriksaan mikroskopis. Pengertiannya yaitu wilayah Puskesmas yang belum tersedia sarana pemeriksaan laboratorium malaria dan belum mampu memeriksa seluruh penderita klinis yang berkunjung ke Puskesmas secara laboratorium. Kegiatannya melalui Passive Case Detection PCD, malariometric survey, Mass Fever Survey MFS, Mass Blood Survey MBS. 2. Pengobatan a. Pengobatan klinis Pengobatan malaria klinis adalah pengobatan yang diberikan dengan gejala klinis, tanpa melalui pemeriksaan laboratorium. b. Pengobatan radikal Pengobatan radikal adalah pengobatan penyakit malaria yang diagnosisnya ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium, dengan tujuan untuk membasmi semua stadium parasit malaria pada manusia c. Pengobatan massal Pengobatan missal adalah pengobatan malaria secara missal yang dilakukan di daerah Kejadian Luar Biasa KLB d. Pengobatan pencegahan Pengobatan pencegahan adalah pemberian obat anti malaria bagi perorangan maupun kelompok pendatang di daerah endemic untuk mencegah sakit malaria e. Pengobatan malaria berat Pengobatan malaria berat diberikan kepada penderita malaria berat atau malaria dengan komplikasi yang terdiri dari pengobatan dengan obat anti malaria, obat penunjang, dan pengobatan terhadaap komplikasi. 3. Surveilans Surveilans Malaria adalah kegiatan yang terus menerus, teratur dan sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data malaria untuk menghasilkan informasi yang akurat dan dapat digunakan sebagai dasar untuk penanggulangan malaria 4. Pemberantasan Vektor Pemberantasan vektor yaitu upaya mengendalikan vektor dengan cara menurunkan populasi, mencegah gigitan, mencegah nyamuk menjadi infektif atau mengubah lingkungan sehingga tidak cocok untuk tempat berkembang biak atauistirahat vektor Kemenkes 2003; dalam Kusmanto, 2005.

2.4 Situasi Program dalam Pendekatan Analisis SWOT