kelainan kesadaran sampai gangguan fungsi organ tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip penanganan malaria berat:
a Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin; b Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi
ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas; c Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk
mencegah memburuknya fungsi organ vital. 2. Rehabilitasi mental psikologis
Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan dukungan moril kepada penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria, melaksanakan
rujukan pada penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Malaria
2.2.1 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada
yang memungkinkan terjadinya penularan malaria setempat indigenous, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologi dan
lingkungan sosial budaya.
a. Lingkungan Fisik 1. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk
Lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan nyamuk meliputi: suhu udara, kelembaban udara, hujan, ketinggian, angin, sinar
matahari, dan arus air. 2. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan tempat tinggal manusia
Tempat tinggal manusia yang tidak memenuhi syarat, dapat menyebabkan seseorang kontak dengan nyamuk, diantaranya: konstruksi dinding rumah,
ventilasi rumah, dan kondisi bahan atap rumah. 3. Lingkungan fisik yang berhubungan dengan tempat perindukan nyamuk
Tempat perindukan nyamuk penular penyakit malaria Anopheles adalah di genangan genangan air, baik air tawar atau air payau tergantung dari jenis
nyamuk. Pada daerah pantai kebanyakan tempat perindukan nyamuk terjadi pada tambak yang tidak dikelola dengan baik.
b. Lingkungan Kimia Lingkungan kimia mempengaruhi dalam perkembangbiakan nyamuk.
Lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perkembangbiakan.
c. Lingkungan Biologi Keadaan lingkungan sekitar penduduk seperti adanya tumbuhan bakau, lumut,
ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup
lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah Panchax spp, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi
nyamuk di suatu daerah. d. Lingkungan Sosial Budaya
Faktor sosio-budaya ini merupakan faktor eksternal untuk membentuk perilaku manusia. Lingkungan sosial budaya ini erat kaitannya dengan kejadian suatu
penyakit termasuk malaria. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria, seperti
penyehatan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada ventilasi rumah dan menggunakan obat nyamuk Harijanto, 2008.
2.2.2 Faktor Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang
organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respons atau reaksi manusia
tersebut dapat bersifat pasif pengetahuan, persepsi, dan sikap maupun bersifat aktif tindakan yang nyata atau practice. Notoatmodjo 2007, membagi perilaku
kesehatan secara lebih rinci, yaitu : a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit adalah bagaimana manusia berespons, baik secara pasif mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan
rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif tindakan yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit
dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yaitu;
1. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, health promotion behavior
2. Perilaku pencegahan penyakit health prevention behavior 3. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan health seeking behavior
4. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan health rehabilitation behavior
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan,
cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas, dan obat-obatan.
c. Perilaku terhadap makanan nutrition behavior Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik terhadap
makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya zat gizi, pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan enviromental health behavior Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respons seseorang terhadap
lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini antara lain: 1. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen,
manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan; 2. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut
segi-segi higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya; 3. Perilaku sehubungan dengan limbah, termasuk didalamnya sistem
pembuangan sampah dan air limbah yang sehat; 4. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai, dan sebagainya; 5. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk.
Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: a. Faktor predisposisi predisposising factor
Faktor ini mencakup pengetahuan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan sosial ekonomi, pengetahuan, sikap, motivasi, tradisi, dan kepercayaan.
b. Faktor pemungkin enambling factor Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti Polmandes, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung
atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.
c. Faktor penguat reinforcing factor Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma,
tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas kesehatan, undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan Lawrence Green dalam Notoadmojo, 2007. Suatu teori yang dikemukanan oleh Rogers dalam Hadi, 2001 yang dikenal
dengan teori AIETA menyatakan bahwa perubahaninovasi pada individu atau kelompok akan mengikuti tahapan sebagai berikut:
a. Awareness sadar
b. Interest tertarik, minat
c. Evaluation evaluasi
d. Trial coba-coba
e. Adoption penerapan
2.3 Gerakan Berantas Kembali Gebrak Malaria