BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Malaria
2.1.1 Pengertian dan Etiologi Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium, ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Penyebab malaria di Indonesia dikenal 4 jenis spesies plasmodium yaitu:
a. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika;
b. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana;
c. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana; d. Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale.
2.1.2 Pencegahan Malaria Terdapat tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya
penyebaran penyakit malaria yaitu host pejamumanusia, agent penyebab penyakit dan environment lingkungan penyebaran malaria akan terjadi apabila ketiga
komponen tersebut saling mendukung. Oleh karena itu upaya pencegahan terhadap malaria tujuan utamanya adalah memutus rantai penularan diantara ketiga faktor
tersebut.
10
Pencegahan malaria di bedakan menjadi pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier Widoyono, 2009.
a. Pencegahan primer
1. Tindakan terhadap manusia a edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus diberikan
kepada setiap petugas yang akan bekerja di daerah endemis;
b melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria;
c proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu,
memakai obat penolak nyamuk, dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria;
d modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya mengigit.
2. Kemoprofilaksis tindakan terhadap Plasmodium sp. Untuk mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap pendatang yang
berkunjung ke daerah malaria pemberian obat dilakukan setiap minggu yaitu, mulai minum obat 1-2 minggu sebelum mengadakan perjalanan ke
endemis malaria dan dilanjutkan setiap minggu selama dalam perjalanan
atau tinggal di daerah endemis dan selama 4 minggu setelah kembali dari daerah tersebut. Pengobatan pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih
dari 12-20 minggu dengan obat yang sama. Bagi penduduk yang tinggal di daerah risiko tinggi malaria dimana terjadi penularan malaria yang bersifat
musiman maka upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk perlu ditingkatkan
sebagai pertimbangan
alternatif terhadap
pemberian pengobatan profilaksis jangka panjang dimana kemungkinan terjadi efek
samping sangat besar.
3. Tindakan terhadap vektor a Pengendalian secara mekanis
Termasuk dalam pengendalian ini adalah mengurangi kontak nyamuk dengan manusia, misalnya pembagian kelambu berinsektisida,
pemberian kawat kasa nyamuk untuk dipasang pada jendela.
b Pengendalian secara biologis Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan makhluk
hidup yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau penggunaan hewan pemangsa serangga, seperti memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
yaitu ikan nila, ikan kepala timah. Pengendalian nyamuk dewasa juga dapat melalui temak lembu, kerbau, sapi. Karena beberapa jenis
nyamuk menyukai
darah binatang
ternak sebagai
sumber
mendapatkan darah, maka ternak dapat digunakan sebagai tameng untuk melindungi orang dari serangan nyamuk.
c Pengendalian secara kimiawi Pengendalian
secara kimiawi
adalah pengendalian
nyamuk mengunakan insektisida yaitu penyemprotan terhadap vektor nyamuk.
b. Pencegahan Sekunder 1. Pencarian penderita malaria
Pencarian secara aktif ACD melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi
diagnosis mikroskopis dan, atau RDT Rapid Diagnosis Test dan secara pasif dengan cara melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus malaria.
2. Diagnosa dini a Gejala klinis
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita tentang keluhan utama demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal, riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal
di daerah endemis malaria, riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir, riwayat mendapat transfusi darah.
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik berupa: 1 demam pengukuran dengan thermometer
≥37.5 °C 2 anemia
3 pembesaran limpa splenomegali atau hati hepatomegali b Pemeriksaan laboratorium
1 pemeriksaan mikroskopis 2 tes diagnostik cepat RDT
c Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit dan trombosit.
3. Pengobatan yang tepat dan adekuat Penyakit malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat di obati untuk
menghilangkan gejala-gejala penyakit. Parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup.
c. Pencegahan tersier
1. Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria berat
karena infeksi P. falciparum. Manifestasi malaria berat dapat bervariasi dari
kelainan kesadaran sampai gangguan fungsi organ tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip penanganan malaria berat:
a Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin; b Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap gangguan fungsi
ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas; c Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda vital untuk
mencegah memburuknya fungsi organ vital. 2. Rehabilitasi mental psikologis
Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan dukungan moril kepada penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit malaria, melaksanakan
rujukan pada penderita yang memerlukan pelayanan tingkat lanjut.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Malaria