Manajemen Laba TINJAUAN PUSTAKA

mendorong penyalahgunaan laba Lewitt, serta menggunakan keputusan tertentu untuk mengubah laporan keuangan Healy dan Wahlen. Walaupun menggunakan terminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai benang merah yang menghubungkan satu definisi dengan definisi lainnya, yaitu menyepakati bahwa manajemen laba merupkan aktivitas manajerial untuk mempengaruhi dan mengintervensi laporan keuangan. Maka secara singkat manajemen laba dapat dikatakan sebagai perilaku manajer untuk bermain-main dengan komponen akrual yang discretionary untuk menentukan besar kecilnya laba, sebab standar akuntansi memang menyediakan berbagai alternatif metode dan prosedur yang bisa dimanfaatkan. Upaya ini diakui dan diperbolehkan dalam standar akuntansi selama apa yang dilakukan perusahaan diungkapkan secara jelas dalam laporan keuangan. Meski kewajiban untuk mengungkapkan semua metode dan prosedur akuntansi belum mampu untuk mengeliminasi upaya-upaya curang manajer untuk memaksimalkan keuntungan dirinya sendiri. Atas dasar pemikiran itulah laporan keuangan harus memenuhi kaidah- kaidah tertentu sehingga dapat menjadi informasi yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan semua orang yang membutuhkannya. Sehingga tidak hanya manajer sebagai pihak yang menyusun laporan itu yang akan memperoleh imformasi berkualitas namun juga sumua pihak yang mempunyai hubungan dengan perusahaan. H. Sri Sulistyanto, 2008: 50-56.

D. Earning Per Share EPS dan Informasi Keuangan

Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah dan paling murah didapatkan dibanding alternatif informasi lainnya. Di samping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan kepada kita sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya. Dengan menggunakan laporan keuangan, investor juga akan bisa menghitung berapa besarnya pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Perbandingan antara jumlah earning dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang saham dengan jumlah lembar saham perusahaan akan diperoleh komponen earning per sha re EPS. Bagi para investor, informasi earning per share EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan. Oleh karena itu, sebelum membahas manfaat earning per share EPS beserta kelemahannya berikut akan dibahas terlebih dahulu laporan keuangan perusahaan sebagai dasar untuk memahami komponen earning per share EPS Salah satu informasi yang bisa digunakan investor dalam menilai suatu perusahaan laporan keuangan. Laporan keuangan ini merupakan informasi akuntansi yang menggambarkan seberapa besar kekayaan perusahaan seberapa besar penghasilan yang diperoleh perusahaan serta transaksi- transaksi apa saja yang telah dilakukan perusahaan yang bisa memperngaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan. Laporan keuangan sangat berguna untuk menentukan keputusan investasi yang terbaik dan menguntungkan. Berdasarkan analisis terhadap informasi laporan keuangan, investor bisa mengetahui perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dibanding harga pasar saham perusahaan bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat keputusan apakah membeli atau menjual saham bersangkutan. Eduardus Tandelilin, 2010: 364-365.

E. Hubungan Antara

Earnings Surprise dan Return Saham Dalam pelaporan earnings suatu perusahaan, terdapat kemungkinan adanya perbedaan antara nilai earnings forecast dengan nilai earnings yang diumumkan oleh perusahaan earnings announcement. Dengan adanya perbedaan antara nilai earnings forecast dengan nilai earnings announcement , maka terdapat gap yang menimbulkan suatu kondisi yang biasa disebut sebagai ‘earning surprise’. Adanya earnings surprise ini, dengan sendirinya akan berpengaruh pada return saham dari suatu perusahaan. Di mana, ketika nilai earning forecast lebih rendah daripada nilai earnings announcement positive earnings surprise, maka return saham biasanya akan mengalami kenaikan. Sedangkan, ketika nilai earnings forecast lebih tinggi daripada nilai earnings announcement negative earnings surprise , akan menyebabkan turunnya return saham perusahaan tersebut. Perusahaan dengan unexpected earnings yang positif, diharapkan memberikan respon yang positif terhadap return saham. Sedangkan perusahaan dengan unexpected earnings negatif, diharapkan memberikan respon negatif terhadap return saham. Pada saham dengan unexpected earnings yang positif, umumnya harga saham akan mengalami kenaikan, sehingga return dari saham tersebut juga ikut meningkat. Demikian, pada saham dengan unexpected earnings yang negatif, harga saham umumnya akan mengalami penurunan. Penurunan pada harga saham ini, tentunya akan berimbas pada menurunnya return dari saham tersebut. Di kutip dari skripsi Universitas Kristen Petra berjudul “Analisa Pengaruh Earnings Surprise Terhadap Return Saham dan Uji Beda Return Positive Earnings Surprise Portofolio Dengan Negative Earnings Surprise Portofolio Studi Kasus Pada 32 Saham LQ-45 Yang Terdaftar Di BES Periode 2002-2005”.

F. Standarized Unexpected Earnings

SUE Untuk memperoleh earning announcement secara tepat, harus dibedakan antara expected earnings dan unexpected earnings. Expected earning adalah informasi yang diharapkan, sudah diduga dan diantisipasi oleh pasar sehingga pada saat pengumuman, tidak membutuhkan penyesuaian harga. Sedangkan unexpected earnings adalah bagian yang tidak terduga, tidak terantisipasi oleh pasar dan membutuhkan penyesuaian harga. Latane, Tuttle dan Jones 1968 mempelajari pengumuman quarterly earnings dan menemukan adanya korelasi antara pengumuman tersebut dengan pergerakan harga saham dalam jangka waktu pendek. Hal ini memberikan indikasi adanya jangka waktu antara informasi pengumuman quarterly earnings dan proses penyesuaian harga. Pada 1974, Latane, Jones dan Rieke mengembangkan konsep Standardized Unexpected Earnings SUE dengan tujuan untuk menyelidiki pendapatan tak terduga unexpected earnings pada data triwulan dengan membuat forecast mengenai pendapatan tersebut. Standardized Unexpected Earnings SUE adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengukur pendapatan tak terduga yang tentu berpengaruh pada harga dari suatu saham. Di kutip dari skripsi Universitas Kristen Petra berjudul “Analisa Pengaruh Earnings Surprise Terhadap Return Saham dan Uji Beda Return Positive Earnings Surprise Portofolio Dengan Negative Earnings Surprise Portofolio Studi Kasus Pada 32 Saham LQ-45 Yang Terdaftar Di BES Periode 2002- 2005”.

G. Dividen

Dividen menurut Weston dan Coperland 2005 adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang saham dan dinyatakan dalam suatu jumlah atau persentase tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya. Pada perseroan terbatas, pembagian keuntungan kepada pemilik dilakukan melalui dividen. Dividen hanya dapat dibayarkan jika saldo laba ditahan positif. Jadi, walaupun dalam tahun berjalan diperoleh laba, suatu peerseroan terbatas tidak boleh membagikan dividen jika saldo laba ditahan pada akhir tahun masih negatif. Di samping saldo laba ditahan, dapat tidaknya dividen dibagikan juga tergantung pada tersedia uang kas dalam jumlah yang sama. Apabila laba ditahan dianggap sebagai bagian laba yang ditanamkan kembali dalam persediaan barang dagang, aktiva tetap atau aktiva-aktiva bukan kas yang lain. Dengan demikian, ada kemungkinan perusahaan mempunyai saldo kas kecil walaupun saldo laba ditahannya besar. Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010: 121-122. Kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting. Kebijakan pemberian dividen dividend policy tidak saja membagikan keuntungan yang telah diperoleh perusahaan kepada para investor. Tetapi kebijakan perusahaan membagikan dividen harus selalu diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan investasi kembali reinvestment. Sehubungan dengan rencana perusahaan untuk melakukan investasi kembali reinvestment, ada dua asumsi yang mendasari kebijakan dividen. Pertama, kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh A Low Investment Rate Plan.