Limbah Cair Transuranium TINJAUAN PUSTAKA

8 Llimbah aktivitas tinggi untuk 1 Canister volume 118 liter 93 volume atau 110 liter berisi gelas limbah adalah 4.10 5 Ci. Berat gelas-limbah 300 kg dengan komposisi gelas 225 kg dan limbah 75 kg. Panas yang ditimbulkan karena radiasi adalah 1,4 kW. Panas tersebut dapat melebihi 500 °C, sehingga polimer tidak mampu untuk imobilisasi limbah jenis ini. Demikian pula semen yang kapasitasnya 1 Cim 3 tidak dapat digunakan untuk imobilisasi limbah aktivitas tinggi. Limbah aktivitas tinggi dari proses olah ulang bahan bakar nuklir bekas diimobilisasi dengan gelas borosilikat yang dikenal proses vitrifikasi.

2.2. Limbah Cair Transuranium

Limbah transuranium disebut juga alpha bearing waste yaitu limbah yang mengandung satu atau lebih radionuklida pemancar alfa, dalam jumlah di atas yang diperkenankan. Radionuklida ini termasuk golongan aktinida. Limbah aktivitas tinggi dan transuranium di indonesia ditimbulkan dari hasil samping produksi radioisotop dan penguji bahan bakar pasca iradiasi di instalasi radiometalurgi. produksi radioisotop digunakan bahan uranium di perkaya 93 yang iradiasi dengan netron dalam reaktor. Secara teoritis, hasil iradiasi adalah hasil belah, sisa uranium yang tidak terbakar, dan sedikit sekali atau tanpa unsur TRU. Setelah bahan bakar pasca iradiasi dipisahkan dari kelongsongnya, kemudian dilarutkan dalam HNO 3 6 – 8 M. Limbah cair aktivitas tinggi dari produksi radio isotop disimpan dalam tempat penyimpanan sementara limbah aktivitas tinggi PSLAT di PTLR. Setelah 5 tahun limbah tersebut menjadi limbah aktivitas rendah yang dapat diimobilisasi dengan semen di Instalasi Pengolahan Limbah Radioaktif IPLR. Skema pengelolaan limbah cair aktivitas tinggi dari Instalasi Produksi Radioisotop ditunjukkan dalam gambar 1. 9 Gambar 1. Skema proses pengolahan LCAT dari IPR. Dari gambar 1, setelah pendinginan maka limbah yang aktivitasnya tinggi menurut definisi termasuk limbah aktivitas rendah Miyasaki et al 1996 dalam Martono 1977. Limbah aktivitas rendah diimobilisasi dengan semen. Pengolahan LCAT yang ditimbulkan dari IRM dapat dilihat dari gambar 2. Limbah tersebut yaitu LCAT I, karena dari iradiasi bahan bakar yang diperkaya 20 maka kandungan hasil belah dan aktinidanya banyak. Agar sesuai dengan definisi LCAT dari proses olah ulang bahan bakar bekas, maka dilakukan pengolahan awal yaitu ekstraksi dengan pelarut TBP-dodekan. Hasil ekstraksi adalah LCAT II dan LCAT I Sisa U 235 , U 238 hasil belah Ekstraksi Diethyl hexyl phosphoric acid Penyimpanan sementara LCAT II di PSLAT, peluruhan hasil belah. Limbah cair aktivitas rendah Sementasi Penyimpanan sementara hasil sementasi Larutan U 235 10 LCTRU sesuai definisi LCAT dan LCTRU dari proses olah ulang bahan bakar bekas. Selanjutnya LCAT II diolah dengan proses vitrifikasi dan LCTRU dengan polimer. Gambar 2. Skema proses pengolahan LCAT dari IRM Limbah cair hasil pengujian bahan bakar pasca iradiasi di Instalasi Radiometalurgi IRM, ditunjukkan pada Tabel 2 P2TBDU,2001. Dari Tabel 2, kandungan yang dominan dalam limbah cair adalah Cs 137 dan aktinidanya sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang disajikan dalam Gambar 2. Untuk itu dilakukan pengujian pengukuran aktivitas limbah cair sebagai fungsi waktu, yang ditunjukkan dalam Gambar 3 Martono, 2007. LCAT II Hasil belah terkontaminasi TRU, U LCTRU TRU, U terkontaminasi hasil belah Vitrifikasi Penambahan bahan pembentuk gelas dan peleburan pada 1150 C Imobilisasi dengan polimer Gelas - limbah Polimer mengandung limbah TRU Karakterisasi LCAT I Hasil belah + TRU karakterisasi 11 Tabel 2. Data limbah cair dari pengujian bahan bakar pasca iradiasi P2TBDU, 2001. No. Radionuklida Aktivitas jenis Bqml 1. Cd109 1,800 2. Ce144 1,200 3. Ru106 0,300 4. Cs134 2,600 5. Cs137 116,000 6. Co60 -- 7. Co57 -- 8. Np237 -- 9. Ba131 0,066 10. Ra226 0,042 11. Eu154 -- 12. Br82 -- Aktivitas Total 122,608 Dari Gambar 3, jika grafik tersebut dibandingkan dengan aktivitas Cs 137 sebagai fungsi waktu secara teoritis, menunjukkan bahwa grafik aktivitas limbah cair diatas grafik Cs 137 . Ini berarti bahwa limbah cair mengandung aktinida yang berumur panjang yang tidak terdeteksi secara analisis. Oleh karena itu, untuk keamanannya, limbah cair ini dianggap limbah cair TRU yang diimobilisasi dengan polimer. Gambar 3. Grafik aktivitas limbah cair sebagai fungsi waktu Martono, 2007 12

2.3. Teknologi Pengolahan Limbah