36 Tabel 6. Perbandingan penambahan resin untuk masing-masing waste loading
dengan berat total 50 gram Waste loading
Resin gram Resin poliester
tak jenuh gram Hardener gram
0 - 25
25 10 5
22,5 22,5
20 10 20 20 30 15
17,5 17,5
40 20 15 15 50 25
12,5 12,5
3.4. Metode Karakterisasi dan Analisis 3.4.1.
. Pengujian Densitas
Pada pengujian densitas alat yang digunakan adalah jangka sorong, dengan mengukur tinggi dan diameter sampel, serta menimbang blok polimer limbah yang
telah berulang-ulang dimasukkan ke dalam oven dan desikator hingga diperoleh berat
konstan.
3.4.2 Pengujian Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan dilakukan dengan alat Paul Weberprinsip kerja alat menyerupai piston, dengan spesifikasi D.7064 Remshaiden-Grunbach. Dengan
satuan kN dan skala terkecil 1 kN. Dengan demikian dapat diketahui seberapa kuat tekan blok polimer limbah tersebut.
37 Gambar 6. Alat Paul Weber Untuk Uji Kuat Tekan
3.4.3. pengujian laju lindih
Pengujian laju lindih digunakan alat soxhlet yang telah diatur suhu dan tekanannya, yaitu pada suhu 100
o
C dan 1 atm. Uji ini dilakukan selama 6 jam, dengan mulai hitungan pada saat tetesan pertama mengenai blok polimer. Laju
kondensasi pada soxhlet dijaga tetap pada 300 cm
3
jam.
Gambar 7. Alat Soxhlet Untuk Uji Pelindihan Langkah selnjutnya adalah untuk mendapatkan berat konstan dari blok polimer
dengan cara dikeringkan dengan menggunakan oven, untuk menghilangkan kadar air
38 bebas dalam sampel. Untuk mengetahui Cs yang terlindih selama uji pelindihan
dilakukan analisis air pelindih dengan menggunakan alat AAS.
3.4.4. Pengujian pengaruh pH terhadap laju pelindihan.
Pada pengujian pH ini dilakukan perlakuan yang sama dengan melakukan pelindihan tetapi pelarut yang digunakan berbeda. Untuk pH yang bersifat asam
seperti pada pH 2 dan pH 5 digunakan glisin, sedangkan untuk yang bersifat basa digunakan pelarut NaOH. Untuk pH netral pH 7 dengan air bebas mineral. Setelah itu
Cs yang terlindih dilakukan pengujian dengan menggunakan AAS. Pada pengujian pengaruh pH terhadap laju pelindihan blok polimer limbah direndam dalam air
pelindih pada 100 C dan 1 atm.
Untuk melakukan pengujian dengan menggunakan AAS, terlebih dahulu dibuat larutan standarnya. Untuk pengujian unsur Cs, ditimbang sebanyak 1,267 gram
CsCl, kemudian dilarutkan dalam 1 liter air bebas mineral sehingg diperoleh larutan standar induk Cs 1000 mgliter. Di ambil 10 ml larutan standar induk Cs 1000 ppm,
kemudian dilarukan dalam labu ukur 100 ml dengan menabahkan aquades sampai tanda garis. Sehingga didapatkan larutan standar dengan kadar 100 ppm. Dibuat derat
standar Cs 0, 1, 3, dan 6 ppm dengan melarutkan masing-masing 0 ; 0,5 ; 1,5 ; dan 3 ml larutan standar Cs 100 ppm dengan aquades dlam labu ukur 50 ml.
39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Imobilisasi Limbah Dengan Polimer
Polimer poliester tak jenuh dengan kandungan limbah 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 berat. Dengan berat polimer sebesar 25 gram warna polimer tanpa kandungan
limbah adalah berwarna putih. Dimana Semakin tinggi kandungan limbah dalam polimer warna polimer akan semakin kuning. Hasil polimer limbah diuji densitas,
kuat tekan, dan laju pelindihanya. Dalam penelitian ini reaksi polimerisasi yang dilakukan dengan proses curing
yang bersifat eksotermis, karena proses dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan biaya yang murah. Adapun dalam penelitian ini terjadi proses
pertukaran ion yang menggunakan metode batch. hal ini dilakukan karena dengan mengginakan metode ini proses lebih mudah dilakukan, dan biaya lebih murah. Resin
yang digunakan sebagai penukar ion adalah amberlite IR 120 Na yang memiliki kapasitas tukar kation 1,5 meqg.
Pengamatan secara visual hasil imobilisasi limbah simulasi dengan polimer menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan limbah maka warna blok polimer –
limbah hasil imobilisasi lebih kecoklatan, Sedangkan untuk polimer tanpa limbah tampak berwarna jernih. Hal ini dapat terjadi karena semakin banyaknya resin yang
digunakan seiring dengan bertambahnya kandungan limbah. Densitas ditentukan berkaitan dengan transportasi, disain tempat penyimpanan
sementara, dan penyimpanan lestari. Kekuatan tekan ditentukan berkaitan dengan benturan atau jatuh pada saat transportasi dan penyimpanan. Adanya benturan, maka
akan terjadi retakan atau pecah menjadi butir-butir kecil. Terjadinya butir-butir kecil