Reaksi Polimerisasi Poliester Tak Jenuh

22 Poliester tak jenuh merupakan salah satu bahan diantara bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan beton polimer, selain bahan agregat anorganik batu, pasir, fly ash, MEKPO, CH 3 COO 2 Zn sebagai katalis dan kobal naftenat sebagai promotor. Poliester tak jenuh yang dihasilkan memberikan serapan khas ikatan rangkap pada frekuensi gelombang 1645 cm -1 , yang menunjukkan adanya ikatan tak jenuh. [Aisyah. 2003.]. Ada banyak jenis poliester. Bila zat tersebut dimodifikasi menurut suatu cara, sifat-sifatnya cukup bervariasi. Mengenai ketahanan kimianya, pada umumnya kuat terhadap asam kecuali asam pengoksid, tetapi lemah terhadap alkali. Bila dimasukkan dalam air mendidih untuk waktu yang lma 300 jam, bahan akan pecah dan retak- retak. Bahan ini mudah mengembang dalam pelarut, yang melarutkan polimer stiren. Kemampuan terhadap cuaca sangat baik. Tahan terhadap kelembaban dan sinar UV bila dibiarkan diluar, tetapi sifat tembus cahaya permukaan rusak dalam beberapa tahun.

2.10.1. Reaksi Polimerisasi

Berdasarkan proses pembentukan, polimer dapat dibedakan menjadi 2, yaitu polimer adisi dan polimer kondensasi. Penggolongan ini pertama kali digunakan oleh Carothers [Steven,2001], yang didasarkan pada adanya unit ulang dari suatu polimer mengandung atom-atom yang sama seperti monomer. Polimer adisi memiliki atom- atom yang sama seperti monomer dalam unit ulangnya, sedangkan polimer kondensasi memiliki atom-atom yang lebih sedikit karena terbentuknya produk sampingan selama berlangsungnya polimerisasi. 1. Poimerisasi adisi Polimerisasi adisi melibatkan reaksi rantai. Penyebab reaksi rantai dapat berupa radikal bebas atau ion. Polietilen merupakan salah satu bentuk 23 polimerisasi adisi. Beberapa monomer etilena C 2 H 4 bergabung menjadi satu rantai polietilen C 2 H 4 n, Cl 2 2 Cl· 1 2. Polimerisasi kondensasi Polimerisasi kondensasi melibatkan penggabungan molekul kecil-kecil, menghasilkan molekul besar-besar melalui reaksi kondensasi atau adisi- penyingkiran dalam kimia organic, yang terjadi pada zat bermassa molekul rendah. Misalnya, jika campuran etanol dan asam etanoat dipanasi bersama sedikit asam sulfat pekat, etil asetat dihasilkan,disertai penyingkiran air. CH 3 .COOH + C 2 H 2 OH ↔ CH 3 COOC 2 H 5 + H 2 O 4 Reaksi berhenti sampai disini karena tidak terdapat gugus fungsi yang dapat bereaksi pada contoh ini gugus –COOH dan gugus –OH. Akan tetapi, jika tiap molekul pereaksi mengandung 2 atau 3 gugus fungsi maka reaksi berikutnya dapat terjadi [Cowd,M.A.1991] Poliester pertama yang dibuat oleh Carothers mempunyai suhu pelunakan sangat rendah, sehingga sebagai bahan pembentuk serat poliester, ia tidak tahan setrika. Akibatnya Carothers mengesampingkan poliester itu dan memfokuskan pada poliamida yang menjadi awal pengembangan nilon. Pada tahun 1942 Whinfield dan Dickson membuat suatu poliester yang mereka sebut polietilen tereftalat. Poliester lurus dapat dihasilkan dari pemanasan bersama asam berbasa dua dan alkohol dihidrat tertentu [Cowd,M.A. kimia polimer.1991], sebagaimana ditunjukan oleh reaksi berikut : 24 n HO – R ’ – OH + n HOOC – R – COOH → H -[ O – R ’ – OOC – R – CO] – n OH + [2n - 1] H 2 O dapat dibuktikan sendiri bahwa dari 5 molekul asam berbasa 2 dan 5 diol, akan terbentuk 5 kesatuan berulang –O-R 1 - OOC-R-CO- dan dilepaskan molekul air Katalis digunakan pada polimerisasi rantai ionik yang menghasilkan makroion bukan makroradikal.[Feldman, Dorel.Anton,J,H.1995.]  Proses curing Curing atau pengeringan pada proses polimerisasi merupakan perubahan fase cair dan pasta menjadi padat. Proses ini dapat terjadi secara fisika karena adanya penguapan pelarut atau medium pendispersi. Curing juga dapat terjadi karena perubahan kimia, terjadinya reaksi antara molekul-molekul yang relatif kecil dengan fase cair atau pasta membentuk jaringan molekul yang lebih besar, padat, dan tidak mudah larut. Proses curing dapat dilakukan dengan reaksi polimerisasi yang bersifat eksotermis. Proses lebih sederhana, walaupun kadang-kadang curing dalam polimerisasi ini perlu waktu lama. Reaksi polimerisasi dimulai dengan adanya radikal bebas yang terbentuk karena dekomposisi bahan yang tidak stabil oleh suhu maupun katalis. Radikal bebas dengan monomer akan mengadakan reaksi polimerisasi dan akhirnya jika radikal bebas bereaksi dengan radikal bebas, maka terjadi reaksi terminasi yang menghasilkan polimer.

2.11. Imobilisasi Limbah Cair Trans-Uranium dengan Polimer