24
n
HO – R
’
– OH +
n
HOOC – R – COOH →
H -[ O – R
’
– OOC – R – CO] –
n
OH + [2n - 1] H
2
O dapat dibuktikan sendiri bahwa dari 5 molekul asam berbasa 2 dan 5 diol, akan
terbentuk 5 kesatuan berulang –O-R
1
- OOC-R-CO- dan dilepaskan molekul air Katalis digunakan pada polimerisasi rantai ionik yang menghasilkan
makroion bukan makroradikal.[Feldman, Dorel.Anton,J,H.1995.] Proses curing
Curing atau pengeringan pada proses polimerisasi merupakan perubahan fase
cair dan pasta menjadi padat. Proses ini dapat terjadi secara fisika karena adanya penguapan pelarut atau medium pendispersi. Curing juga dapat terjadi karena
perubahan kimia, terjadinya reaksi antara molekul-molekul yang relatif kecil dengan fase cair atau pasta membentuk jaringan molekul yang lebih besar, padat, dan tidak
mudah larut. Proses curing dapat dilakukan dengan reaksi polimerisasi yang bersifat
eksotermis. Proses lebih sederhana, walaupun kadang-kadang curing dalam polimerisasi ini perlu waktu lama. Reaksi polimerisasi dimulai dengan adanya radikal
bebas yang terbentuk karena dekomposisi bahan yang tidak stabil oleh suhu maupun katalis. Radikal bebas dengan monomer akan mengadakan reaksi polimerisasi dan
akhirnya jika radikal bebas bereaksi dengan radikal bebas, maka terjadi reaksi terminasi yang menghasilkan polimer.
2.11. Imobilisasi Limbah Cair Trans-Uranium dengan Polimer
Imobilisasi yang disebut juga solidifikasi merupakan proses mencampur limbah radioaktif penukaran ion organik maupun anorganik bekas, konsentrat
evaporator, abu insenerator, dan lain-lain kedalam matrial matriks, sehingga menjadi bentuk padat yang sukar larut jika hasil imobilisasi tersebut kontak dengan air pada
25 tempat penyimpanan akhirdisposal dalam tanah. Sebelum imobilisasi dilakukan,
penukar resin organik bekas memerlukan satu atau lebih proses pengolahan awal danatau pengolahan.walaupun, dalam beberapa kasus, hal ini dapat dilakukan tanpa
proses pengolahan awal lain, kemudian menghilangkan kandungan air. Matriks yang biasa digunakan untuk imobilisasi penukar ion bekas adalah
semen, bitumen dan beberapa jenis polimer. Oleh karena yang terikat dalam polimer adalah radionuklida berumur panjang dan resin penukar ion merupakan senyawa
organik, maka digunakan matriks polimer untuk imobilisasinya. Di beberapa negara, high integrity container digunakan untuk penyimpanan danatau disposal dari media
penukar ion bekas, tampa menggunakan bahan matriks solidifikasiimobilisasi IAEA, 2002.
2.12. Imobilisasi menggunakan polimer
Imobilisasi resin penukar ion bekas dengan polimer umumnya digunakan pada kebanyakan instalasi pengolahan limbah. Perbedaan tipe polimer yang digunakan dan
masih diperlukan riset lanjutan untuk menekan harga yang saat ini kurang efektif, proses yang lebih sederhana, dan kualitas produk yang lebih baik. Beberapa polimer
yang digunakan untuk imobilisasi diantaranya dalah resin epoksi, poliester, polietilena, polistirena dan kopolimer, urea formaldehida, poliurethan, fenol
formalehida dan polistirena IAEA, 2002. Polimer dibagi dalam dua kategori: polimer termoplastik dan polimer
termoset. Polimer termoplastik menjadi lembut meleleh dengan penambahan pemanasan. Hal ini biasa ditambahkan dalam bentuk padat dan dipanaskan kemudian
dikombinasikan dengan limbah. Polimer termoset ditangani dalam bentuk cair yang kemudian dipolimerisasikan menjadi bentuk padat menggunakan katalis danatau
pemanas setelah limbah ditambahkan. Pengguanaan jenis termoset lebih populer
26 dikarenakan prosesnya dapat dilakukan pada temperatur kamar. Pada beberapa kasus
sering digunakan imobilisasi metode batch dalam kontainer disposal biasanya bentuk drum standar. Material penukar ion anorganik dan residu proses kedua seperti abu
dan cairan umumnya tidak diimobilisasi dengan polimer karena lebih dapat menerima imobilisasi yang lain seperti semen. Setiap partikel resin dilapisi dengan material
matriks. Pada beberapa kasus tidak ditemukan ikatan antara polimer dan resin IAEA, 2002.
2.13. Parameter Pengujian 2.13.1. Penentuan Densitas