61
D. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda multiple regression analysis, yaitu:
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variable independen.
Tabel 4.14 Uji Koefisien Determinasi R
2
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .914
a
.835 .824
4.754 a.
Predictors: Constant, Skeptisisme Total, Pengalaman Total, Pelatihan Total
b. Dependent Variable: Pendeteksian Kecurangan Total
Tabel 4.13 menunjukkan nilai R sebesar 0,914 atau 91,4. Hal ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara faktor-faktor yang
mempengaruhi pendeteksian kecurangan adalah lemah karena tidak berada dikisaran 0,40-0,599 Riduwan dan Ahmad, 2007:62. Nilai
Adjusted R Square sebesar 0,824 atau 82,4, ini menunjukkan bahwa variabel pendeteksian kecurangan yang dapat dijelaskan oleh variabel
pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional adalah sebesar 82,4, sedangkan sisanya sebesar 0,176 atau 17,6 1-0,824 dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian lain dapat dilakukan untuk mencari faktor-faktor
62 lain yang mungkin dapat mempengaruhi pendeteksian kecurangan oleh
auditor eksternal.
2. Hasil Uji Regresi Secara Parsial Uji t
Hasil uji regresi secara parsial Uji t dapat dilihat dalam table 4.15 berikut ini:
Tabel 4.15 Uji Regresi Secara Parsial Uji t
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
Constant -13.197
10.192 -1.295
.202 Pengalaman
2.265 .268
.662 8.454
.000 Pelatihan
.177 .272
.040 .649
.519 Skeptisisme
1.265 .293
.339 4.316
.000 a. Dependent Variable: Pendeteksian Kecurangan Total
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kecurangan.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel pengalaman mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti
menerima Ha
1
sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kecurangan karena tingkat
signifikansi yang dimiliki variabel pengalaman lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sularso dan Na’im 1999 tentang analisis pengaruh pengalaman akuntan pada pengetahuan dan penggunaan intuisi dalam
mendeteksi kekeliruan didapat hasil akuntan pemeriksa berpengalaman
63 memiliki ketelitian yang lebih tinggi mengenai kekeliruan, dan akuntan
pemeriksa berpengalaman
menggunakan intuisi
lebih banyak
dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang tidak berpengalaman. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bulchia 2008 yang
mendapatkan hasil bahwa semakin besar pengalaman auditor dalam melaksanakan audit, semakin besar pula kecenderungan auditor untuk
dapat mendeteksi kecurangan, hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki pengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan dibanding
dengan auditor yang memiliki kurang pengalaman.
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh pelatihan terhadap pendeteksian kecurangan.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel pelatihan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,519. Hal ini berarti
menolak Ha2
sehingga dapat
dikatakan bahwa
pelatihan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kecurangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pelatihan lebih besar dari 0,05.
Hasil penelitian yang sama juga didapatkan dalam penelitian Bulchia 2008 yang mendapatkan hasil bahwa pelatihan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan, begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri
Noviyani dan Bandi 2002 yang mendapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pelatihan dengan jenis-jenis
kekeliruan yang berbeda yang diketahui auditor.
64
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.15, variabel skeptisisme profesional auditor mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,000. Hal ini berarti menerima Ha
3
sehingga dapat dikatakan bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian kecurangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel skeptisisme profesional auditor lebih kecil dari 0,05.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi tentang pengaruh sikap skeptisisme profesional terhadap
kemampuan mendeteksi kecurangan pada auditor internal memberikan hasil bahwa auditor yang memiki sikap skeptisisme profesional yang
tinggi akan membuat auditor tersebut untuk selalu mencari informasi yang lebih banyak dan lebih signifikan daripada auditor yang memiliki tingkat
skeptisisme profesional yang rendah, dan hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki tingkat skeptisisme profesional yang tinggi akan lebih
dapat mendeteksi adanya fraud karena informasi yang mereka miliki tersebut. Hasil yang sama didapat dalam penelitian yang dilakukan oleh
Herman 2009 yang meneliti tentang pengaruh pengalaman dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan yang
mendapatkan hasil bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian kecurangan
65
3. Hasil Uji Signifiknsi Simultan Uji F Tabel 4.16