24 pengendalian internal perusahaan yang diketahui oleh orang, maka orang
tersebut memiliki kesempatan untuk dapat melakukan kecurangan. Jadi, ketiga hal ini, yaitu: dorongan, alasanrasionalisasi dan kesempatan
memiliki peranan yang penting bagi orang untuk dapat melakukan kecurangan.
3. Teknik Dalam Mencegah Tindakan Kecurangan Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, maka tindakan
kecurangan dapat dicegah dengan Trijayanti, 2008: a. Membina, memelihara dan menjaga mental atau moral pegawai agar
senantiasa bersikap jujur, disiplin, setia, beretika dan berdedikasi b. Membangun mekanisme sistem pengendalian intern yang efisien dan
efektif Jadi, untuk dapat mencegah adanya tindakan kecurangan ada 2
sektor utama yang harus dibenahi oleh pihak manajemen, yaitu pembinaaan mental dan moral setiap pegawai yang bekerja pada
perusahaan tersebut dan pembangunan sistem pengendalian internal yang cukup dan memadai agar kemungkinan dan risiko terjadinya tindak
kecurangan dapat semakin diperkecil.
D. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengalaman Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan Fraud Sehubungan dengan variabel pengalaman kerja, hasil penelitian
mengenai pengalaman yang telah dikutip dari Sularso dan Na’im 1999 telah dilakukan oleh Hayesroth 1975, Hutchinson 1983, dan Murphy
25 dan Wright 1984 yang memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih
banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu
pemahaman yang baik mengenai frekuensi relatif peristiwa-peristiwa. Butt 1988 dalam Sularso dan Na’im 1999 mengungkapkan
bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgement frekuensi relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang
akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Demikian pula Frederick 1991 mendokumentasikan bahwa jumlah komponen pengendalian yang
disebut recall oleh akuntan pemeriksa yang berpengalaman lebih banyak ketimbang yang belum. Marchant 1989 menemukan bahwa akuntan
pemeriksa yanng berpengalaman mampu mengidentifikasi secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dan review analitik.
Penelitian Sularso dan Na’im 1999 tentang analisis pengaruh pengalaman akuntan pada pengetahuan dan penggunaan intuisi dalam
mendeteksi kekeliruan didapat hasil akuntan pemeriksa berpengalaman memiliki ketelitian yang lebih tinggi mengenai kekeliruan, dan akuntan
pemeriksa berpengalaman
menggunakan intuisi
lebih banyak
dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang tidak berpengalaman. Penelitian Bulchia 2008 tentang analisis pengaruh pengalaman
dan pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi kecurangan didapat hasil bahwa semakin besar pengalaman auditor dalam
melaksanakan audit, semakin besar pula kecenderungan auditor untuk
26 dapat mendeteksi kecurangan, hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki
pengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan dibanding dengan auditor yang memiliki kurang pengalaman.
Suraida 2005 juga menyebutkan beberapa penelitian mengenai pengalaman. Diantaranya, Butt J.L 1988 mengungkapkan bahwa akuntan
pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif baik dalam tugas-tugas profesional dibandingkan dengan akuntan pemeriksa
yang belum berpengalaman, Merchant G.A 1989 menemukan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasikan
secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik, sedangkan Libby dan Frederick 1990 menemukan bahwa semakin
banyak pengalaman, auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor juga dilakukan oleh Noviyani dan Bandi 2002. Penelitian dilakukan untuk
melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan auditor tentang kekeliruan. Penelitian dilakukan terhadap 39 auditor di
Kantor Akuntan Publik KAP di Jawa yang memiliki posisi partner, supervisor dan asisten auditor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis kekeliruan.
Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada
27 di perusahaan yang menjadi kliennya. Penelitian ini juga memberikan
bukti bahwa pelatihan yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan keahlian mereka untuk melakukan audit. Keahlian audit dan kemampuan
untuk mengetahui kekeliruan merupakan salah satu bagian dari kompetensi auditor.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa auditor yang berpengalaman lebih memiliki kemampuan untuk mendeteksi kecurangan
fraud dibanding dengan auditor yang kurangtidak berpengalaman, sehingga peneliti mengajukan hipotesis:
Ha
1
: Pengalaman auditor
berpengaruh terhadap
pendeteksian kecurangan
2. Pelatihan Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan Fraud Akuntan memerlukan berbagai keterampilan dan keahlian tertentu
dalam rangka meraih kesuksesan dalam karirnya sebagai auditor eksternal, kurikulum yang ada belum cukup membangun kesuksesan akuntan, masih
diperlukan pelatihan-pelatihan
melalui kursus-kursus
pendidikan profesional lanjutan Eynon dkk, 1994 dalam Noviyani dan Bandi 2002.
Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup IAI, 2004. Program pelatihan
mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keahlian auditor.
Pelatihan adalah
suatu kegiatan
yang bertujuan
untuk meningkatkan
kemampuan kerja
peserta, yang
akhirnya akan
28 menimbulkan perubajan perilaku aspek-aspek kognitif, keterampilan dan
sikap Harmalik, 2000 dalam Noviyani dan Bandi, 2002. Peningkatan pengetahuan yang didapat dari penambahan pelatihan formal sama
bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus Bonne dan Walker, 1994 dalam Noviyani dan Bandi, 2002. Personel auditor baru
yang menerima pelatihan dan umpan balik tentang deteksi kecurangan menunjukkan tingkat skeptis dan pengetahuan tentang kecurangan yang
lebih tinggi dan mampu mendeteksi kecurangan dengan lebih baik dibanding dengan personel audit yang tidak menerima perlakuan tersebut
Carpenter, 2002. Pelatihan bagi akuntan publik meliputi jenis dan kualitas pelatihan.
Materi pelatihan harus dirancang dengan sebaik-baiknya. Pelatihan harus dibuat sistematis dan berjenjang sesuai dengan tingkatan auditor yang ada
di Kantor Akuntan Publik KAP. Pelatihan terhadap junior auditor akan berbeda
dengan pelatihan
bagi manajer
auditor. Pelatihan
bisa diselenggarakan oleh organisasi profesi atau dilakukan secara mandiri oleh
Kantor Akuntan Publik KAP terhadap staf auditor. Pelatihan harus dilakukan untuk mengisi kekurangan dan memberikan penekanan pada
praktik auditing dan standar akuntansi bagi staf auditor di Kantor Akuntan Publik KAP.
Pendidikan dalam arti luas meliputi pendidikan formal, pelatihan atau pendidikan berkelanjutan. Pelatihan lebih yang didapatkan oleh
29 auditor akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perhatian
auditor terhadap kekeliruan yang terjadi Noviyani dan Bandi, 2002. Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa auditor yang
telah mengikuti pelatihan lebih banyak lebih memiliki kemampuan untuk mendeteksi kecurangan fraud dibanding dengan auditor yang mengikuti
pelatihan lebih sedikit atau tidak sama sekali, sehingga peneliti mengajukan hipotesis:
Ha
2
: Pelatihan auditor
berpengaruh terhadap
pendeteksian kecurangan
3. Skeptisisme Profesional Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan Fraud Penelitian yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi tentang
pengaruh sikap skeptisisme profesional terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan pada auditor internal memberikan hasil bahwa auditor yang
memiki sikap skeptisisme profesional yang tinggi akan membuat auditor tersebut untuk selalu mencari informasi yang lebih banyak dan lebih
signifikan daripada auditor yang memiliki tingkat skeptisisme profesional yang rendah, dan hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki tingkat
skeptisisme profesional yang tinggi akan lebih dapat mendeteksi adanya fraud karena informasi yang mereka miliki tersebut.
Hasil yang sama didapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Herman 2009 yang meneliti tentang pengaruh pengalaman dan
skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan yang mendapatkan hasil bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh
30 signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, semakin
besar skeptisisme profesional seorang auditor maka semakin tinggi tingkat kemampuan dalam mendeteksi kecurangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti pada tahun 2007 dalam Herman 2009 tentang skeptisisme profesional auditor dalam mendeteksi
kecurangan, yaitu meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor. Dengan kesimpulan bahwa jika auditor diberi
penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan skeptisisme profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan, dan
kepribadian mempengaruhi sikap skeptisisme profesional auditor.
Ha
3
: Skeptisisme profesional
auditor berpengaruh
terhadap pendeteksian kecurangan
Berdasarkan seluruh uraian mengenai pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor yang telah disebutkan di
atas, peneliti mengajukan hipotesis penelitian yang mengasumsikan bahwa faktor pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional auditor secara
simultan berpengaruh
terhadap pendeteksian
kecurangan. Dengan
demikian, peneliti mengajukan hipotesis penelitian keempat, yaitu:
Ha
4
: Pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor berpengaruh
secara simultan
terhadap pendeteksian
kecurangan
Berikut ini penulis paparkan hasil penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme
31 profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan, seperti terlihat pada
tabel di bawah ini:
32
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Penelitian Persamaan
Perbedaan Alat
Analisis Hasil Penelitian
1 Edy Herman
2009 Pengaruh Pengalaman
dan Skeptisisme Profesional Auditor
Terhadap Pendeteksian Kecurangan
Variabel Independen:
Pengalaman, Skeptisisme
Pofesional Auditor
Variabel Dependen:
Pendeteksian Kecurangan
Variabel Independen:
Pelatihan Auditor Analisis
regeresi berganda
Pengalaman dan Skeptisisme Profesional
Auditor berpengaruh secara signifikan baik
secara parsial maupun simultan terhadap
pendeteksian kecurangan
2 Bulchia
2008 Pengaruh Pengalaman
dan Pelatihan Auditor Terhadap Pengetahuan
Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan
Variabel Independen:
Pengalaman, Pelatihan Auditor
Variabel Independen:
Skeptisisme Pofesional
Auditor
Variabel Dependen:
Pendeteksian Kecurangan
Analisis regeresi
berganda Terdapat pengaruh yang
signifikan antara pengalaman dan pelatihan
auditor terhadap pengetahuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan
Pengalaman auditor mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pengetahuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan
Pelatihan auditor tidak berpengaruh secara
33
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Lanjutan No
Peneliti Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan
Alat Analisis
Hasil Penelitian
signifikan terhadap pengetahuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan
3 Rosemary
Fullerton dan Cindy
Durtschi 2004
The Effect of Professional Skepticism
on The Fraud Detection Skills of Internal
Auditors Variabel
Independen: Pelatihan,
Skeptisisme Pofesional
Auditor
Variabel Dependen:
Pendeteksian Kecurangan
Variabel Independen:
Pengalaman Analisis
regeresi berganda
Internal auditor yang memiliki tingkat skeptisisme
profesional yang tinggi memiliki kemampuan yang
lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan
Pelatihan memiliki pengaruh jangka pendek terhadap
kemampuan auditor internal untuk mendeteksi fraud
4 Putri
Noviyani dan Bandi
2002 Pengaruh Pengalaman
dan Pelatihan Terhadap Struktur Pengetahuan
Auditor Tentang Kekeliruan
Variabel Independen:
Pengalaman, Pelatihan
Variabel Independen:
Skeptisisme Pofesional Auditor
Variabel Dependen:
Pendeteksian Analisis
regeresi berganda
Pengalaman berpengaruh positif terhadap pengetahuan
auditor tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda
yang diketahuinya
Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
pelatihan dengan
34
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Lanjutan No
Peneliti Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan
Alat Analisis
Hasil Penelitian
Kecurangan jenis-jenis kekeliruan yang
berbeda yang diketahui auditor
Pengalaman tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perhatian auditor pada
departemen tempat kekeliruan terjadi
Pelatihan lebih yang didapatkan oleh auditor
akan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap perhatian auditor pada departemen tempat
kekeliruan terjadi
5 Sri Sularso
dan Ainun Na’im
1999 Analisis Pengaruh
Pengalaman Akuntan pada Pengetahuan dan
Penggunaan Intuisi dalam Mendeteksi
Kekeliruan Variabel
Independen: Pengalaman
Auditor Variabel
Independen: Pelatihan,
Skeptisisme Pofesional
Auditor Analisis
regeresi berganda
Pengalaman berpengaruh positif terhadap
pengetahuan auditor tentang jenis-jenis
kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya
35
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Lanjutan No
Peneliti Judul Penelitian
Persamaan Perbedaan
Alat Analisis
Hasil Penelitian Variabel
Dependen: Kemampuan
Auditor Dalam Mengidentifikasi
Jenis Kekeliruan, Ketelitian,
Pengetahuan Kekeliruan Yang
Tidak Lazim, dan Penggunaan
Intuisi Variabel
Dependen: Pendeteksian
Kecurangan Tidak ada pengaruh yang
positif dan signifikan antara pelatihan dengan
jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahui
auditor
Pengalaman tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap perhatian auditor pada
departemen tempat kekeliruan terjadi
Pelatihan lebih yang didapatkan oleh auditor
akan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap perhatian auditor pada departemen tempat
kekeliruan terjadi
36
E. Kerangka Pemikiran