4. Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

anak yang ketiga, yaitu kompensasi, dimana hal tersebut dibangun berdasarkan kombinasi antara penerimaan dan penolakan terhadap kecacatan anak dan lebih menekankan perilaku dibandingkan dengan perasaan. Orangtua yang kompensasi akan berusaha mengganti sikap penolakan dengan penerimaan. Tetapi hasil yang ditampilkan akan menyebabkan perilaku yang berbahaya untuk anaknya. Selain itu, Porter dalam Jersild, et.al., 1975 menyatakan bahwa terdapat empat bentuk penerimaan orangtua, yaitu: 1. Menunjukkan perasaannya dan respek kepada anak, mengakui bahwa anak memang berhak untuk mendapatkan perasaan tersebut 2. Menilai bahwa setiap anak itu unik walaupun dalam keterbatasannya 3. Mengakui bahwa seorang anak butuh untuk mandiri dan bisa menjadi “sesuatu” nantinya 4. Cintai dan sayangi anak tanpa pamrih

2. 4. Kerangka Berpikir

Masa remaja adalah masa persiapan individu untuk memasuki masa dewasa, yang digambarkan sebagai masa dimana individu sudah harus mencapai kemandirian dan memikul tanggung jawab sendiri terhadap kehidupan selanjutnya. Tanggung jawab yang diembannya tidak terbatas hanya terhadap dirinya sendiri, namun juga terhadap lingkungan sosialnya. Sebagai individu, tentu memiliki keinginan untuk tidak sekedar mempertahankan hidup, tetapi juga 42 meningkatkannya – mencapai suatu kondisi yang lebih baik dari yang sudah dimilikinya saat ini. Keinginan untuk mencapai suatu kondisikeadaan yang lebih baik ini merupakan suatu motif untuk berprestasi. Motivasi berprestasi sebagai suatu dorongan atau keinginan untuk mencapai suatu hasil yang lebih baik, memerlukan standar atau patokan sebagai ukuran keberhasilan. Standar ini sifatnya sangat subjektif, karena ukuran berprestasi bagi individu tertentu belum tentu sama dengan individu lain. Bagaimana individu mampu mengetahui dan memahami segala kelebihan dan kekurangan diri merupakan salah satu cara untuk dijadikan sebuah patokan untuk pencapaian prestasi. Oleh karena itu, setiap individu seharusnya memiliki gambaran atau konsep mengenai dirinya. Konsep ini dapat diperoleh dari perumusan individu tentang konsep dirinya. Akan tetapi, konsep diri yang baikpositif yang mampu memunculkan tingkah laku untuk mencapai suatu prestasi tidak akan tumbuh dan berkembang jika tidak didukung oleh lingkungan yang baik pula. Lingkungan remaja yang terdekat selain teman sebaya adalah keluarga, terutama orangtua. Bagaimana sikap orangtua terhadap sang anak sejak kecil mempengaruhi pembentukan konsep diri dan motivasinya hingga ia tumbuh menjadi remaja dan akan berpengaruh sepanjang hidupnya kelak. Pada dasarnya tidak ada satu pun orangtua yang meninginkan anaknya mengalami hambatan dalam perkembangannya, baik secara fisik maupun mental apalagi sampai si anak mengalami kelainan dalam pertumbuhan fisiknya seperti anak penyandang tunadaksa. Walaupun begitu tentunya setiap orangtua 43 menginginkan yang terbaik bagi anaknya walaupun anak tersebut berkebutuhan khusus. Dan setiap orangtua dalam menerima keadaan ini berbeda-beda, bisa jadi reaksi pertama kali ketika tahu bahwa anaknya tidak normal, yaitu ada yang terkejut dan malu, bahkan ada yang menolak dan ada pula yang menerima keadaan anaknya dengan ikhlas dan berlapang dada. Secara umum dalam menerima anaknya yang mengalami hambatan ini para peneliti mengasumsikan bahwa mereka akan melewati beberapa tahap dalam penerimaan dan penyesuaian terhadap anak tersebut Gargiulo, 1985. Dengan menerima anak berarti menyadari anak sebagai seorang individu yang memiliki perasaan, keinginan, dan kebutuhan yang sama dengan anak-anak lainnya dan dalam proses ke arah sana orangtua mempunyai tanggung jawab untuk dapat menerima keadaan anaknya dengan apa adanya secara keseluruhan, karena penerimaan orangtua ini akan sangat berpengaruh terhadap keadaan psikologis mereka, diantaranya adalah dalam pembentukan konsep diri dan motivasi. Dimana segala sikap yang diterima oleh anak tersebut bisa membentuk pola pikir mereka tentang dirinya. Jika yang diterimanya adalah penerimaan ataupun penolakan dari orangtuanya, maka apakah konsep diri yang dibentuk oleh si anak mengarah pada konsep diri yang baik atau tidak. Begitu pula dengan motivasi, motivasinya akan berkembang dengan baik jika orangtua mampu memperlakukan anak penuh kehangatan dan cinta kasih. Dengan begitu anak mampu melihat dirinya dengan segala potensi yang dimiliki tanpa harus melihat segala kekurangannya. Karena semakin ia merasa mendapat penolakan dari orang terdekatnya yaitu orangtua bisa jadi pandangan si anak tentang dirinya akan 44 semakin buruk atau ia bisa merasa rendah diri sehingga membuat kehidupannya semakin terpuruk dan semakin tidak menumbuhkan rasakeinginan untuk terus berprestasi sepanjang hidupnya. Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Remaja Penyandang Tunadaksa Penerimaan Orangtua - Shock - Denial - Grief and depression - Ambivalence - Guilt - Anger - Shame and embarrassment - Bargaining - Adaptation and reorganization - Acceptance and adjustment Konsep Diri - Self-image - Ideal-self - Social selves Motivasi Berprestasi - Berani mengambil resiko dalam pemilihan tugas - Membutuhkan umpan-balik dari orang lain - Bertanggung jawab - Memiliki kesempatan untuk unggul - inovatif 45

2. 5. Hipotesis