5 Pengukuran konsep diri LANDASAN TEORI

Meskipun dari berbagai penelitian di atas cacat fisik seseorang tampaknya tidak terlalu mempengaruhi apakah ia diterima atau tidak oleh teman-teman sebayanya, tetapi kondisi tersebut mempunyai dampak pada si remaja sendiri, begitu pun reaksi yang ditunjukkan oleh orang-orang di sekitarnya. Reaksi-reaksi tersebut biasanya berupa perhatian yang berlebihan dari orangtua dan saudara- saudaranya atau dapat pula sebaliknya, terlalu ’dijaga’ oleh orangtuanya, mengalami penolakan, dan lain-lain sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi pembentukan konsep dirinya. Dari uraian di atas terlihat bahwa perasaan-perasaan ’negatif’ yang diialami oleh remaja cacat lebih banyak disebabkan oleh perasaan-perasaan dari dalam diri si remaja cacat itu sendiri, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa situasi ini juga dapat disebabkan oleh reaksi-reaksi orang lain terutama orangtua terhadap kecacatannya. 2. 2. 5 Pengukuran konsep diri Ada dua buah metode umum yang dapat dipakai untuk mengukur konsep diri individu, yaitu: 1. Metode kertas dan pensil Paper and pencil method 2. Dengan mengobservasi tingkah laku individu yang dilakukan oleh satu atau sejumlah pengamat untuk menduga konsep diri dari orang yang diamati tersebut. Pendekatan ini biasanya terbatas pada penilaian individual Burns, 1993, h: 109. 30 Di bawah ini akan dijelaskan tentang metode-metode kertas dan pensil yang berkaitan dengan pelaporan diri yang dapat digunakan untuk mendapatkan suatu deskripsi diri individu, yaitu: 1. Skala penilaian Skala-skala penilaian ini dapat berbentuk kuesioner, inventori, dan sikap terhadap skala-skala diri. Pada umumnya metode ini terdiri atas pemberian sekumpulan pernyataan dan untuk meresponnya subjek diminta untuk memilih derajat aitem yang paling sesuai dengan dirinya, misalnya Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju atau Tidak Pernah, Jarang, Kadang-kadang, Seringkali, dan Selalu. Nilai-nilai dari penilaian ini kemudian dipakai sebagai bobot berupa angka-angka untuk mendapatkan skor total bagi semua aitem. Pendekatan yang paling sering digunakan di dalam pengukuran konsep diri adalah teknik skala penilaian ini yang biasanya memakai skala model Likert, lebih disukai karena memberikan lebih banyak data tentang subjekresponden Burns, 1993, h: 109-110. 2. Daftar pengecekan Dengan metode ini individu semata-mata mengecek kata-kata sifat ataupun pernyataan-pernyataan yang sesuai untuk menggambarkan dirinya sendiri yang berbentuk pemberian respon ’yatidak’. Hanya aitem-aitem yang dicek yang berlaku pada subjek tersebut Burns, 1993, h: 110. 31 3. Teknik penyortiran-Q Q-Sort Technique Penyortiran pernyataan-pernyataan perihal konsep diri pada kartu-kartu yang sangat digemari, karena merupakan suatu tugas yang mudah, menarik, dan memberi motivasi yang telah digunakan oleh anak-anak Staines, 1954 dan kasus-kasus klinis Butler dan Haigh, 1954. Teknik penyortiran ini dikembangkan oleh Stevenson 1953 disebut dengan teknik penyortiran-Q Q-Sort Technique. Aitem-aitem yang menjelaskan kepribadian ini cenderung menjadi pernyataan-pernyataan tegas yang umum dan tidak spesifik menurut keadaannya misalnya, ’Saya malu’. Masing-masing aitem di dalam penyortiran ini dapat ditetapkan pada sebuah nilai dari satu sampai sembilan tergantung pada tumpukan yang ditempatkan oleh subjek tersebut. Sebagai sebuah teknik yang bersifat individual, teknik penyortiran-Q ini merupakan teknik yang tidak efektif dan efisien Burns, 1993, h: 110-112. 4. Metode-metode respons yang bebas dan tidak berstruktur Dalam metode ini subjek diminta untuk menyediakan bahan-bahan mengenai dirinya sendiri, biasanya dengan melengkapi kalimat atau membuat sebuah essai dengan tema ’Diri saya’. Namun kedua pendekatan ini juga terdapat masalah dalam penganalisaan dan mengkuantifikasikan data-datanya. Selain itu, subjek dapat memberikan respon yang tidak akurat dalam merefleksikan perasaan-perasaannya karena subjek diminta untuk memilih di antara alternatif-alternatif yang terbatas pada pernyataan-pernyataan yang diajukan dan juga bersifat subjektif Burns, 1993, h: 112. 32 5. Teknik proyektif Beberapa peneliti telah berusaha untuk menggunakan teknik-teknik proyektif untuk mengukur konsep diri yang tidak sadar unconscious selfconcept, misalnya Friedman, 1955; Mussen dan Jones, 1957; Linton dan Graham, 1959. Mereka menggunakan pendekatan ini karena mereka yakin aspek-aspek tidak sadar berkaitan dengan teori ini. Akan tetapi, dalam segala hal teknik- teknik proyektif berada dalam keadaan yang jauh lebih tidak pasti daripada penilaian-penilaian dan skala-skala sikap yang lebih umum digunakan untuk memberikan indeks sikap-sikap diri dalam hal reliabilitas, validitas, dan interpretasi Burns, 1993, h: 112-113. 6. Wawancara Metode ini sangat jelas di dalam konseling dan di dalam studi-studi psikoterapi tentang konsep diri dan perubahan konsep diri. Pendekatan yang berpusat pada klien client-centered yang dilakukan oleh Carl Rogers dengan encounter open-ended -nya merupakan sebuah contoh yang khas dalam metode wawancara untuk pengungkapan aspek penilaian konsep diri individu Burns, 1993, h: 113. Dalam penelitian ini, cara yang digunakan untuk mengukur konsep diri subjek adalah dengan skala penilaian model Likert. Hal ini disebabkan karena skala penilaian sering digunakan untuk pengukuran konsep diri dan dianggap lebih objektif dibanding cara pengukuran yang lainnya. 33 2. 3. Penerimaan Orangtua 2. 3. 1 Definisi penerimaan orangtua