BAB 2 LANDASAN TEORI
Dalam landasan teori ini akan dibahas teori-teori mengenai motivasi berprestasi, konsep diri, dan penerimaan orangtua, serta kerangka berpikir
berdasarkan asumsi peneliti dan hipotesis-hipotesis yang akan diujikan.
2. 1. Motivasi Berprestasi 2. 1. 1 Definisi motivasi berprestasi
Konsep motivasi berprestasi diawali dari konsep Henry Murray 1938 tentang psychogenic needmotive. Konsep awal ini menjelaskan adanya perbedaan
kecenderungan untuk berusaha mencapai tujuan tertentu antara satu orang dengan orang yang lain Atkinson dan Raynor, 1974 dalam Santrock, 2003. Menurut
McClelland dan Atkinson 1948 dalam Slavin 1994 salah satu jenis motivasi \yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi.
Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk mencapai kesuksesan dan untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan dan kesuksesan tersebut tergantung pada
usaha dan kemampuan orang yang bersangkutan Slavin, 1994. Sedangkan menurut Santrock 2003 motivasi berprestasi adalah keinginan untuk
menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan.
15
Morgan-King 1987 motivasi berprestasi merupakan salah satu motif sosial yang menunjuk pada suatu dorongan yang merupakan hasil dari aktivitas
manusia. Motif ini disebut motif sosial karena dipelajari dalam suatu kelompok sosial, dan biasanya melibatkan orang lain. Individu dengan motif kebutuhan
untuk berprestasi memiliki kekuatan untuk mencari penyelesaian dan meningkatkan kinerja performance pada tugas yang sedang dihadapinya.
Individu seperti ini berorientasi pada tugas dan lebih menyukai pekerjaan menantang kemampuannya, dimana kinerjanya akan dievaluasi menurut suatu
aturan tertentu Morgan-King, 1987, h: 283-284. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
berprestasi adalah suatu dorongan yang akan mengarahkan individu untuk bertingkah laku tertentu dengan tujuan untuk mencapai tingkat prestasi tertentu
pula. Pencapaian prestasi ini didasarkan pada suatu standar dan tingkah laku berprestasi ini akan muncul jika individu merasa bahwa dirinya akan dinilai.
2. 1. 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
Semua motivasi sosial termasuk motivasi berprestasi merupakan hasil dari proses belajar. Individu tertentu memiliki motivasi berprestasi yang tinggi
dikarenakan adanya perbedaan pengalaman yang diterima pada awal kehidupan individu yang menghasilkan variasi dalam derajat motivasi untuk berprestasi.
Secara lebih spesifik dapat dikatakan bahwa anak-anak meniru tingkah laku orangtuanya atau orang dewasa lain yang dianggap ”penting” bagi anak, sebagai
model. Melalui proses belajar observasi Bandura dan Walters, 1963 anak
16
mengadopsi sejumlah karakteristik model, termasuk dorongan untuk berprestasi bila model tersebut memiliki motif untuk berprestasi dalam derajat tertentu
Parsons, 1983 dalam Morgan-King, 1987, h: 284. Harapan orangtua terhadap anak menurut para ahli juga merupakan suatu
hal yang penting untuk meningkatkan motivasi berprestasi anak. Orangtua yang berharap agar anaknya bekerja keras dan berusaha meraih kesuksesan merupakan
suatu dukungan bagi anak untuk mengarahkan tingkah lakunya pada usaha mencapai hasil yang lebih baik. Suatu bentuk harapan orangtua yang berkaitan
dengan motivasi berprestasi misalnya, membiarkan anak untuk melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan lain-lain Morgan-King, 1987, h: 284.
Selain itu, penerimaan orangtua terhadap anak yang ditunjukkan dengan sikap hangat dan penuh kasih sayang juga berpengaruh pada motivasi anak. Efek
penerimaan orangtua tersebut diperkenalkan oleh Radin 1971 melalui observasinya untuk melihat interaksi antara orangtua khususnya ibu kepada si
anak Jersild, et.al., 1975, h: 209. Prestasi menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, dan remaja mulai
menyadari bahwa pada saat inilah mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Mereka mulai melihat kesuksesan atau kegagalan masa kini
untuk meramalkan keberhasilan di kehidupan mereka nanti sebagai orang dewasa Ishiyama dan Chasbassol, 1985; Sue dan Okazaki, 1990 dalam Santrock, 2003, h:
473.
17
Prestasi remaja tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intelektual tetapi juga banyak ditentukan oleh faktor motivasi dan psikologis, termasuk konsep
remaja mengenai dirinya. Walberg 1984 menyatakan bahwa adanya hubungan antara konsep diri secara umum dengan motivasi berprestasi walaupun tidak
signifikan. Ia akan berkorelasi kuat jika konsep diri yang ingin diukur merupakan konsep diri yang lebih spesifik, seperti konsep diri matematika, konsep diri
Bahasa Inggris, dan konsep diri tentang mata pelajaran yang lainnya Marsh, 1992 dalam Eggen dan Kauchak, 2004. Selain itu, untuk melihat hubungan antara
konsep diri dan motivasi berprestasi juga bisa merujuk pada teori konsep diri karir career self-concept theory dari Donald Super 1967, 1976, yang menyatakan
bahwa konsep diri individu memainkan peranan utama dalam pemilihan karir seseorang. Super percaya bahwa masa remaja merupakan saat seseorang
membangun konsep diri tentang karir dalam Santrock, 2003, h: 484. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran keluarga sebagai
lingkungan terdekat anak, khususnya orangtua yang memberikan pengalaman pertama pada anak untuk bersosialisasi, memiliki andil yang besar dalam
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi berprestasi anak termasuk konsep dirinya sendiri. Diharapkan dengan sudah dimilikinya ”modal” motivasi
berprestasi dan konsep diri yang ditumbuhkan orangtua sewaktu anak-anak melalui perilaku yang hangat, dalam kehidupan selanjutnya motivasi berprestasi
para remaja dapat dikembangkan dalam area yang lebih luas dan lebih bervariasi sehingga mampu meraih apa yang diharapkan oleh remaja itu sendiri.
18
2. 1. 3 Karakteristik individu dengan motivasi berprestasi tinggi