33
Objective reality, merupakan suatu kompleksitas definisi realitas termasuk
ideologi dan keyakinan serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang telah mapan terpola tercakup di dalamnya adalah berbagai institusi sosial dalam
pasar, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta. Symbolic reality,
merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai objectiver reality, termasuk di dalamnya teks produk industri media,
representasi pasar, kapitalisme dan sebagainya dalam media. Sedangkan subjective reality
merupakan kcnstruksi definisi realitas realita dalam hal ini misalnya media, pasar, dan seterusnya yang dimiliki individu dan
dikonstruksi melalui proses internalisasi.
C. Konseptualisasi Konglomerasi
Perkembangan bisnis media melalui bentuk kegiatan korporasi usaha di Indonesia yang menimbulkan kontroverisal dibanding dengan aktivitas usaha
konglomerasi. Konglomerasi adalah sejumlah pelaku konglomerat yang menanamkan sahamnya pada tumbuhnya kelompok Grup perusahaan dalam
satu tangan, sedemikian rupa sehingga praktis seluruh kebijakan manajemen yang pokok ditentukan oleh satu pusat.
23
Bahwa pengertian konglomerat adalah sebagai kata benda yang artinya pengusaha. Konglomerasi ini
merupakan satu kesatuan yang sangat besar kekuatannya, sehingga mudah mengalahkan pesaingnya, bisa mengatur harga transaksi antar perusahaan
untuk menghindari pajak, bisa mengadakan subsidi silang sehingga
23
Drs. Djafar H. Assegaff, Konglomerasi, Taipan, dan Koneksi Bisnis, Jakarta: Warta Ekonomi, 1994, Cet-1, h. 263.
34
harganya selalu bisa bersaing, dan mempunyai “barganing power” yang sangat kuat.
24
Menurut Anggito Abimanyu, konglomerasi dalam istilah bisnis bisa diartikan sebagai bentuk usaha yang melakukan kegiatan usaha atau bisnis
dalam berbagai macam bidang yang kurang terkait satu sama lain. Di Indonesia, khususnya pada negara berkembang, bisnis konglomerat
diasosiasikan dengan bisnis pemilikan keluarga.
25
Konglomerat dapat diartikan sebagai seseorang atau unit usaha yang bergerak dalam berbagai
bidang usaha dengan sejumlah perusahaan atau afiliasi bisnisnya. Kegiatan usaha konglomerasi ini, dalam konteks kegiatan orientasi yang
memiliki kinerja ekonomi atau bisnis yang handal dan hal tersebut dapat disinyalir kurang sepadan dengan fasilitas yang dimilikinya. Dalam hal
kedudukan swasta semakin kuat, dan konsentrasi berbagai kegiatan semakin tinggi, dan konglomerasi tumbuh hampir tanpa pengaturan, maka
kebijaksanaan-kebijaksanaan intervensi semakin tinggi investasinya.
D. Industri Media Massa
1. Pengertian Industri Media Massa Industri media massa memiliki masing-masing populasi terdiri dari
media-media yang secara tidak langsung membentuk suatu kelompok
24
Priasmono P,dkk, Konglomerasi Ekonomi Indonesia dalam Rangka Persatuan Bangsa Suatu Tanggung Jawab Sosial
, Jakarta: LPSI, 1994, h. 17.
25
Anggito Abimayu, “Orientasi Usaha dan Kinerja Bisnis Konglomerasi” Seminar Nasional Industri Oligopoli dan Konglomerasi di Indonesia, tanggal 17 Desember 1994, diselenggararakan
oleh Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia UII, Yogyakarta. h. 1.
35
yang hidup dari sumber daya yang sama, Misalnya polpulasi radio, populasi surat kabar, atau populasi televisi.
Pada dasarnya ada tiga sumber utama yang menjadi sumber penunjang kehidupan industri media, yakni:
a. Modal capital, Misalnya pemasukkan iklan, iuran berlangganan. b. Jenis isi Media Type of Content, Misalnya Quis, Sinetron, informasi.
c. Jenis khalayak sasaran Types of Audiens, Misalnya Usia, berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan lain
sebagainya.
26
Smythe membagi tiga hal yang bisa digunakan sebagai patokan untuk mengidentifikasi karakteristik suatu industri media, yaitu:
27
1 Customer Requirements, Merujuk kepada harapan konsumen tentang produk yang mencangkup aspek kualitas, diversitas, dan ketersediaan.
2 Competitive Environment, lingkungan pesaing yang dihadapi oleh perusahaan.
3 Social Expectation, Berhubungan dengan tingkat harapan masyarakat terhadap keberadaan industri.
Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan persaingan di Industri penyiaran melalui adanya regulasi lisensi kepemilikan dan
26
Rahcmat Kriyantono, Tekhnik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, Edisi Pertama, h. 272.
27
Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulais Penyiaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, Edisi pertama, h. 90.
36
kepemilikan silang di industri penyiaran dengan tujuan untuk membatasi konsentrasi concentration dan kekuatan pasar market power
28
. Care
yang paling umum untuk mengetahui kemungkinan adanya tindakan anti persaingan dalam perekonomian adalah dengan melihat tingkat
konsentrasi industri. Industri yang terkonsentrasi tinggi akan memudahkan perusahaan-perusahaan untuk melakukan kolusi dengan memanfaatkan
kekuatan pasar untuk keuntungan mereka. Meskipun demikian, konsentrasi yang tinggi bukan merupakan faktor utama atau pun
keharusan yang menyebabkan timbulnya tindakan yang anti persaingan. Konsentrasi dapat muncul karena perusahaan yang tidak efisien telah
terpaksa keluar dari pasar dan muncul perusahaan yang efisien atau pada industri padat modal.
29
2. Persaingan Kompetisi di Industri Penyiaran Televisi Pasar di industri penyiaran televisi dapat dibedakan menurut bentuk
penyiaran itu sendiri. Jelas radio merupakan subtitusi yang lemah bagi free
-to-air television atau stasiun televisi swasta
25
. Share pasar merupakan salah satu aspek yang diperhatikan untuk
mengatur strategi perusahaan dalam meraih keberhasilan. Keberhasilan sebuah perusahaan biasanya ditunjukkan dengan profit yang diperoleh,
28
Martin, Stephen, Industrial Economics: Economics Analysisand Public Policy, New Jersey: Prentice Hall, 1993, h. 82.
29
Harold Demsetz, Industry Structure, Market Rivalry and Public Policy, ”Journal of law and Economics 16 April 1973, h. 1-9.
37
harga saham yang menguat bagi perusahaan yang telah go public serta seberapa besar share pasar perusahaan tersebut dalam industri.
Konsentrasi pasar merupakan penjumlahan pasar dari perusahaan- perusahaan terbesar, biasanya merupakan penjumlahan dari 4 share pasar
perusahaan terbesar.
30
Studi empiris yang dilakukan oleh Bain memperlihatkan adanya hubungan yang positif antara kondisi entry dan
konsentrasi pasar terhadap kekuatan pasar sehingga semakin tinggi konsentrasi pasar, maka semakin sulit bagi pendatang baru untuk
memasuki pasar. Akibatnya kekuatan pasar akan semakin besar.
3. Faktor-Faktor Penentu Struktur Pasar di Suatu Industri Bahwa dalam meningkatkan struktur pasar suatu industri dapat
diamati melalui:
31
a. Jumlah perusahaan b. Kondisi entry
c. Ukuran besarnya perusahaan Dalam pasar persaingan sempurna, terdapat banyak penjual dan
pembeli, sehingga tak satu pun dari mereka mampu mepengaruhi harga. Kondisi pasar persaingan sempurna akan memberikan tingkat persaingan
yang efisien dalam industri. Di sisi lain, pada pasar yang bersifat monopoli, hanya terdapat satu penjual
43
yang memiliki kekuatan pasar
30
Martin, Stephen, Industrial Economics: Economics Analysisand Public Policy, h. 113.
31
Martin, Stephen, Industrial Economics: Economics Analysisand Public Policy, h. 3.
38
untuk menentukan berapa jumlah output dan harga yang akan dilempar ke pasar.
Beberapa faktor yang menjadi sumber terjadinya konsentrasi industri: a. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi pada satu sisi berguna untuk meningkatkan, efisiensi, tetapi di sisi lain menyebabkan tidak semua pengusaha dapat
menguasainya untuk mencapai kinerja yang efisien sehingga muncul akumulasi modal dan kekayaan di tangan beberapa
orang atau kelompok. b. Merger
Merger akan menyebabkan peningkatan kekuatan pasar yang
berpotensi mengurangi persaingan sehingga merger harus dibatasi. Pembatasan merger biasanya didasarkan pada ukuran konsentrasi
kekuatan pasar yang besar akan menyebabkan perusahaan tersebut dalam posisi dominan.
4. Jenis Struktur Industri Struktur industri oleh para ekonom sering diidentikkan dengan
struktur pasar, yang dikategorikan ke dalam jenis pasar berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang sering dipakai antara lain berdasarkan
faktor-faktor yang menentukan struktur pasar seperti ukuran dan distribusi penjual, diffrensiasi produk dan hambatan masuk atau keluar pasar.
39
Indikator untuk mengkategorikan masing-masing pasar ke dalam jenis- jenis pasar adaiah jumlah penjual dan pembeli, kondisi entry dan exit,
keragaman produk barang atau jasa yang dihasilkan, kondisi informasi serta kemampuan penjual atau pembeli untuk mempengaruhi tingkat
harga.
5. Karakteristik dan Kekuatan Struktur Pasar Media Ada 4 karakteristik utama dari pasar persaingan sempurna yaitu
Rahardja dan Manurung, 1999: 209-210: a. Terdapat banyak penjual dan pembeli dan penjual serta pembeli tidak
dapat mempengaruhi tingkat harga price taker. b. Produk homogen
c. Bebas dan mudah keluar masuk pasar, yang berarti asset yang dibutuhkan dalam kegiatan operasi bukan bersifat sunk. Dengan begitu
jika sebuah perusahaan bermaksud untuk menutup usahanya, maka perusahaan tersebut dapat menjual kembali assetnya tanpa ada modal
yang hilang. d.
Terdapat pengetahuan yang lengkap dan sempurna sehingga perusahaan mengetahui teknologi yang ada serta Penjual dan pembeli
tahu tingkat harga yang terjadi di pasar. Kekuatan pasar mempunyai kemampuan mempengaruhi harga oleh
penjual maupun pembeli. Di mana kekuatan pasar ini muncul dengan
40
berbeda-beda di seluruh perusahaan serta mempengaruhi kesejahteraan konsumen dan produsen yang hal ini dapat dibatasi oleh pemerintah.
Adapun kekuatan struktur pasar di bagi menjadi 4, yaitu: a. Struktur Pasar Persaingan Monopolistik Monopolistic Competion
Terdapat banyak penjual dan pembeli. Setiap perusahaan menghadapi persaingan dari banyak perusahaan lainnya di pasar
persaingan monopolistik Sheperd, 1990: 75. Pada struktur pasar ini dikenal adanya diferensiasi produk sehingga konsumen dapat memilih
produk di antara yang ditawarkan oleh konsumen sesuai dengan preferensinya. Model pasar ini mengakui adanya kekuasaan monopoli,
tertentu yang timbul dari penggunaan merk dan tanda dagang brandnames
dan Trademarks. Bahwa suatu pasar yang bersaing secara monopolistik mempunyai
dua karakteristik utama, yaitu: 1 Perusahaan-perusahaan bersaing dengan menjual produk-produk yang telah terdiferensiasi, yang sangat
dapat digantikan oleh satu sama lain tetapi bukan pengganti yang sempurna dan 2 Adanya kemungkinan untuk masuk dan keluar
secara bebas: hal ini relatif mudah bagi perusahaan-perusahaan baru untuk memasuki pasar tersebut dengan mereknya sendiri dan bagi
perusahaan-perusahaan yang sudah ada untuk keluar jika produknya akhirnya tidak lagi menguntungkan.
41
Tidak ada ketergantungan diantara perusahaan yang satu dengan yang lain. Serta perusahaan menjual suatu merek atau versi produk
yang berbeda dalam hal kualitas, penampilan, atau reputasi, dan masing-masing perusahaan merupakan produsen tunggal mereknya
sendiri, contohnya pasta gigi, deterjen cuci, shampo, dan lain-lain.
32
b. Struktur Pasar Oligopoli Oligopoly Industri berada pada pasar oligopoli bila 4 perusahaan terbesar
menguasai 40 dari total penjualan atau lebih.
33
Dalam struktur pasar oligopoli, penjual menjual produk subtitusi yang saling menggantikan
satu sama lain. Karena produk yang dijual adalah produk subtitusi maka persaingan dalam pasar oligopoli lebih pada memproduksi
produk yang differentiated differentiated product melalui kualitas dan disain.
34
Karena itu pada model pasar oligopoli peranan iklan sangat penting untuk bisa menggeser ke kanan kurva permintaan
meningkatkan permintaan konsumen. Dalam usahanya menarik kelompok pembeli yang berbeda, maka perusahaan akan mengadakan
perubahan kualitas dan disain.
32
Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld, Mikro Ekonomi, Jakarta, PT Indeks, 2001, Edisi ke-5, Jilid ke-2, h. 103.
33
Martin, Stephen, Industrial Economics: Economics Analysisand Public Policy, New Jersey: Prentice Hall, 1993, h. 113.
34
Churc, Jefferey and Roger Ware, Industrial Organization: A Strategic Approach, The McGraw Hill, Siangapore, 2000. h. 232-234.
42
Pada struktur perusahaan oligopoli terdapat suatu pasar di mana hanya sedikit perusahaan bersaing satu sama lain, dan masuknya
perusahaan-perusahaan baru akan dihalangi, serta produk yang dihasilkan perusahaan-perusahaan tersebut mungkin sudah
terdiferensiasi.
35
Kekuatan monopoli dan profitabilitas dalam industrii oligopolistik sebagaian tergantung pada bagaimana perusahaan-
persusahaan tersebut saling berinteraksi. c. Monopoli
Monopoli terdapat dalam sistem pasar dimana hanya ada satu penjual dan produk yang dijual tidak memiliki subtitusi. Kondisi
monopoli terjadi karena para pesaing tidak masuk ke dalam industri tersebut karena adanya hambatan untuk masuk barrier to entry.
Rintangan tersebut dapat berupa paten dan lisensi yang diberikan oleh pemerintah dalam pengendalian bahan baku, penggunaan nama merek
dan investasi modal besar yang diperlukan untuk memasuki industri tersebut.
Dengan tidak adanya penjual lain, maka seorang monopoli tidak memiliki pesaing. Pesaing potensial bagi seorang monopolis sangat
minim sebab adanya halangan untuk masuk ke dalam industri.
35
Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld, Mikro Ekonomi, h.103.
43
d. Monopsoni Monopsoni ini merujuk pada suatu pasar di mana hanya ada satu
pembeli. Dengan satu atau hanya sedikit pembeli, beberapa pembeli mungkin akan mempunyai kekuatan monopsoni di mana kemampuan
pembeli untuk membeli barang tersebut lebih murah daripada harga yang seharusnya berlaku dalam suatu pasar yang bersaing.
36
36
Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld, Mikro Ekonomi, h. 29-30.
BAB III GAMBARAN UMUM MEDIA NUSANTARA CITRA