h. 141- 245. Analisa Komodifikasi Media Nusantara Citra

56 Namun kini MNC telah menjadi sebuah perusahaan yang sangat besar yang bergerak dalam bidang bisnis penyiaran dan bisnis produksi program, distribusi program dan saluran televisi terestrial, saluran program televisi, surat kabar, tabloid dan jaringan radio. Perusahaan ini boleh dikatakan sebagai perusahaan media yang terintegrasi secara raksasa. Sebagai perusahaan media penyiaran raksasa, sangat mustahil bila MNC sama sekali tidak terlibat arus politik nasional, karena dalam sejarahnya pers selalu memiliki hubungan yang erat dengan arus politik, baik nasional maupun global. Dalam penelitian inilah penulis berusaha melakukan analisa-analisa yang mengarah pada hubungan erat antara MNC dan ekonomi-politik. Teori ekonomi-politik vincent mosco dalam hal ini adalah salah satu teori yang dianggap penulis tepat untuk digunakan pisau analisa dalam penulisan skripsi ini, tentunya dengan beberapa alasan yang mengacu pada pengembangan pasar media.

A. Analisa Komodifikasi Media Nusantara Citra

Komodifikasi adalah yakni mengubah makna dari sistim fakta atau data yang merupakan pemanfaatan isi media di lihat dari kegunaannya sebagai komoditi yang dapat dipasarkan. 1 Dengan demikian para produsen media mengubahnya menjadi sesuatu yang layak untuk dipasarkan, seperti halnya olah raga, musik, sinetron, atau tepatnya pertandingan sepak bola yang ada di dunia, kini telah menjadi barang komersilisasi oleh perusahaan penyiaran. 1 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, London: SAGE Publication,

1996, h. 141- 245.

57 Tiga jaringan siaran TV Nasional yang MNC miliki mempunyai peranan penting dalam industri televisi nasional. Melalui ketiga TV swasta nasional MNC yaitu RCTI, TPI dan Global TV, per 31 Desember 2009, MNC mencapai total pangsa pemirsa sebesar 35 dan total pangsa belanja iklan kotor sebesar 34 sumber: Nielsen Research. Pemirsa yang tersegmentasi telah meningkatkan efektifitas kampanye pemasaran televisi. Hal ini memberikan keyakinan bagi para pemasang iklan untuk mendapatkan nilai tambah atas anggaran iklan yang mereka alokasikan dalam pemasangan iklan di RCTI, TPI dan Global TV. 58 TOP 10 PROGRAM - RCTI, TPI, GLOBAL TV, Target Penonton 5 Tahun teratas yang diambil dari 10 Kota , Januari - Desember 2009 Analisis : Program Periode : 01012009 - 31122009; Stasiun TV : RCTI; TPI; GLOBAL TV; Waktu : 02.00.00 - 25.59.59 SMTWTFs; Sasaran : Jakarta; Surabaya; Medan; Semarang; Bandung; Makassar; Yogyakarta; Palembang; Denpasar; Banjarmasin; Target Penonton : Usia 5 Tahun Ke Atas; Total Penonton : 46,719,474 Penonton Saluran Program Jenis Program Nilai Rata-rata Rating Jumlah Televisi Penonton dalam Ribuan in Penonton RCTI PUBLICITY STUNT LIMBAD SPC 20 Acara Pilihan 5,023 10.8 40.2 THE MASTER PREDIKSI PILPRES IN Acara Pilihan 4,285 9.2 27.6 AFC 2011 ACQ:INDONESIA VS AUL Olah Raga : Pertandingan 3,634 7.8 23.5 AFC ACQ:INDONESIA VS KUWAITL Olah Raga : Pertandingan 3,454 7.4 27.3 59 TPI DANGDUT NEVER DIES Hiburan : Musik 2,331 5.0 21.1 MELODI CINTA SATRIA BERGITAR Hiburan :Musik 2,104 4.5 16.4 SARAS BUAYA EMAS SAKTI Film :Drama 1,961 4.2 15.2 ASAL MULA DANAU RANU GRATI Film :Drama 1,886 4.0 15.1 GLOBAL FIFA CC:SPAIN VS IRAQL Olah Raga :Pertandingan 1,533 3.3 12.2 TV FIFA CC:BRAZIL VS EGYPTL Olah Raga : Pertandingan 1,492 3.2 12.4 Source : Nielsen Audence Measurement 60 MNC yang memiliki tiga stasiun televisi swasta, yang berusaha untuk meminimalkan penyiaran dengan mengambil laba yang besar, contoh sebagai berikut: 1. Rajawali Citra Televisi Indonesia RCTI Konglomerasi kepemilikan media di Indonesia lebih didorong oleh persaingan dalam perebutan iklan serta efisiensi produksi. Sebagai hasilnya, RCTI tetap mempertahankan posisi nomor satu dengan rata-rata pangsa pemirsa sebesar 18-20 2 . Bahwa kekuatan ini dapat meminimalisir penyiaran sebagai bentuk suatu upaya pemanfaatan, dimana memanfaatkan platform media yang terintegrasi untuk meningkatkan nilai produk atau menciptakan produk dan layanan baru. Daya saing Induk Jaringan RCTI dalam industri pertelevisian nasional, yaitu memimpin perolehan audience share, jangkauan siaran terluas, program unggulan dengan rating dan share tertinggi, kinerja program In-House Produksi dan Redaksi unggul dibanding kompetitor, memiliki program spesial terdepan, dan Menjadi trendsetter bagi industri televisi. 3 Dari tabel diatas, maka RCTI mempunyai beberapa Program unggulan yang ratingnya berada diatas dari pada program-program lainnya yang di bawah naungan MNC yaitu “Publicity Stunt Limbad spc 20”, “The Master 2 Laporan Tahunan Media Nusantara Citra, Tahun 2009. 3 Presentasi Evaluasi Dengar Pendapat RCTI Satu Dengan KPID Jawa Barat, Bandung, 23 Desember 2009, Tahun 2009. 61 Prediksi Pilpres In ”, Afc 2011 Acq:Indonesia vs Au L”, dan “Afc Acq:Indonesia vs Kuwait L”. Beberapa program televisi RCTI yang ada salah satu stasiun televisi yang pernah menayangkan Liga Indonesia, Piala Dunia Afrika yang disiarkan langsung pada tiga saluran televisi yaitu RCTI, Global TV, dan TPI. Kondisinya yang wajar untuk saat ini apabila RCTI dan beberapa stasiun televisi yang di bawah naungan MNC berani menyiarkan pertandingan sepak bola internasional, selain memiliki pendanaan yang cukup kuat, juga di tunjang sponsorship yang memadai, selain itu juga ada pemasukan yang dihasilkan dari sistem polling SMS yang cukup menunjang. Sistem polling SMS lah yang kemudian di sebut oleh Golding dan Murdoch adalah komodifikasi intrinsik atau komodifikasi isi. Komodifikasi Intrinsik yakni proses pengubahan pesan ke dalam sistem makna dalam wujud produk yang dapat dipasarkan seperti paket produk yang dipasarkan oleh media. Tabel 3 5 TOP PROGRAM DENGAN PENGELUARAN OLEH IKLAN – RCTI; Target Penonton 5 Tahun teratas yang diambil dari 10 kota , Januari - Desember 2009 No. Program Harga Ranking 1 CINTA DAN ANUGRAH Rp. 310,544,260 20,88 2 DAHSYAT Rp. 293,150,100 30,039 3 SILET Rp. 214,226,400 25,101 62 4 DEWI Rp. 147,940,000 9,486 5 SEPUTAR INDONESIA PAGI Rp. 134,098,400 21,475 Source : Nielsen Audence Measurement Dalam hal ini RCTI menjadi nomor satu pada tahun 2009 mempunyai program yang menjadi andalan dari MNC yaitu diantaranya seperti “Cinta dan Anugrah ”, “Dahsyat”, “Silet”, “Dewi”, dan “Seputar Indonesia Pagi”. Menurut Gilang Iskandar sebagai Corporate Secretary MNC dalam meningkatkan kekuatan industri penyiaran, yaitu: 4 “Sebagai perusahaan media terintegrasi di Indonesia, MNC memiliki dan mengoperasikan stasiun RCTI, TPI, dan Global TV yang merupakan tiga dari sepuluh stasiun televisi swasta nasional Free-To-Air di Indonesia. Serta memiliki platform media terlengkap, dan jaringan media terbesar seperti TV, Radio, Koran, Majalah, Tabloid, dan Portal atau Online yang memberikan basis yang kuat untuk mengambil manfaat dari pesatnya prospek pertumbuhan periklanan di Indonesia. Perusahaan media massa terbesar di Indonesia dan satu- satunya penyedia media yang terintegrasi dengan berbagai platform media yang saling mendukung. Seperti: Content library yang luas dan bertumbuh yang dapat digunakan pada berbagai platform media serta didistribusikan kepada pihak ketiga, memiliki sejarah yang baik sebagai penyedia program televisi yang menarik bagi pemirsa, dan manajemen yang tangguh dan terbukti sukses.” Seperti yang kita lihat pagi, berbagai program acara musik, yang menghadirkan berbagai anak band, dimulai dari yang paling gaul hingga yang paling jadul, selalu menghiasi layar televisi kita, RCTI adalah salah satu stasiun televisi yang selalu eksis menghibur pemirsa, baik di layar kaca, maupun di tempat lokasi. Yaitu dengan programnya yang bernama 4 Gilang Iskandar, Hasil Wawancara Dengan Corporate Secretary MNC, Jakarta, 18 Februari 2010. 63 “Dahsyat”, yang berhasil meraih penghargaan “Panasonic Award” pada tahun 2009 berdasarkan kategori acara musik terfavorit dengan berhasil menyingkirkan saingannya dari stasiun televisi lainnya yang di luar naungan MNC. Dengan perolehan rating tertinggi tersebut, sudah barang tentu penulis melihatnya dari kacamata analisa komoditas cibernetik. Dengan hadirnya acara-acara tersebut tanpa kita sadari secara langsung, telah memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam arus musik tanah air. Hasilnya adalah bukan kualitas dari para band tersebut yang diutamakan, akan tetapi panggung yang selalu dipenuhi kawula muda yang hanya ingin tenar dan masuk televisi saja. Namun terlepas dari semua itu, penulis melihat hal tersebut berdasarkan azas pemanfaatan komodifikasi yang ada. 2. Global TV Konsentrasi dan konglomerasi memiliki implikasi yang serius pada isi media. Sedangkan konglomerasi global lebih dimotifi oleh kapitalisasi informasi, sehingga penekanan pada “bisnis informasi” menjadi sangat dominan. Media tidak hanya sebagai penayang, tetapi juga pemasok informasi atau isi tayangan ke media-media lain. Dengan demikian, iklan tidak menjadi “panglima” bisnis, tetapi informasi-lah yang menjadi panglimanya. Mereka menjual hak siar di mana-mana dan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Dari tabel 2 di atas, maka Global TV mempunyai beberapa Program unggulan yang ratingnya berada di nomor tiga dari pada program-program 64 lainnya yang di bawah naungan MNC yaitu “FIFA CC: Spain VS Iraq L”, dan “FIFA CC: Brazil VS Egypt L” Global TV mempunyai tujuan memperluas cakupannya untuk melayani dalam penyiaran yang bernuansa kebutuhan anak muda, keluarga muda,dan profesional muda dengan penghasilan menengah keatas dalam kategori ABC 5-39. Tabel 4 5 TOP PROGRAM DENGAN PENGELUARAN OLEH IKLAN – GLOBAL TV; Target Penonton 5 Tahun teratas yang diambil dari 10 kota , Januari - Desember 2009 No. Program Harga No. Kedudukan 1 SPONGEBOB SQUAREPANTS Rp. 254,776,100 34,016 2 MTV AMPUH Rp. 120,854,600 12,505 3 ABDEL TEMON BUKAN SUPERSTARR Rp. 103,911,200 10,731 4 ABDELTEMON BUKAN SUPERSTAR Rp. 103,113,100 9,352 5 OBSESI Rp. 90,575,600 11,699 Source : Nielsen Audence Measurement Dalam hal ini GLOBAL TV menjadi nomor tiga pada tahun 2009 mempunyai program yang menjadi andalan dari MNC yaitu di antaranya 65 seperti “Spongebob Squarepants”, “MTV Ampuh”, “AbdelTemon Bukan Superstar R ”, “AbdelTemon Bukan Superstar” dan “Obsesi”. Dengan demikian, industri televisi dengan didorong oleh suatu keinginan komersial untuk menarik pemasang iklan atau sponsorship. Industri ini bermaksud mengemas khalayak yang kemudian menjual khalayak ini ke para pemasang iklan, dengan demikian terjadi sebuah hunbungan yang saling menguntungkan antara industri televisi dengan pemasang iklan dengan menjual khalayak, dan khalayak yang kondisinya saat ini tengah pada posisi profesi yang berusaha menghasilkan nominasi dan pundi-pundi berdasarkan jumlah pemirsa 5 . Hasil wawancara penulis dengan bapak Gilang Iskandar sebagai Secretary Corporate MNC bahwa untungnya bagi suatu media yang bekerjasama di bawah naungan MNC, yaitu: 6 “Sumber daya yang ada seperti materi program, SDM, peralatan, studio, dan lain-lain. Yang bisa disinergikan atau digunakan bersama sehingga biaya bisa lebih efisien dan efektif. Faktor pendukungnya adalah adanya kebutuhan konsumen Needs dan prospek bisnis atau peluang usaha.” Namun, Media massa mempunyai tugas yaitu sebagai institusi politik artinya sebagi jalan meraih sebuah kekuaan power, yang akan membawa kecerdasan, kesejahteraan masyarakat, penyalur aspirasi masyarakat serta alat kontrol masyarakat terhadap pemerintah. 5 Efendi Ghazali, Fundamentalisme Pasar dan Kontruksi Sosial Industri Penyiaran: Kerangka Teori Mengamati Pertarungan Di Sektor Penyiaran jakarta: Fisip UI, 2003, h 34. 6 Gilang Iskandar, Hasil Wawancara Dengan Corporate Secretary MNC, Jakarta, 18 Februari 2010. 66 3. TPI Televisi swasta nasional yang berdiri pada tahun 1991 ini tercermin pada slogan yaitu “ Makin Indonesia Makin Asik Aja”. Hal ini seolah menegaskan bahwa TPI adalah stasiun yang program-programnya mencerminkan rakyat Indonesia dan memang dirasakan dekat dengan kultur masyarakat Indonesia. Pengaruh atau dampak yang dihadapi TPI dalam perkembangan usaha medianya di dalam kepemilikan MNC pada tahun 2009 mengalami sedikit penurunan terutama pada kuartal keempat 2009, sehubungan dengan adanya kasus litigasi. Wawancara penulis dengan bapak Gilang Iskandar sebagai Secretary Corporate MNC tentang masalah TPI pada tahun 2009 untungnya dampak bagi suatu media yang bekerjasama di bawah naungan MNC, yaitu: 7 “Dampak yang dihadapi oleh TPI dan perusahaan di bawah naungan MNC tidak terlalu signifikan karena kegiatan bisnis terus berjalan. Untuk menanggulanginya yaitu dengan di bentuk tim khusus untuk menangani suatu permasalahan yang terjadi pada saat itu.” Kepemilikan media, bukan hanya berurusan dengan persoalan produk, tetapi berkaitan dengan bagaimana lanskap sosial, pencitraan, berita, pesan dan kata-kata dikontrol, dan disosialisasikan ada masyarakat. Jika mengacu pada Jurgen Habemas menyatakan media massa sesungguhnya adalah sebuah Public Sphere yang semestinya dijaga dari berbagai pengaruh yang tidak sesuai dengan iklim demokrasi. Dalam artian media 7 Gilang Iskandar, Hasil Wawancara Dengan Corporate Secretary MNC, Jakarta, 18 Februari 2010. 67 selayaknya menjadi tempat penawaran berbagai gagasan sebagaimana setiap konsep pasar, yang mana hanya ide terbaik sajalah yang pantas dijual dan ditawarkan. Tabel 5 5 TOP PROGRAM DENGAN PENGELUARAN OLEH IKLAN – TPI; Target Penonton 5 Tahun teratas yang diambil dari 10 kota , Januari - Desember 2009 No. Program Harga No. Kedudukan 1 RONALDOWATI BABAK 2 Rp. 114,407,400 7,371 2 NINJA WARRIOR Rp. 108,791,800 9,582 3 CERITA Rp. 86,668,100 10,282 4 1001 CERITA Rp. 76,518,000 8,516 5 BEN 7 Rp. 74,573,600 5,077 Source : Nielsen Audence Measurement Dalam hal ini TPI menjadi nomor dua pada tahun 2009 mempunyai program yang menjadi andalan dari MNC yaitu diantaranya seperti “Ronaldowati Babak 2”, “Ninja Warrior”, “Cerita”, “1001 Cerita” dan “Ben 7”. Sebuah pendapat menarik datang dari Dedy Mulyana, Dosen Fakultas Komunikasi Universitas Padjajaran tentang perlu tidaknya larangan cross ownership di media massa. Menurut Dedy, pengaturan cross ownership masuk akal ditinjau dari aspek ekonomi. Melarang cross ownership media massa oleh satu kekuatan modal, diperlukan bagi masyarakat Indonesia 68 yang disparitas ekonomi dan tingkat pendidikannya sangat tinggi. Pelarangan cross ownership media massa justru akan melindungi masyarakat dan kebebasan pers dari sisi politik, ekonomi, dan etika. 8 Bagaimana tidak, banyak kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan yang seharusnya menjadi berita krusial bagi masyaakat namun output yang dihasilkan dan diketahui, didengar, dan ditonton oleh masyarakat tidaklah sesuai kenyataan yang terjadi di lapangan, hal ini tentunya sangat merugikan khalayak media. Konsentrasi dan Konglomerisasi media tentunya sangat tidak menguntungkan karena khalayak butuh berita asli bukan berita yang sudah ‘dikebiri’.

B. Analisa Spasialisasi Media Nusantara Citra