Teori Ekonomi Politik Komunikasi

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Ekonomi Politik Komunikasi

Pada perkembangannya ekonomi politik mengaitkan aspek ekonomi seperti kepemilikan dan pengendalian media, keterkaitan kepemimpinan dan faktor-faktor lain yang menyatukan industri media dengan industri lainnya, serta hubungannya dengan elit-elit politik, ekonomi, dan sosial. Menurut Phillip Elliot, kajian ekonomi politik media melihat bahwa isi dan maksud- maksud yang terkandung dalam pesan-pesan media yang ditentukan oleh dasar-dasar ekonomi dari organisasi media yang memproduksinya 1 . Secara historis, awalnya konsep ekonomi politik bermula dari upaya dukungan terhadap akselerasi kapitalis yang menolak pada sistem politik merkantilis yang dianggap tidak efektif dan efisien pada abad ke-18. The New Palgrave , membuat definisi politik ekonomi sebagai studi tentang kesejahteraan dan usaha manusia untuk memenuhi nafsu perolehan penawaran dan pemenuhan hasrat. Pengertian ekonomi-politik dalam pandangan sempit menurut Vincent Mosco, dapat diartikan sebagai kajian tentang hubungan sosial, khususnya yang berhubungan dengan kekuasaan dalam bidang produksi, distribusi, dan konsumsi sumber daya dalam komunikasi. Dalam hal ini konteks yang lebih 1 Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran LKiS, Jakarta, 2000, h. 65. 17 18 luas dengan relasi kekuasaan media dalam ekonomi-politik ialah konglomerasi PT. Media Nusantara Citra Group. 2 Secara singkat Chris Barker mengemukakan pendapat tentang ekonomi politik sebagai: “A domain of knowledge concerned with power and at distribution of economic resources. Political economy explores the questions of who owns and controls the institutions of economy, society, and culture. ” Sebuah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kekuatan distribusi daripada sumber daya ekonomi. Ekonomi politik membahas pertanyaan tentang siapa yang memiliki dan mengontrol institusi ekonomi, sosial, dan budaya. 3 Dari definisi tersebut dapat kita cermati bahwa terdapat dua poin penting dalam ekonomi politik, yaitu kekuasaan power, dan pembagian sumber- sumber ekonomi distribution of economy resources. Keterkaitan kedua poin ini selalu mencoba menjawab pertanyaan dan aktor-aktor yang memiliki dan mengontrol institusi ekonomi, sosial dan budaya. Proses perkembangan ekonomi politik ditentukan oleh empat variabel dasar: ekonomi, politik, struktur sosial, dan kebudayaan. Namun dalam perkembangannya variabel-variabel tersebut berkembang sendiri-sendiri dan kini tersisa dua variabel pokok: ekonomi dan politik. Pun begitu, ekonomi politik tak dapat melepaskan dirinya dari konteks sejarah dimana itu selalu tergantung juga pada kondisi struktur sosial dan kebudayaan. 4 2 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, London: SAGE Publication, 1996, h. 25. 3 Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, London: Sage Publication, 2004, h. 445. 4 Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional, Bandung: Angkasa, 1995, h. 1. 19 Dalam hal ini Mosco merumuskan empat karakteristik penting mengenai ekonomi-politik. Pertama, ekonomi-politik merupakan bagian dari studi mengenai perubahan sosial dan transformasi sejarah. Dalam hal ini terdapat varian yang berbeda, ada yang critical dan juga ada yang liberal. Bagi teoritisi critical political economy menurut Golding Murdoch, ekonomi-politik secara khusus tertarik dalam menginvestivigasi dan mendeskripsikan kepada late capitalism , hal ini pada dasarnya bersifat holistik. Isu dan fokusnya terutama mengenai cara-cara bagaimana aktivitas komunikasi distrukturkan oleh distribusi yang tidak merata mengenai sumber daya material dan simbolik. 5 Late capitalism adalah kapitalis yang terpusat pada satu negara. Perbedaan prinsip antara kedua pendekatan ini terletak pada bagaimana aspek ekonomi dan politik media itu dilihat. Pada pendekatan liberal aspek ekonomi dilihat sebagai bagian dari kerja dan praktek profesional yang memang semestinya ada. Liberal political economy mengartikan bahwa ekonomi-politik merupakan dalam perubahan sosial dan transformasi sejarah, dimana suatu doktrin dan seperangkat prinsip untuk mengorganisir dan menangani ekonomi pasar, guna untuk tercapainya suatu efisiensi yang maksimum, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan individu. Isu dan fokusnya terletak pada mekanisme dan struktur pasar yang membuat konsumer memilih antara komoditas bersaing pada basis kegunaan dan kepuasan. Dimana ekonomi-politik kritis ini berusaha menjelaskan secara memadai bagaimana perubahan-perubahan dan dialektika yang berkaitan 5 Graham Murdock dan Peter Golding, Political Economy of Mass Communication,In Curan, James and Gurevitch, Michael eds. Mass Media and Society, Edward Arnold: A Devision of Holder Stoughten, 1992. h. 16-18. 20 dengan posisi dan peranan media komunikasi dalam sistem kapitalisme global. Kedua, ekonomi-politik mempunyai minat dalam menguji keseluruhan sosial atau totalitas dari hubungan sosial yang meliputi bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya dalam suatu masyarakat, serta menghindari dari kecenderungan mengabstraksikan realitas-realitas sosial ke dalam bidang teori ekonomi maupun teori politik. Ketiga, berhubungan dengan filsafat moral, artinya hal ini mengacu kepada nilai-nilai sosial wants about wants dan konsepsi mengenai praktek sosial. Prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan dan public good merupakan reference utama dari pertanyaan moral mendasar ekonomi-politik. Perhatian ini tidak hanya ditujukan pada “what is” apa itu, tetapi “what ought be” apa yang seharusnya. Misalnya saja studi ekonomi pilitik kritis yang concern terhadap peranan media dalam membangun konsesus dalam masyarakat kapitalis yang ternyata penuh distorsi. Dalam masyarakat yang tidak sepenuhnya egaliter, kelompok-kelompok marginal tidak mempunyai banyak pilihan selain menerima dan bahkan mendukung sistem yang memelihara subordinasi mereka terhadap kelompok dominan. 6 Keempat, karakteristiknya praxis, yakni suatu ide mengacu kepada aktivitas manusia dan secara khusus mengacu pada aktivitas kreatif dan bebas dimana orang dapat menghasikan dan mengubah dunia dan diri mereka. 7 Golding dan Murdock menambahkan bahwa ekonomi politik juga concern 6 Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, Yogyakarta: LkiS, 2004, Cet-1, h. 8-9. 7 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, h. 27-37. 21 dengan keseimbangan antara organisasi kapitalis dan intervensi atau campur tangan publik. 8 Satu prinsip yang harus diperhatikan di sini adalah dalam sistem sistem industri kapitalis, media massa harus diberi fokus perhatian yang memadai sebagaimana institusi-institusi produksi dan distribusi yang lain. Kondisi- kondisi yang ditemukan pada level kepemilikan media, praktik-praktik pemberitaan, dinamika industri radio, televisi, perfilman, dan periklanan, mempunyai hubungan yang saling menentukan dengan kondisi-kondisi ekonomi spesifik yang berkembang di suatu negara, serta pada gilirannya juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi ekonomi politik global. 9 Bagi Mosco, ada tiga entry konsep dalam penerapan ekonomi politik media, antara lain 10 : 1. Commodification komodifikasi Yakni mengubah makna dari sistim fakta atau data yang merupakan pemanfaatan isi media dilihat dari kegunaannya sebagai komoditi yang dapat dipasarkan. Bentuk komodifikasi dalam komunikasi ada tiga macam, yaitu: a. Intrinsic commodification komodifikasi intrinsik atau komodifikasi isi, yakni proses pengubahan pesan dari sekumpulan data ke dalam 8 Boyd Barret, Oliver, The Political Economy Approach, dalam Approaches to Media A Reader , Oliver Boyd Barret dan Chris Newbold, New York: Arnold, 1995, h. 186. 9 Dedy N. Hidayat, “Jurnalis, Kepentingan Modal dan Perubahan Sosial”, dalam Dedy N. Hidayat et.al, Pers Dalam Revolusi Mei, Runtuhnya Sebuah Hegemoni, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,, 2000, h. 441. 10 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, h. 141-245. 22 sistem makna dalam wujud produk yang dapat dipasarkan seperti paket produk yang dipasarkan oleh media. b. Extrinsic commodification komodifikasi ekstrinsik atau komodifikasi khalayak, yakni proses modifikasi peran media massa oleh perusahaan media dan pengiklan dari fungsi awal sebagai konsumen media kepada konsumen produk yang bukan media di mana perusahaan media memproduksi khalayak dan kemudian menyerahkannya pada pengiklan. Singkatnya yang terjadi adalah kerja sama yang saling menguntungkan antara perusahaan media dan pengiklan: pogram-pogram media digunakan sebagai sarana untuk menarik khalayak yang kemudian dijual kepada pengiklan yang membayar perusahaan media. c. Cybernetic commodification komodifikasi cibernetik, yakni proses mengatasi kendali dan ruang. Dalam prakteknya dapat dibagi dua, yaitu: Pertama, komodifikasi intrinsik adalah khalayak sebagai media yang berpusat pada pelayanan jasa rating khalayak. Jadi yang dipertukarkan bukan pesan atau khalayak melainkan rating. Kedua, komodifikasi ekstensif adalah proses komodifikasi yang menjangkau seluruh kelembagaan pendidikan informasi pemerintah, media, dan budaya yang menjadi motif atau pendorong sehingga tidak semua orang dapat mengakses. 23 2. Spatialization spasialisasi Yakni proses untuk mengatasi hambatan ruang dan waktu dalam kehidupan sosial oleh perusahaan media dalam bentuk perluasaan usaha seperti proses integrasi: integrasi horizontal, integrasi vertikal, dan internasionalisasi. Integrasi horizontal adalah: “when a firm in one line of media buys a major interest in another media operation, not directly related to the original business, or when it takes a major stake in a company entirely outside of the media ” Ketika suatu perusahaan dibawah naungan sebuah media yang mengambil keuntungan terbesar di perusahaan yang lain, maka tidak langsung dihubungkan dari bisnis aslinya atau ketika mengambil sejumlah besar saham di dalam sebuah perusahaan di luar dari pada media. Yaitu ketika sebuah perusahaan yang ada dalam jalur media yang sama membeli sebagian besar saham pada media lain, yang tidak ada hubungannya langsung dengan bisnis aslinya, atau ketika perusahaan mengambil alih sebagian besar saham dalam suatu perusahaan yang sama sekali tidak bergerak dalam media. 11 Pada prakteknya integrasi horizontal adalah cross-ownership kepemilikan silang beberapa jenis media massa seperti telivisi, suratkabar, stasiun radio, majalah, dan tabloid oleh suatu grup perusahaan media massa seperti yang dilakukan oleh MNC, KKG, Trans Cop Grup, Jawa Post Grup, Sinar Kasih Grup, Grup Media Indonesia, dan Salim Grup. 11 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, h. 176. 24 Integrasi vertikal adalah: “the concentration of firms within a line of business that extends a company’s control over the process of production” . Yaitu konsentrasi perusahaan dalam suatu jalur usaha atau garis bisnis yang memperluas kendali sebuah perusahaan atas produksi. Di Indonesia, praktek integrasi vertikal dilakukan oleh Subentra Grup milik pengusaha Sudwikatmono yang menguasai impor film dan sekaligus distribusinya melalui jaringan Bioskop 21 yang tersebar hampir di seluruh kota besar di Indonesia. Internasionalisasi atau globalisasi dipandang dari prestektif ekonomi adalah konglomerasi ruang bagi global, yang dilakukan oleh perusahaan transional dan negara, yang mengubah ruang melalui arus sumberdaya dan komoditas, termasuk komunikasi dan informasi. 3. Strukturation strukturasi Yakni proses penggabungan agensi manusia human agency dengan proses perubahan sosial ke dalam analisis struktur-struktur. Dengan memberikan posisi-posisi jabatan struktur yang ada dalam kelompok tersebut, diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam setiap bidang yang telah diembannya. Strukturasi ini menyimbangkan kecenderungan dalam analisis ekonomi politik media untuk menggambarkan struktur seperti lembaga bisnis dan pemerintahan dengan menunjukkan dan menggambarkan ide- ide agensi, hubungan sosial, proses, dan praktek sosial. Agensi manusia 25 merupakan konsepsi sosial fundamental yang mengacu kepada peran para individu sebagai aktor sosial yang perilakunya dibangun oleh matriks hubungan sosial dan positioning termasuk kelas, ras, dan gender. 12 Proses strukturasi ini mengkonstruksi hegemoni, sesuatu yang apa adanya, masuk akal, dialamiahkan cara berfikir tentang dunia termasuk segala sesuatu dari kosmologi melalui etika. Pada praktek sosial yang digambarkan dan dikontekskan dalam kehidupan struktur. Sekalipun sumbangan terbesar dari teori Ekonomi Politik Media terhadap kajian komunikasi adalah analisis institusi media dan konteks medianya, konsep yang disodorkan oleh Mosco juga relevan untuk mengkaji keseluruhan kegiatan media dan merumuskan suatu model yang holistik dari keseluruhan siklus produksi sampai penerimaannya termasuk konteksnya. Kemudian juga bagaimana kekuasaan mempengaruhi proses komodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi pemanfaatan teknologi informasi untuk akses informasi publik di era Orde Baru maupun di era Orde Reformasi sekarang ini. Vincent Mosco merumuskan tiga karakter tambahan studi ekonomi- politik, yaitu realis, inklusif, dan kritis. 13 Pengaruh realisme membuat ekonomi-politik kritis sangat menghindari ketergantungan eksklusif terhadap teori abstrak atau deskripsi empiris. Ekonomi-politik dalam hal ini memberikan bobot yang sama terhadap pertimbangan teoretis dan 12 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, h. 215. 13 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, h.13. 26 empiris. Watak deskripsi berasal dari kesadaran bahwa kehidupan sosial tidak dapat dirangkum ke dalam satu teori. Tidak ada pendekatan yang paling mendekati ideal dalam studi ekonomi-politik komunikasi. Watak kritis ekonomi-politik mewujud kepada kepakaan terhadap berbagai bentuk ketimpangan dan ketidakadilan. Ekonomi-politik memberi perhatian besar terhadap faktor-faktor ideologis dan politis yang pengaruhnya bersifat laten terhadap suatu masyarakat. 14 Tiga konsep utama Mosco sejalan dengan empat proses historis dari Golding dan Murdock yang merupakan kunci dari kajian kritis Ekonomi Politik Media, yaitu 1 pertumbuhan media, 2 perluasan jangkauan usaha, 3 proses komodifikasi informasi, dan 4 perubahan peranan negara dan pemerintah. Tiap proses yang dijelaskan oleh Golding dan Murdock membuka peluang bagi peneliti media untuk menganalisa lebih dalam persoalan seperti komodifikasi, spasialisasi, dan strukturisasi. 15 Keempat proses menurut Golding dan Murdock yang mengarah kepada struktur kepemilikan media yang terkosentrasi dan merupakan salah satu rangkaian dari perubahan yang mencerminkan perubahan basis ekonomi, yakni: Pertama, produksi dengan skala kecil atau pribadi dari suatu perluasan produk budaya, distribusi dan penjualan mulai dipisah dan dikomersialisasikan. Kedua, masuknya teknologi baru ke dalam industri 14 Agus Sudibyo, Ekonomi Politi Media Penyiaran, 2004. h. 9. 15 Boyd Barrett, Oliver and Chris Newbold eds., Approaches to Media: a Reader, London : Arnold, 1995. h. 187. 27 media menyebabkan mulai terjadinya industrialisasi dalam proses produksi maupun distribusi. Ketiga, ketika masalah industri telah mengalami masa-masa kejunuhan karena tekanan berturut-turut seperti naiknya harga, menurunnya pendapatan, mengakibatkan munculnya pemusatan-pemusatan industri. Empat, perkembangan dari ketegangan antara kemampuan teknologi dan perhatian di bidang ekonomi. 16 Mengenai kecenderungan dunia komunikasi saat ini, dimana kesadaran besar akan kebutuhan untuk menunjukkan secara tepat bagaimana formasi-formasi ekonomi politik media dihubungkan dengan isi media, dan kepada diskursus debat publik serta kesadaran privat yang akan berkelanjutan dari perencanaan dan perluasan berbagai produksi dan kebudayaan yang dikontrol atau dipengaruhi oleh perusahaan-perusahaan besar. Maka Cees J. hamelink mencatatnya dalam empat kunci, yaitu: digitization digitalisasi, consolidation konsolidasi, deregulation deregulasi, dan globalization globalisasi. Hamelink melihat bahwa keempat proses tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Proses digitalisasi memfasilitasi integrasi teknologi dan konsolidasi institusi, kemudian mendorong makin besarnya konglomerasi, sehingga kemudian terjadi globalisasi secara berkelanjutan meyongkong kekuasaan dan 16 Graham Murdock dan Peter Golding, Political Economy of Mass Communication, Volume 1, Edward Edgar Publishing Limited, 1997, h. 201-204. 28 meningkatkan angka pertumbuhan melalui pendapatan dan penetrasi pasar yang mendorong deregulasi dan privatisasi media. Golding dan Murdock menunjukkan bahwa berbagai sektor media tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri karena media memiliki keterkaitan dengan faktor kendali korporasi kegiatan media hanya dipahami apabila merujuk kepada konteks ekonomi yang luas. Analisa juga diperluas sampai pada tataran bagaimana praktek ideologi media dalam penyebar luaskan ide-ide tentang struktu ekonomi dan politik. Dengan begitu studi ekonomi poltik dari industri media tidak bisa difokuskan hanya pada produksi, distribusi dari komoditas, tetapi harus mempertimbangkan bentuk unik dari komoditasi ini dan praktek-praktek ediologi media. Dengan demikian, apabila dikaitkan dalam konteks perubahan-perubahan peran dan fungsi media massa dan lingkungan sekitarnya, menjadi menarik dapat menggunakan pendekatan ekonomi politik media. Tujuan yang diharapkan adalah untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dengan mulai bergesernya peran-peran dalam media massa yang mencoba menerapkan konsep baru. Dalam mempengaruhi proses historis maka ada dua aspek penting yang mempengaruhi yaitu inovasi teknologi dan privatisasi. 17 Revolusi teknologi membuka kemungkinan bagi beragam aktivitas produksi baru demi menciptakan peluang-peluang maksimalisasi dan perluasan proses produksi dan distribusi. Dalam mendukung ekspansi teknologi serta 17 James Currant and Michael Gurevitch eds, Mass Media and Society, Edward Arnold: London and New York, 1992, h. 16-18. 29 mendorong perkembangan industri modern, bahkan dibutuhkan perubahan-perubahan dalam konteks politik, terutama regulasi-regulasi yang mengakomodasi prinsip-prinsip liberal. Terminologi privatisasi, terutama merespon berbagi bentuk intervensi yang meningkatkan kapasitas pasar dalam industri komunikasi dan informasi, serta meningkatkan kapasitas pelaku pasar untuk melakukan ekspansi bisnis. Kajian ekonomi politik media bermula dari pengakuan bahwa media adalah sebuah organisasi industri dan komersial utama dan terkemuka yang memproduksi dan mendistribusikan barang-barang yang ditunjang oleh proses integrasi horizontal dan vertikal dan diversifikasi. Kajian tentang beragamnya media tidak dapat dilakukan secar sendiri-sendiri atau tertutup, melainkan harus dipahami dengan konteks ekonomi makro karena keterkaitan media dengan kontrol perusahaan besar atas media. Maka dalam hal ini, hukum-hukum pasar juga cenderung membatasi banyaknya pemain yang bisa bersaing dalam sebuah pasar. Yang lazim terjadi kemudian adalah dominasi dan monopoli. Integrasi ekonomi yang terjadi melalui mekanisme merger dan akuisisi membuka jalan bagi berkembangnya fenomena konglomerasi. Studi ekonomi politik kritis mempunyai tiga varian, yaitu: instrumentalis, strukturalis, dan kontrutifis. Perbedaan satu dengan yang lainnya yaitu terletak pada ide-ide dasar dalam menganalisis permasalahan pasar dan keterkaitannya dengan lingkungan ekonomi, politik, dan budaya. Pertama, Instrumentalis, media massa dipandang sebagai 30 instrumen dominasi kelas. Kelas pemodal menggunakan kekuasaan ekonomi dalam sistem pasar untuk memastikan bahwa arus informasi publik berjalan sesuai dengan misi dan tujuan mereka. Kedua, analisis strukturalis cenderung melihat struktur sebagai sesuatu yang monolitik, mapan, statis, dan determinan. Analisis strukturalis mengabaikan potensi dan kapasitas agen sosial untuk memberi respons terhadap kondisi-kondisi struktural. Mereka menafikan terjadinya interaksi antar agen sosial serta interaksi timbal-balik antara agen dan struktur. Ketiga, analisis konstruktivis memandang struktur sebagai sesuatu yang belum sempurnan dan bergerak dinamis. Bahwa kehidupan media tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi tetapi juga oleh faktor lainnya seperti budaya, politik, individu, dan seterusnya. Pandangan konstruksionis, negara dan pemodal tidak selalu menggunakan media sebagai instrumen penundukkan terhadap kelompok lain. Mereka beroperasi dalam struktur yang bukan hanya menyediakan fasilitas namun juga hambatan-hambatan bagi praktik dominasi dan hegemoni. 18

B. Pengertian Regulasi Penyiaran