Konglomerasi MNC dalam Ekonomi-Politik

83 Bila hal ini terjadi, tentu saja akan membahayakan proses demokrasi yang sedang kita impikan bersama. Karena hal ini pun pernah terjadi di masa Orde Baru yang hampir sepenuhnya menghegemoni kekuatan media massa, khususnya RCTI dan MNC. Hasilnya sebagaimana kita ketahui, hampir sepenuhnya informasi dan berita yang mengandung kebenaran tersebut, tak pernah boleh disiarkan oleh pemerintah dan beberapa oknum yang merasa terancam posisi dan reputasinya oleh hadirnya berita tersebut. Memang tidak mudah berjuang untuk melahirkan media yang demokratis, selamanya kita akan selalu berhadapan dan dihadapkan dengan pihak-pihak yang penuh kekuasaan, kekayaan, dan keahlian khusus dalam arus perkembangan tekhnologi media massa. oleh karena itu dalam hal ini sangat dibutuhkan peran masyarakat secara bersama untuk mencegah terjadinya hal- hal yang dahulu pernah terjadi. Hal ini penting karena media penyiaran mempunyai fungsi sosial dalam membangun karakter nasional dalam penyampaian informasi kepada seluruh masyarakat berkembang.

D. Konglomerasi MNC dalam Ekonomi-Politik

Holding company di mana bernaung puluhan bahkan ratusan perusahaan, di satu pihak memang merupakan konsekuensi dan akibat dari kebijakan ekonomi pemerintah yang diperlukan untuk pembangunan. Bahwa tujuan dari perusahaan ini adalah mencari laba sebesar-besarnya profit center sebagai efisiensi, konglomerasi ini jelas menghimpun perusahaan-perusahaan yang 84 beragam untuk dapat meningkatkan laba yang sebesar-besarnya dan membagi kemungkinan rugi jika terjadi. Menurut Kaye dan Yuwono menyatakan bahwa diversified holding companies atau “Conglomerates” dipandang struktur konglomerat tidak efisien dan tidak fokus dan unit bisnis dalam konglomerasi yang memiliki kinerja baik untuk merefleksikan kinerja baiknya pada harga saham perusahaan. 18 Namun argumen tersebut dengan mudah dipatahkan oleh sikap MNC yang selalu konsisten dan fokus dalam bidangnya, selain itu program- program yang dikerjakan oleh pihak MNC hampir sepenuhnya menarik investor untuk bekerjasama dalam beberapa program, seperti penyiaran “Liga Champion ”, “Indonesian Idol” yang ditayangkan secara langsung oleh RCTI. Belum lagi jika dibeberkan beberapa program yang dimiliki oleh Global TV yang bekerjasama dengan MTV dan Nickelondeon. Mungkin bagi industri penyiaran lain selain MNC yang juga memiliki beberapa industri media, argumen tersebut ada benarnya, namun tidak bagi MNC, karena selama ini MNC telah membuktikannya secara nyata. Hasil penelitian lain Kaye dan Yuwono menunjukan bahwa konglomerasi memberikan dampak negatif pada nilai perusahaan. Jika terobsesi menciptakan empire building, mengorbankan nilai bagi pertumbuhan, membayar tinggi dalam akuisisi, tetap bertahan pada bisnis yang tidak pernah sukses atau lebih biak di pegang oleh pihak lain, dan gagal mengembangkan 18 Kaye, Cris, dan Yuwono Jeffrey 2003, Conglomerate Discount or Premium? How Some Diversified Companies Create Exeptional Value , Marakon Assosiastes Research, http:www.marakon.comideas_pdf. 85 struktur yang menekankan disiplin dan budaya yang mempertahankan pertumbuhan nilai. Tetapi kegiatan konglomerasi ini menunjukan bahwa tidak semua mengandung konotasi yang negatif. 19 Konotasi negatif tersebut hanya terdapat oleh industri penyiaran yang hanya mementingkan keuntungan semata. Kesuksesan yang diraih MNC dalam arus media, bukanlah hal yang setengah-setengah, faktanya setelah MNC mengakuisisi TPI, tidak lama pendapatan yang dihasilkan oleh MNC meningkat 51 dari nilai tahun lalu, mencapai 326 miliar rupiah atau sekira 51 juta. Total pendapatan kotor naik 51 menjadi 2,2 triliun rupiah atau sekira 350 juta. 20 Belum lagi jika dihitung dengan pendapatan total yang dihasilkan oleh perusahaan media yang berada di bawah naungan MNC yang setiap bulannya terus meningkat. Oleh karena itu salah apabila penelitian kaye dan Yuwono ditujukan kepada pihak MNC. Saat ini, kontribusi TPI terhadap MNC adalah sekitar 14 persen dari total pendapatan konsolidasi perseroan. Di luar TPI, bisnis utama MNC terdiri dari Stasiun TV RCTI, Global TV, media ce,afc harian, tabloid mingguan dan jarjngan radio. Hingga 30 September 2009, pemegang saham MNC terdiri dari PT Global Mediacom Tbk sebesar 71,14 persen, Mediacorp Investment 19 Kaye, Cris, dan Yuwono Jeffrey 2003, Conglomerate Discount or Premium? How Some Diversified Companies Create Exeptional Value , Marakon Assosiastes Research, http:www.marakon.comideas_pdf. 20 Laporan Tahunan Media Nusantara Citra pada Tahun 2008. 86 sebesar 6,85 persen, dan sisanya 22,01 persen dimiliki oleh publik dengan kepemilikan masing-masing kurang dari 5 persen 21 . Secara umum bisa dikatakan bahwa prospek konglomerasi MNC adalah cerah, secerah ekonomi Indonesia sendiri di masa depan, sejauh para pelakunya-konglomeratnya sendiri bisa menempatkan diri sesuai sebagai anggota masyarakat Indonesia seutuhnya. Prospeknya baik tersebut tentunya didukung oleh banyaknya peluang yang terbuka seperti globalisasi ekonomi dunia, yang berarti semakin eratnya ekonomi indonesia menjadi bagian yang tak bisa dibatasi secara tegas dari ekonomi dunia. Dalam pada itu, kecenderungan global terutama dalam bidang ekonomi dan pertumbuhan ekonomi regional menuntut perlu tumbuhnya perusahaan- perusahaan besar seperti MNC yang dapat diandalkan di dalam menghadapi persaingan dari luar negeri pada satu sisi, dan pada sisi yang lain perusahaan- perusahaan tersebut tidak menimbulkan ketimpangan di dalam negeri.

E. Regulasi Kepemilikan MNC