dua aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat etnis China di Medan, yaitu sebagai pedagang dan koki sekaligus penjual makanan.
4.3 Perkembangan Etnis China Di Medan tahun 1950-1970
Jumlah masyarakat etnis China di Medan hingga tahun 1960 terus bertambah. Masyarakat tersebut adalah masyarakat yang pindah dari daerah
perkebunan dan pedesaan dengan tujuan berdagang. China Totok yang masih kental dengan budayanya dan lebih susah melakukan pendekatan kepada Pribumi
akhirnya menetapkan diri di perkotaan, yaitu kota Medan. Akibat pemusatan etnis China di Medan maka perekonomian khusunya
perdagangan dikuasai oleh etnis China. Proses ini dicapai dengan proses yang cukup lama, sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia. Kelompok keturunan
China yang sudah paham tentang perdagangan di Medan, menjadi hal yang memberikan keuntungan besar bagi etnis tersebut.
Periode tahun 1950-sampi tahun 1970, masyarakat etnis China yang ada di Indonesia, masyarakat etnis China Medan pada khususnya mendapat ancaman dan
melakukan segala aktivitas kebudayaan, baik yang bersifat kepercayaan, tradisi kuno masyarakat China dan ritual keagamaan, dilarang dilaksanakan. Di sisi lain,
segala organisasi sosial yang berkaitan dengan etnisitas masyarakat etnis China harus dihentikan. Hampir segala aktivitas diluar aktivitas ekonomi dihentikan oleh
masyarakat etnis China tersebut yang tujuannya adalah upaya menyelamatkan diri dari gangguan-gangguan atau ancaman terhadap keberadaan etnis China di
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Peristiwa tersebut satu sisi akan merugikan kepada masyarakat etnis China, sebab mereka akan kehilangan banyak aktivitas kebudayaan yang
seharusnya mereka lakukan supaya mendapat berkat dan lebih dekat dengan sesama masyarakat etnis China yang ada di Medan. Tetapi pada sisi yang tepat,
masa ini adalah waktu yang cukup berarti bagi masyarakat etnis China dan bahkan adalah hal yang sangat menguntungkan, sebab dengan larangan yang dilontarkan
untuk menghentikan aktivitas yang lain, di luar aktivitas ekonomi, maka pekerjaan yang akan mereka lakukan akan terfokus kepada aktivitas perdagangan dan
aktivitas perekonomian lainnya. Hal ini akan membedakan antar etnis China dan memberikan keuntungan dengan etnis lainnya, sebab aktivitas pokok yang akan
dilaksanakan akan terganggu dengan aktivitas yang tidak pokok.
51
Demikianlah masyarakat etnis China memperoleh kemajuan dalam bidang perekonomian dan bisnis, yaitu perpaduan antara pengalaman masa lampau
sebagai pedagang perantara, pengetahuan dalam membaca situasi lalu menetapkan aktivitas yang paling sesuai dan penghentian segala aktivitas kebudayaan,
keagamaan dan organisasi sosial yang mengakibatkan mereka terfokus pada masalah pokok yaitu perekonomian.
52
Pengalaman masa lampau China sebagai pedagang perantara, menjadi keberunntungan masyarakat tersebut dikemudian hari, hingga akhir tahun 1990-
an. Pengetahuan berdagang akhirnya menjadi nilai lebih bagi etnis tersebut, hingga periode 1950-an, yaitu periode masuknya produk-produk luar negeri ke
51
Wawancara Dengan Kimsui,Tanggal 9 Juli 2008
52
Wawancara Dengan Cui Pek Sun, Tanggal 10 Juli 2008
Universitas Sumatera Utara
wilayah Medan, masyarakat etnis China mendapat kesempatan yang besar sebagai pedagang pertama produk tersebut.
53
Hadirnya barang-barang baru, yaitu barang-barang elektronik, mesin bermotor, alat-alat pertanian, jenis pupuk, makanan dan minuman produk luar
negeri dan peralatan sehari-hari lainnya yang sumbernya dari luar dipercayakan kepada kelompok pedagang dari etnis China. Di samping itu, pedagang yang ada
di Medan didominasi oleh masyarakat etnis China, sebab masa kemerdekaan aktivitas berdagang bagi kalangan Pribumi tidak dibolehkan, sedangkan
masyarakat etnis China dikhususkan untuk aktivitas sebagai pedagang, yaitu mengumpuli barang-barang produksi perkebunan dari masyarakat, lalu
menjualnya kepada pengusaha Belanda. Sedangkan aktivitas kelompok pribumi saat itu masih bekerja sebagai buruh perkebunan ataupun sebagai petani. Hal ini
menjadi nilai lebih bagi etnis China yang ada di Medan dibandingkan dengan etnis Pribumi lainnya.
Di sisi lain, sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia sampai masa pendudukan tentara Jepang, tekanan yang diberikan penjajah-penjajah tersebut
tidak terlalu memberikan tekanan kepada aktivitas China, bahkan memberikan ruang kepada etnis tersebut terhadap aktivitas pokok yang sesuai dengan
keinginan dan bakat etnis China, yaitu sebagai pedagang. Apabila membahas tentang masyarakat etnis China yang ada di Medan,
tidak akan terlepas dari aktivitas ekonomi. Antara perekonomian dengan pelaku ekonomi tidak akan terpisahkan, demikian halnya dengan perkembangan kota
53
Wawancara Dengan Abdul Majid, Tanggal 14 Juli 2008
Universitas Sumatera Utara
Medan selalu berhubungan dengan etnis China, maka dengan itu kepahaman etnis China tentang perekonomian berbeda dengan etnis lainnya.
Kepercayaan pengusa Eropa kepada masyarakat etnis China ditunjukkan sebagai mitra antara keduanya, yang dimulai sejak masa Belanda yaitu masa
sebelum Indonesia merdeka hingga masa sesudah merdeka menjadikan etnis China sebagai aktor ekonomi di Medan. Hal ini dibuktikan perusahaan-
perusahaan besar dari luar negeri seperti perusahaan mobil, kreta bermotor, dan produk luar negeri lainnya dipercayakan kepada pedagang masyarakat etnis China
yang ada di Medan. Faktor kepercayaan perusahaan-perusahaan luar negeri kepada pedagang
etnis China maka ekonomi kelompok etnsi tersebut yang mayoritas sebagai pedagang, lebih maju apabila diperbandingkan dengan etnis-etnis yang lain, yang
ada di Medan. Awal kemerdekaan, sudah banyak etnis China di Medan yang memiliki perusahaan pemasaran dan pertokoan-pertokoan yang menjual barang
produsi luar negeri seperti perusahaan Aprous, perusahaan perkeretaapian, barang elektronika dan penjulan kendaraan bermotor ataupun tanpa mesin seperti becak
dayung.
54
Akhir tahun 1970-an pengusaha-pengusaha China sukses dalam bidang perdagangan, sehingga sangat berpeluang untuk membuka perusahaan-perusahaan
baru di Medan, seperti perusahaan Gold Sumatera yaitu perusahaan besi pertama di Sumatera Utara bertempat di Medan, perusahaan Ban Deli perusahaan karet
pertama di Sumatera Utara yang bertempat di Medan mempruduksi karet dari
54
Wawancara Dengan Abdul Majid, Tanggal 14 Juli 2008
Universitas Sumatera Utara
hasil perkebunan karet di Sumatera Utara, perusahaan Karet Deli juga memproduksi karet mentah menjadi bahan pembuatan ban dan perusahaan
Gunung Api yaitu perusahaan yang memproduksi besi beton pertama di Sumatera Utara bertempat di Medan.
55
Era tahun 1950 sampai tahun 1970-an adalah awal perubahan kearah perkembangan masyarakat etnis China dari pedagang kelontong, pedagang kecil
menjadi pengusaha-pengusaha pembuka perusahaan pertama sekaligus sebagai pemilkik perusahaan di Medan. Hal ini terjadi setelah sukses sebagai pemasaran
atau distributor barang-barang luar negari di Medan, lalu mengembangkannya menjadi perusahaan-perusahaan yang bahan dasarnya adalah hasil bumi yang di
Sumatera Utara. Apabila dibandingkan dengan etnis Jawa, yaitu sebagai etnis mayoritas di
Medan dan etnis yang proses kedatangannya sama seperti etnis China yaitu sebagai tenaga kerja kontrak, maka tingkat perekonomian etnis China sangat jauh
meninggalkan etnis Jawa, masyarakat etnis Jawa, setelah merdeka makin menyebar ke daerah pinggiran kota Medan, dan bekerja di sektor perkebunan,
sedangkan masyarakat etnis China semakin memperbesar aktivitasnya di ruang kota.
Posisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat etnis China menguasai pusat-pusat Bisnis serta ruang-ruang publik bukan milik pemerintah yang ada di
kota Medan. Semakin besarnya pengaruh dan keterkaitan antara aktivitas China
55
wawancara Dengan Abdul Majid, Tanggal 7 Juli 2008
Universitas Sumatera Utara
yang ada di Medan dengan suasana lokal, mengakibatkan posisi masyarakat etnis China semakin penting dalam bidang perekonomian di Medan.
Perkembangan kota yang dilatarbelakangi oleh perkembangan ekonomi memberikan ruang yang vital kepada pedagang dan pelaku usaha yang ada di kota
Medan. Kota Medan adalah ibu kota Sumatera Utara, yang artinya perkembangannya adalah hal yang sangat dikedepankan daripada daerah-daerah
lainnya ada di Sumatera Utara, untuk itulah sangat perlu pelaku-pelaku pelaku- pelaku ekonomi yang bisa membangkitkan perekonomian kota sebagai salah satu
sektor yang sangat penting. Masyarakat etnis China dalam hal ini mendapat peran yang penting, kerena itulah perkembangan tingkat perekonomian masyarakat etnis
China berjalan beriringan dengan perkembangan kota Medan.
4.4 Peranan Masyarakat Etnis China Di Medan