3.4.3 Aspek Sosial Dan Budaya
Organisasi sosial, yang bertujuan menyatukan masyarakat etnis China di Indonesia belum terbentuk. Hal ini dipengaruhi larangan yang dibuat oleh
pemerintah sejak tahun 1967. Proses pembentukan organisasi dalam etnis China harus diketahui dan dicampuri oleh pemerintah. Sistem ini berlaku setelah
dikeluarkannya peraturan pemeintah no 10 tahun 1967.
27
Akibat yang muncul dari larangan pemerintah tersebut adalah semakin pecahnya oragnisasi etnis China di Medan, maka kekompakan hanya terjadi dalam
satu keluarga. Kelompok etnis China dengan keluarganya mempunyai hubungan yang erat, walapun posisi keluarga tersebut terpisah, tetapi keluarga tersebut
saling mendukung.
28
Pada awal kemerdekaan, masyarakat etnis China yang ada di Medan terlihat akrab. Beberapa organisasi perdagangan yang dibentuk upaya menjalin
kerja sama yang baik dalam satu produk penjualan, seperti organisasi masyarakat China sesama toko emas di Medan, yang ditujukan menghindari persaingan tidak
sehat diantara sesame masyarakat China. Organisasi lain yang sifatnya adalah pedagang dengan produk yang sama
adalah, perkumpulan penjual sepatu, pedagang mesin-mesin, perkumpulan tukang jahit, persatuan etnis China yang bekerja sebagai penarik becak dayung. kumpulan
pemborong etnis China dan Organisasi perdagangan yang lainnya.
29
27
Hasil Wawancara Dengan Abdul Majid, Tanggal 14 Juli 2008
28
Leo Suryadinata, Golongan Etnis Tionghoa Di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1981. Hlm 139
29
Ibid. Hlm 140
Universitas Sumatera Utara
Kelompok etnis China yang ada di Medan sering mendapat tekanan dan bahkan kelomok China kurang mendapat sambutan dari masyarakat Pribumi,
terlebih sesudah Indonesia merdeka, maka untuk menguatkan posisi masyarakat etnis China membentuk organisasi sosial yang bentuknya adalah organisasi dari
sub etnis China, diantaranya adalah: perkumpulan kelompok Hokian, perkumpulan sub etnis Kuan Tung, perkumpulan sub etnis Pat Soet Hwee Kwan,
Tan Oei yaitu perkumpulan sub etnis bermarga Tan.
30
Organisasi tersebut dibubarkan sejaman dengan pembubaran organisasi China lainnya di Indonesia oleh pemerinthan Orde Baru. Masalah politik yang
melanda Indonesia pada masa itu memberikan hasutan kepada masyarakat etnis China adalah bagian dari organisasi komunis di Indonesia, sehigga oragnisasi Tan
Oei ikut dibubarkan. Dalam bidang budaya, masyarakat etnis China yang ada di Medan sering
melakukan pertunjukan Barongsai. Pertunjukan ini dilakukan di Medan setiap kali hari besar agama Budha. Pertunjukan yang menarik tersebut dihentikan ketika
masa Orde Baru, bersamaan hal dengan larangan pembentukan organisasi China di Medan.
Sejak larangan tersebut masyarakat etnis China hanya melakukan perkumpulan dan melaksanakan ritual kebudayaan pada Klenteng-Klenteng
Budha yang ada di Medan. Klenteng bukan saja tempat perkumpulan agama Budha, tetapi sejak tahun 1967, klenteng sering dijadikan perkumpulan
masyarakat etnis China. Salah satu klenteng yang sudah berdiri sejak awal
30
Ibid
Universitas Sumatera Utara
kemerdekaan dan masih difungsikan sampai saaat saat ini adalah klenteng yang terdapat di jalan Surabaya.
31
Masyarakat etnis China adalah masyarakat yang tidak gampang melupakan budayanya. Hal ini terlihat dari sifat dan ciri masyarakat tersebut yang
mudah ditandai dengan penggunaan bahasa China dalam percakapan setipa harinya dengan sasama masyarakat etnis China. Di sisi lain, cara mengenal
masyarakat tersebut dari ciri rumah, terlihat dari tulisan China diatas pintu dan tempat pembakaran Dupa didepan rumah.
32
31
Wawancara Dengan Abdul Majid Tanggal 14 Juli 2008
32
Hasil Observasi 10 Juli 2008
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ETNIS CHINA DI MEDAN TAHUN 1950-1970