etnis Aceh dan etnis-etnis lain yang melakukan aktivitas-aktivitas yang dulunya hanya dilakukan oleh kelompok etnis China yang ada di Medan.
3.4 Aspek Kehidupan Masyarakat Etnis China Di Medan
Jumlah masyarakat etnis China yang semakin lama semakin bertambah menjadikan cirikhas budaya mereka semakin kental di Medan. Masyarakat etnis
China adalah etnis yang mempunyai aspek kehiduan tersendiri baik dalam bidang sosial, ekonomi, agama dan aspek kebudayaan lainnya.
Etnis China lebih mudah dipahami dari aspek-aspek yang disebutkan diatas sebab berbeda dengan aspek budaya, sosial, ekonomi, dan agama yang
dimiliki oleh etnis-etnis migransi lokal. Seperti Batak Toba, Karo, Jawa, Melayu dan etnis-etnis lokal lainnya. Aspek kehidupan masyarakat etnis China tersebut
adalah:
3.4.1 Aspek Ekonomi
Tidak semua aktivitas yang bisa dilakukan oleh kelompok etnis China di Medan, sehingga mereka memilih aktivitas yang sangat menarik dan sesuai
dengan keadaan dan kondisi lokal. Maka salah satu pilihan yang efektif untuk situasi lokal adalah sebagai pedagang.
Umumnya orang China adalah masyarakat yang materialistis. Dalam kehidupan sehari-hari aktivitas yang paling dominan adalah mencari uang. Uang
akan digunakan untuk membahagiakan keluarga, terutama orang tua. Sifat menghargai orang tua dengan materi merupakan latar belakang dari ajaran
Universitas Sumatera Utara
Konfusius yang mengharuskan orang tua dihargai dengan sangat, walaupun kedua orang tua tersebut telah meninggal.
23
Sifat menghargai waktu dengan aktivitas yang ekonomis adalah salah satu ciri yang terlihat pada masyarakat China di Medan. sebagian besar pertokoan dan
pusat penjualan barang-barang seperti barang elektronik, peralatan mesin, toko makanan, pusat penjualan kendaraan, penjualan perkakas rumah tangga dan
barang-barang lainnya, pada umumnya masih oleh masyarakat etnis China yang ada di Medan.
Padangan masyarakat Indonesia kepada etnis China adalah masyarakat yang aktivitasnya berdagang, hal ini dilatarbelakangi sejarah kedatangan etnis
China ke Indonesia bertujuan untuk berdagang. Ciri sebagai pedagang tetap dikembangkan walaupun masyarakat etnis China menetap di Indonesia,
khususnya di Medan. Hingga akir tahun 1980-an, masyarakat etnis China masih terkenal sebagai
pedagang. Delapan puluh persen 80 dari pertokoan dan pusat penjulan produk yang ada di Medan dimiliki oleh masyarakat etnis China. Perkembangan kota
yang berlatar dari perkembangan ekonomi tidak terlepas dari peranan yang diberikan oleh masyarakat etnis China.
Perkembangan perekonomian Medan memberikan kesempatan kepada etnis China yang ada di Medan untuk berkembang menjadi pengusaha. Sifat
pengusaha etnis yang melakukan pekerjaannya dengan rutin dan bijaksana
23
Hartono, Ketionghoaan Dan Kekristenan: Latar Belakang Dan Panggilan Gereja- Gereja Yang Berasal Dari Tionghoa di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 53
Universitas Sumatera Utara
menjadikan etnis tersebut meperoleh peringkat pertama dalam bidang perekonomian di Medan.
Walaupun masyarakat etnis China mayoritas beraktivitas sebagai pedagang, tetapi tidak terlihat adanya persaingan tidak sehat antara sesama
pedagang di Medan. demikian juga sebaliknya kerjasama antara sesama masyarakat etnis China samasekali tidak memiliki hubungan, masing-masing
pertokoan ataupun pedagang menjalankan perekonomian masing-masing sesuai dengan pola pemikiran masing-masning. Hal ini terbukti dari kerbarhasilan yang
dicapai oleh masyarakat etnis China yang ada di Medan, merukan keberhasilan masing-masing.
3.4.2 Aspek Keagamaan