BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat majemuk. Ratusan suku yang berstatus penduduk asli dan pendatang mendiami pulau-pulau di
Indonesia yang jumlahnya ribuan pulau. Suku-suku yang mendiami daerah tertentu dengan jangka waktu yang cukup lama mengakibatkan sebuah lingkungan
mempunyai corak kelompok suku tertentu.
1
Ciri yang akan diberikan oleh suku-suku tersebut pada dasarnya adalah unsur budaya, sering ditunjukkan pada aktivitas setiap harinya yang bernilai
positif. Seperti masyarakat China di Medan, di kenal dengan aktivitasnya dominan pada dunia perdagangan. Demikianlah etnis China akan menjadi teladan bagi
masyarakat lainnya dalam bidang perdagangan. Demikian hal dengan suku-suku yang tergolong sebagai suku pendatang di
daerah tertentu, selalu ditiru oleh kelompok lain, apabila aktivitas-aktivias yang dilakukan selalu bernilai positif. Pada dasar kota adalah sebagai pusat aktivitas
dari berbagai etnis. Kota Medan menjadi salah satu kota yang dimaksud, kota yang dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya yang beragam, seperti etnis Karo,
Melayu, Batak Toba, etnis Jawa, etnis China, etnis Aceh dan kelompok suku pendatang lainnya.
Semua etnis yang ada di Medan masing-masing memiliki kecenderungan aktivitas, seperti etnis China cenderung beraktivitas pada perekonomian dan
1
Mathulada, Kesukubangsaan Dan Negara Di Indonesia: Prospek Budaya Politik Di Indonesia, Jakarta: Jurnal Antropologi Di Indonesia. Hlm. 1
Universitas Sumatera Utara
perdagangan. Kecenderungan ini bukan bermaksud keharusan tetapi sebagaian besar dari kelompok etnisitas tersebut malakukan aktivitas yang sama pada dunia
perdagangan. Untuk memiliki ciri yang positif dan terkenal kepada masyarakat umum,
hal ini terjadi setelah etnis China melakukan aktivitas tersebut dengan waktu cukup panjang di Medan. Masyarakat China yang ada di Medan dikenal sebagai
masyarakat yang beraktivitas pada dunia perdagangan sama seperti masyarakat China lainnya dibanyak kota.
2
Etnis China di Medan adalah salah satu etnis yang sudah lama datang ke Medan jauh sebelum Indonesia memperoleh kemerdekaannya, dan salah satu etnis
yang memberikan perannya terhadap perkembangan perekonomian kota Medan. Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya maka secara otomatis masyarakat
China tersebut menjadi warga negara Indonesia. Masa kemerdekaan, adalah masa peralihan pada banyak hal bagi
masyarakat China Indonesia yang meliputi hal, sistem perdagangan, status kewarganegaraan, dan sistem kehidupan lainnya. Sistem kehidupan etnis China
yang terfokus pada sistem perdagangan perantara sebelum masa kemerdekaan, sesudah Indonesia merdeka, sistem tersebut berganti. Masyarakat etnis China
menjadi pedagangan rumahan atau pertokohan. Hal ini terjadi dilatarbelakangi oleh perubahan sistem di Indonesia, dimana perekonomian yang disusun
berdasarkan versi Belanda sudah barakhir. Belanda menempatkan etnis China sebagai pedagang perantara.
2
Leo Suryadinata, Golongan Etnis Tionghoa Di Indonesia, Jakarta: Gramedia. 1981. Hlm 1
Universitas Sumatera Utara
Sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945, dasar Negara Indonesia adalah Pancasila yang bermottokan Bhinneka Tunggal Ika, yang menjamin hak semua
kelompok etnis untuk hidup berdampingan dan pengakuan negara sebagai warga terhadap etnis-etnis yang ada di Indonesia
3
, salah satunya adalah masyarakat China yang sudah lama tinggal di Medan.
Masa peralihan adalah tema yang sangat memberikan kesempatan kepada etnis China, baik dari perkembangan perekonomian maupun dari segi status
sosial. Masa ini sangat mendukung terhadap stastus masyarakat China sebelumny yaitu masa sebelum merdeka, dimana Belanda telah memfokuskan aktivitas etnis
China dalam bidang perdagangan. Penjajahan Belanda dan aktivitas ekonominya ternyata tidak menghalangi
etnis China di Medan dalam melakukan aktivitasnya. Belanda memberi kesempatan kepada kepada etnis China untuk berdagang. Posisi yang ditawarkan
adalah sebagai pedagang perantara, kususnya sebagai pengumpul barang-barang hasil pertanian ataupun perkebunan dari masyarakat, lalu memperdagangkannya
selanjutnya kepada pengusaha Belanda.
4
Posisi ini sangat mendorong etnis China menjadi kelompok masyarakat yang kedua, sedangkan masyarakat pribuni masih berada dibawah etnis Cina
tersebut menurut pandangan kolonial semasa penjajahannya di Indonesia. Kelompok pribumi, kurang mendapat dukungan dari kelonial Belanda sebagai
pedagang perantara, kelompok pribumi dominan diposisikan sebagai pengurus administrasi.
3
Yusiu Liem, Prasangka Terhadap Etnis China. Jakarta: Djembatan, 1998. Hlm 1
4
Ibid., Hlm102
Universitas Sumatera Utara
Hingga Indonesia merdeka, etnis China tetap beraktivitas sebagai pedagang, tetapi buka sebagai pedagang perantara. Usman Pelly mengatakan masa
kemerdekaan dapat juga dikatakan sebagai masa peralihan bagi etnsi China, yaitu peralihan dari pedagang perantara menjadi pedagang grosir ataupun pedagang
rumahan.
5
Hal yang baru sesudah transisi tersebut adalah Banyak toko dan grosir di Medan dimiliki oleh kelompok etnis Cina. Sesudah merdeka, toko-toko grosir
dan tempat penjulan barang lainnya banyak yang dimiliki oleh etnis tersebut. Etnis Cina mengusai pusat penjualan segala jenis barang-barang, seperti barang
elektronik, pusat perkakas rumah tangga, barang hiasan dan barang-barang perlengkapan lainnya.
Banyak masyarakat etnis China yang sampai saat tetap jaya dari segi ekonomi, hal ini tidak lepas dari masa lalu mereka yang memulai aktivitasnya
sebagai pedagang. Demikian halnya dukungan dari masyarakat Medan, yang tidak pernah melakukan tindakan merugikan bagi kelompok etnis China.
Bidang kehidupa yang paling menonjol kepermukaan umum adalah aktivias perdagangan, sedangkan bidang kehidupan yang lain, seperti keagamaan,
aspek sosial, dan aspek kebudayaan lainnya adalah hal yang sangat pribadi bagi masyarakat China Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari budaya yang
membentuknya yaitu ajaran Budha, Toisme dan Konfusianisme. Ajaran tersebut telah dianut oleh masyarakat China dengan waktu cukup lama, dan sangat sulit
5
Ibid., Hlm. 104
Universitas Sumatera Utara
memudar.
6
Unsur budaya tersebut adalah ajaran yang sangat berbeda dengan ajaran budaya masyarakat Indonesia lainnya
Masyarakat etnis China di Medan berjalan seiring dengan peristiwa- peritiwa penting yang terjadi di Indonesi, mulai dari masa sebelum Indonesia
merdeka, yaitu masa perkebunan di Medan, masa kemerdeka, masa pemberontakan PKI tahun 1963 hingga tahun 1970-an yaitu masa pembauran
etnis China di Indonesia. Peristiwa-peristiwa
sejarah tersebut mempunyai dampak terhadap status masyarakat China di Medan, tetapi tidak membuat masyarakat China surut tetapi
semakin berkembang. Perkembangan masyarakat etnis China di Medan adalah hal yang sangat
menarik diteliti. Masyarakat etnsi China adalah tergolong sebagai masyarakat pendatang di kota Medan, dari negara yang berbeda, tetapi dengan perjalanan
sejarah yang panjang dan memfokuskan aktivitasnya dalam bidang perdagangan, akhirnya kelompok etnis ini mampu menjadi kelompok yang menguasai
perdagangan di Medan.
1.2 RUMUSAN MASALAH