Amagatsu dan Hoko hanya digunakan oleh bangsawan, di zaman Edo masyarakat biasa sudah dapat menggunakannya.
Perkembangan boneka lainnya adalah boneka untuk anak laki-laki. Pada zaman Heian, festival iris yang dikhususkan untuk anak laki-laki mulai
dihubungkan dengan boneka samurai karena zaman Edo merupakan zaman yang dikuasai oleh para ksatria.
Pada tangggal 5 Mei di zaman Edo, bangsa China dan bangsa Jepang merayakan hari kemajuan dan perdamaian negara. Oleh karena itu, para
ksatria berkumpul di benteng untuk merayakannya. Di hari itu keluarga ksatria akan memajang boneka-boneka ksatriadi rumah dengan pengharapan
agar anak-anak mereka kelak menjadi kuat seperti para ksatria. Selain itu, festival iris yang terjadi pada hari ke 5 bulan 5 mengalami perubahan
menjadi kodomo no hi dan dilaksanakan setiap tanggal 5 Mei.
7. Perkembangan-Perkembangan Modern
Setelah Jepang keluar dari masa isolasi penutupan diri dari negeri luar asing membuat bangsa Jepang mendapatkan pencerahan dalam berbagai
segi kehidupan. Setelah restorasi Meiji 1868 , lambaut laun orang Jepang beralih ke gaya pakaian barat. Hal ini juga mempengaruhi dalam pembuatan
boneka tradisional Jepang. Boneka-boneka tersebut tidak lagi hanya dibuat dengan bahan tradisional melainkan dengan bahan-bahan modern seperti
plastic, tesktil, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Jenis – jenis Boneka Tradisional Anak – anak
Jepang merupakan negeri Ningyo Okoku karena banyaknya jumlah boneka di Jepang. Hampir semua wilayah Jepang memproduksi boneka Jepang.
Boneka- boneka tersebut ada banyak jumlah dan jenisnya. Adapun jenis boneka Jepang adalah sebagai berikut :
Berdasarkan bahan yang digunakan, boneka dapat dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu :
2.2.1. Boneka Tradisional
Boneka tradisional adalah boneka yang dibuat dengan tangan atau alat-lat maupun bahan tradisional. Menurut Yanagi dalam Kodansha International 2004 :
26 bahan-bahan yang dikategorikan kedalam bahan tradisional adalah :
1. Tanah Liat
Penggunaan tanah liat sudah dimulai pada zaman Prasejarah Jepang. Menurut masyarakat Jepang, tanah liat merupakan tempat
persemayaman dewa tanah dan merupakan tempat persemayaman dewa tanah dan roh-roh leluhur sehingga dipercaya memiiliki nilai magis. Oleh
karena itu, boneka-boneka yangterbuat dari tanah liat ini sering digunakan pada upacara-upacara keagamaan.
2. Jerami
Jerami juga dianggap sebagai tempat persemayaman dewa. Dewa yang bersemayam di jerami adalah dewa pertanian. Oleh karena itu,
boneka-boneka yang terbuat dari jerami ini sering digunakan dalam upacara yang berhubungan dengan pesta panen.
Universitas Sumatera Utara
3. Kertas
Kertas merupakan alat yang dipakai dalam upacara ritual purifikasi umat beragama Shinto sebagai pelengkap untuk sembayang kepada Tuhan.
Penganut agama Buddha dan Shinto mengganggap kertas sebagai sesuatu yang istimewa, terutama untuk pertemuan-pertemuan penting dari upacara
–upacara keagamaan dan kebudayaan. Warna putih pada kertas berarti putih, suci, bersih dan mulia. Pada
awalnya kertas hanya digunakan dalam bentuk lipatan,namun seiring dengan masuknya teknik pembuatan kertas dari China membuat seni
kertas berkembang di Jepang. Orang Jepang memperhalus seni pembuatan kertas dan membuatnya menjadi bagian penting dari budaya dan gaya
hidup, bahkan lebih daripada orang China dimana kertas pertama kali ditemukan.
Penggunaan kertas dalam kehidupan masyarakat Jepang telah dilakukan dari generasi ke generasi, yang menjadikan kertas buntuk
keagaaamaan saja tetapi mencerminkan jiwa dan semangat pembuatnya dan mempunyai hubungan erat dengan pembuat kertas dan pengguna
kertas sehingga menjadi pelengkap dalam kebudayaan Jepang
Berdasarkan penggunanya, boneka dapat dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu :
1. boneka yang digunakan untuk bayi dan anak-anak