Amagatsu Fungsi Boneka Tradisional Anak – Anak Dijepang Nihon No Kodomo No Tame Ningyo No Kinou

Oleh karena itu, boneka tradisional anak-anak di Jepang selain dikaitkan dengan kepercayaan asli Jepang atau kepercayaan Animisme juga dikaitkan dengan agama Buddha. Berdasarkan agama Buddha, boneka atau patung-patung yang dibentuk manusia merupakan perwujudan dari Buddha. Boneka atau patung- patung tersebut dibentuk dimaksudkan untuk penghormatan kepada Buddha. Adapun boneka-boneka yang digunakan sebagai jimat untuk bayi dan anak- anak adalah sebagai berikut :

1. Amagatsu

Amagatsu adalah tiruan bentuk manusia pertama yang memakai baju dari sutra putih. Baju sutra putih itu tetap dikenakan sebagai lapisan dalam ketika mulai dikenal jubah luar. Meskipun bentuknya sederhana, Amagatsu digunakan sebagai mainan, ada suatu kegembiraan ketika membuat dan memakaikan bajunya sesuai dengan pergantian musim, tetapi amagatsu juga memiliki kekuatan yang dipercaya dapat menjaga pemiliknya agar terhindar dari bahaya, baik laki-laki maupun peremnpuan. Gribbin, 1984 : 12 . Mengenai bentuk dan penggunaaan jenis onademono ini dijelaskan dalam catatan daerah Kyoto sebagai berikut : Amagatsu dibuat dari dua batang bambu yang disatukan Amagatsu dubuat dari dua batang bamboo yang disatukan membentuk huruf T.Tinggi amagatsu sekitar 30 cm, dan diberi pakaian dari sutra putih. Kepala amagatsu dibuat dari kayu dengan bentuk bulat dan dibungkus sutra putih yang digambari mata, hidung, dan rambut. Amagatsu diletakkan didekat bantal anak-anak, dan dianggap sebagai pengganti anak-anak sehingga Universitas Sumatera Utara segala kejahatan zaman heian, amagatsu digunakan oleh kalangan bangsawan. Amagatsu merupakan benda yang diperuntukkan bagi anak- anak.oleh karena itu bentuknya dibuat menarik. Dinasa Muromachi, amagatsu dipajang dirumah-rumah kaumbangsawan. Memasuki zaman Edo, amagatsu mulai digunakan oleh masyarakat biasa. Pada saat yang bersamaan dengan kemunculan amagatsu ada jenis onademono lain yang dibuat dengan maksud yang sama, yaitu hook, Heran, 1913: 17. 2. Sarubobo Sarubobo adalah perkembangan dari boneka Hoko. Sarubobo juga digunakan sebagai jimat terutama di daerah Takayama, Prefektur Gifu. Sarubobo adalah boneka merah berbentuk manusia tanpa wajah dan dibuat dengan beragam ukuran. Secara tradisional, Sarubobo dibuat oleh nenek untuk cucu-cucunya sebagai boneka jimat agar anak-anak sehat. Ini karena Sarubobo dapat mengusir roh-roh jahat yang ada disekeliling anak- anak. Sarubobo secara harfiah diartikan dari bahasa Jepang sebagai anak monyet. Monyet dalam bahasa Jepang adalah Saru dan yang lainnya adalah En. Ada beberapa alasan mengapa jimat ini mempunyai nama itu, Sarubobo dihubungkan dengan 3 harapan yaitu : 1. Melindungi dari hal-hal buruk Dalam bahasa Jepang, monyet adalah Saru dan bila diterjemahkan kedalam bahasa Inggris Saru berarti leave meninggalkan . Maka kata Sarubobo berarti meninggalkan hal-hal buruk. Universitas Sumatera Utara 2. Keluarga yang bahagia Dalam bahasa Jepang keluarga bahagia adalah kanai. Kata En pada Saru sama dengan Kyoen yang berarti bahagia, sentosa, damai, dan lain-lain. 3. Melahirkan dengan lancar Monyet dapat melahirkan anaknya dengan mudah. Wajah Sarubobo biasanya merah seperti wajah bayi monyet. Oleh karena itu, masyarakat menggunakan Sarubobo sebagai jimat supaya dapat mudah melahirkan seperti Monyet.

3. Inu Hariko