Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D Drs. Nandi S. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum Documentary Research Zaman Prasejarah Zaman Jomon Zaman Yayoi Zaman Sejarah 1. Zaman Nara

PENGESAHAN Diterima oleh, Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Pada : Pukul 09:00 WIB Tanggal : 8 Desember 2009 Hari : kamis Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Dekan Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D NIP.132098531 Panitia Ujian No. Nama Tanda Tangan

1. Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D

2. Drs. Nandi S.

3. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum

4. M. Pujiono, SS, Mum

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kasih karunia dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Fungsi Boneka Tradisional Anak – Anak DiJepang “Nihon No Kodomo No Tame Ningyo No Kinou” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Sastra Program Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih, penghargaan, serta penghormatan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini, antara lain kepada: 1. Bapak Drs. Syaifuddin M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 2 Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang M.S, Ph.D, selaku Ketua Departemen S-1 Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara. 3 Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.hum, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah menyediakan waktu di sela-sela kesibukannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang M.S, Ph.D., selaku Dosem Pembimbing II, yang telah memberikan arahan serta perhatiannya dalam proses penyusunan skripsi penulis ini. 5. Dosen Penguji Ujian Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skipsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan Universitas Sumatera Utara kepada semua Dosen Pengajar Departemen S-1 Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan perkuliahan dengan baik. 6. Ayahanda H. Butar-Butar, yang senantiasa memberikan semangat dan nasehat kepada penulis, juga kepada Ibunda M. Manurung, yang dengan setia merawat serta mengajarkan nilai-nilai yang baik terutama kepercayaan yang dilimpahkan secara luar biasa kepada penulis. 7. Saudara – saudari penulis kakanda Susi, Herbet, dan juga Nita yang mendukung didalam doa – doanya. 8. Teman-teman penulis sesama mahasiswa Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara Stambuk 2004, yang dengan semangat tetap saling menguatkan dalam meyelesaikan studi serta telah membagi begitu banyak hal selama menjalani proses belajar di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 9. Teman - teman dekat penulis yang tergabung dalam Agatha: Prissy, Lola, Santy, Eva, Sery, Henny dan Lenny, semoga kita tetap dekat rohani dimanapun Tuhan akan menempatkan kita nantinya. 9. Teman dekat penulis lainnya yang tergabung dalam Perguruan Inkado: Sensei Bustami, Senpai Friska, Senpai Christina dan Keda yang juga selalu memberi semangat dan motivasi dalam memberikan masukan dan membantu dalam memberikan data – data yang diperlikan dala penulisan skripsi ini. 10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Universitas Sumatera Utara Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam hidup ini, termasuk juga dalam penulisan skripsi ini. Namun penulis tetap mencari kesempurnaan tersebut dalam suatu nilai pekerjaan yang dilakukan secara maksimal. Maka dengan berangkat dari prinsip itu jugalah, penulis berusaha merampungkan skripsi penulis tersebut. Medan, Januari 2009 Penulis Evalina Butar-Butar Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………………………………………i DAFTAR ISI ………………………………………………………………..iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………….…..1 1.2. Perumusan Masalah……………………………………….…….5 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan……………………….……………7 1.4. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori………………………….7 1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian…………………………………10 1.6. Metode Penelitian…………………………………….…………11 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BONEKA TRADISIONAL ANAK – ANAK DIJEPANG 2.1. Sejarah Boneka….……………………………………….….….12 2.1.1 Zaman Manjomon………………………….…….…….…14 2.1.2 Zaman Yayoi……………………...……………….….…..17 2.1.3 Zaman Nara……………………………………...……..…20 2.1.4 Zaman Heian……………………………………………...22 2.1.5 Zaman Kamakura…………………………………………24 2.1.6 Zaman Muromachi……………………………………….26 2.1.7 Zaman Edo……………………………………………….28 2.1.8 Zaman Modern……………………………………………29 2.2. Jenis – Jenis Boneka ………………………………………...…30 2.2.1 Boneka tradisional………………….……….………...…31 2.2.2 Boneka Modern………………………………………….32 Universitas Sumatera Utara 2.3. Daerah Penghasil Boneka………………………….…………...34

BAB III Fungsi Boneka Tradisional Anak – Anak

3.1. Sebagai Jimat………………………………………………….36 3.2. Sebagai Persembahan..………………………………….……..39 3.3. Sebagai Perlengkapan Festival………………………….….…40 3.4. Sebagai mainan………………………………………………..42

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan……………………………………………………44 4.2. Saran…………………………………………………………..45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ABSTRAK Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Jepang dikenal sebagai salah satu ningy ỡ ỡkoku yang berarti kerajaan boneka karena disana terdapat berbagai jenis rupa boneka. Sekarang ini tidak ada Negara yang seperti Jepang dalam memproduksi bermacam-macam mainan boneka. Boneka-boneka tersebut dibuat dihampir seluruh bagian wilayah Jepang.. Boneka-boneka Jepang dibuat dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi dari 1 inci sd 3 kaki tingginya. Boneka Jepang banyak jenisnya, ada yang dibuat dengan tangan atau alat-alat tadisional dan ada juga yang dibuat dengan teknologi tinggi. Boneka yang dibuat dengan tangan atau alat-alat tradisional ini disebut dengan boneka tadisional Jepang. Boneka tradisional ini pun banyak jenisnya. Ada yang dibuat untuk anak-anak dan ada juga yang digunakan untuk orang dewasa. Boneka tradisional lebih dari sekadar mainan tetapi juga memiliki beragam fungsi yang unik dan menarik dan berperan penting dalam kehidupan masyarakat Jepang khususnya boneka yang digunakan untuk bayi dan anak-anak. Boneka-boneka yang digunakan untuk bayi dan anak-anak tidak hanya digunakan sebagai mainan tetapi juga digunakan sebagai jimat, perlengkapan festival, lambang persahabatan, souvenir,mainan dan lain-lain. Boneka yang digunakan sebagai jimat dipengaruhi kepercayaan asli masyarakat Jepang yaitu Proto Shinto yang merupakan kepercayaan Animisme yang merupakan kepercayaan terhadap kami-gami atau banyak dewa dan benda- benda gaib lainnya. Selain Proto Shinto, agama Budha juga memberikan masukan Universitas Sumatera Utara 55 dalam pembuatan boneka tradisional. Berdasarkan agama tersebut, boneka-boneka atau patung yang menyerupai manusia merupakan perwujudan dari sang Budha. Oleh Karena itu. Selain agama Proto Shinto, boneka tradisional juga dikaitkan dengan agama Budha. Universitas Sumatera Utara

BAB I FUNGSI BONEKA TRADISIONAL JEPANG DALAM KEHIDUPAN

MASYARAKAT JEPANG

1.1. Latar Belakang Masalah

Boneka adalah simbol anak-anak, boneka dijadikan sebagai mainan yang dipeluk, diberi pakaian, diajak bicara, dan dimainkan sesuka hati. Boneka pada awalnya dibuat sebagai mainan untuk menemani anak-anak, sampai akhirnya juga dianggap sebagai karya seni tanpa kehilangan kesan kekanakannya. Jepang dikenal sebagai salah satu ningy ỡ ỡkoku yang berarti kerajaan boneka karena disana terdapat berbagai jenis rupa boneka. Sekarang ini tidak ada Negara yang seperti Jepang dalam memproduksi bermacam-macam mainan boneka. Menurut Jill Gribbin 1984:4 , seorang peneliti dan kolektor boneka kuno Jepang berpendapat bahwa tidak ada negara atau budaya lain yang memiliki berbagai jenis boneka seperti negara Jepang. Boneka-boneka tersebut dibuat dihampir seluruh bagian wilayah Jepang. Daerah Tohoku adalah daerah yang paling terkenal akan mainan bonekanya tetapi ada juga daerah yang lain seperti Nagano, Tottori, Shimane dan Toyama yang terletak di pulau utama Honshu dan prefektur Kimamoto yang terletak di Kyushu juga terkenal dengan mainan bonekanya. Boneka-boneka Jepang dibuat dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi dari 1 inci sd 3 kaki tingginya. Boneka-boneka tersebut juga dibuat dengan penampilan yang indah sehingga dikagumi oleh banyak orang. Boneka tersebut biasanya dipajang dalam kotak kaca atau dipajang pada rak pada waktu-waktu tertentu saja Gribbin, 1984:3. Boneka Jepang banyak jenisnya, ada yang dibuat Universitas Sumatera Utara dengan tangan atau alat-alat tadisional dan ada juga yang dibuat dengan teknologi tinggi. Boneka yang dibuat dengan tangan atau alat-alat tradisional ini disebut dengan boneka tadisional Jepang. Boneka tradisional ini pun banyak jenisnya. Berdasarkan bahan yang digunakan, boneka dapat dikategorikan menjadi 7 bagian yaitu boneka yang terbuat dari tanah liat, jerami, kertas, kayu, logam, keramik, dan kain. Sedangkan berdasarkan penggunannya, boneka dapat dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu boneka yang digunakan untuk bayi dan anak-anak dan boneka yang digunakan untuk orang dewasa. Boneka-boneka ini memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jepang karena bagi masyarakat Jepang boneka tradisional lebih dari sekadar sesuatu untuk dimainkan oleh anak-anak tetapi juga merupakan hasil seni yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan masyarakat Jepang, khususnya boneka yang digunakan untuk bayi dan anak-anak. Boneka tersebut disediakan sebelum dan sesudah bayi itu lahir. Bagi masyarakat Jepang, boneka yang digunakan untuk bayi dan anak-anak tidak hanya sebagai mainan anak-anak tetapi juga sebagai jimat, persembahan pengganti diri, perlengkapan festival, dan lain- lain. Dari fungsi tersebut boneka tradisional dapat dijadikan simbol dan dari simbol menghasilkan makna yang dapat mengindikasikan kepada sebuah arti yang dapat berhubungan dengan religi atau budaya. Misalnya boneka Amagatsu. Amagatsu, selain untuk dimainkan anak-anak juga dipercaya dapat melindungi anak-anak dari roh-roh jahat, malapetaka, segala penyakit dan lain sebagainya. Kepercayaan masyarakat Jepang didasari Universitas Sumatera Utara kepercayaan asli Jepang yaitu Proto Shinto yang merupakan kepercayaan Animisme atau kepercayaan terhadap banyak dewa dan benda-benda gaib lainnya. Kemudian pada abad ke 6, agama budha dengan perkembangan kesenian dan arsitektur yang menyeluruh diserap dari Asia, dan agama baru tersebut muncul sebagai pelengkap melalui kedewaannya dan upacara keagamaan. Agama Budha ini juga menyediakan atau membentuk penambahan tema yang baru dalam pembuatan boneka tradisional Jepang. Oleh karena itu, boneka tradisional Jepang selain dikaitkan dengan agama Proto Shinto juga dikaitkan dengan agama Budha. Misalnya boneka Hina selain digunakan untuk mainan anak-anak juga digunakan sebagai perlengkapan Hinamatsuri. Dalam Hinamatsuri anak-anak perempuan dengan dibantu ibunya akan memajang boneka Hina di atas rak dengan tujuan anak-anak dapat tumbuh dengan sehat dan jika sudah dewasa akan selalu mendapatkan kebahagian. Dengan demikian boneka tradisional anak-anak bagi masyarakat Jepang bukan hanya sebagai mainan anak-anak tetapi juga memiliki beragam fungsi yang dapat berguna dalam pertumbuhan dan perkembangan anak –anak Jepang. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti boneka tradisional dengan judul “Fungsi Boneka Tradisional Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”.

1.2. Perumusan Masalah

Boneka dari bahasa Portugis boneca adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macam-macam, terutamanya manusia atau hewan, serta tokoh-tokoh fiksi. Penggunaan boneka dalam kehidupan masyarakat Jepang telah dilakukan Universitas Sumatera Utara dari generasi ke generasi yang menjadikan boneka bukan untuk mainan saja tetapi memiliki beragam fungsi yang unik dan menarik. Penulis melihat masyarakat Jepang sangat menghargai keberadaan boneka tradisional. Masyarakat Jepang berpendapat bahwa boneka tradisional mempunyai peranan penting baik dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang. Misalnya boneka Ichimatsu, boneka ini tidak hanya digunakan untuk mainan anak-anak tetapi juga digunakan untuk menjalin hubungan dengan negara lain. Pada hari persahabatan, anak-anak Jepang memberikan boneka Ichimatsu kepada anak-anak Amerika Serikat demi mempererat hubungan antar kedua negara. Selain itu, boneka tradisional juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan keagamaan masyarakat Jepang. Misalnya boneka Amagatsu, boneka ini diletakkan sebelum dan sesudah bayi lahir untuk menangkal segala penyakit, bencana maupun roh-roh jahat karena boneka ini dipercaya memiliki nilai magis Dari berbagai hal diatas, penulis mencermati bahwa boneka tradisional tidak hanya digunakan untuk mainan tetapi juga digunakan diberbagai sendi kehidupan masyarakat Jepang. Selain itu, penulis melihat Boneka tradisional mempunyai beragam fungsi yang unik dan sangat menarik untuk dibahas. Berdasarkan pemikiran diatas maka masalah-masalah yang muncul adalah 1. Apa saja fungsi dan makna boneka tradisional dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang? 2. Apa saja fungsi dan makna boneka tradisional dalam kehidupan keagamaan masyarakat Jepang? Universitas Sumatera Utara

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan yang ada maka penulis mengganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan yang akan dikemukan. Adapun ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skiripsi ini adalah mengenai Fungsi Boneka Tradisional Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang. Boneka Jepang banyak jenisnya, ada yang dibuat dengan tangan maupun derngan teknologi yang tinggi. Tetapi boneka yang dibuat dengan tangan atau yang dikenal dengan boneka tradisional mempunyai nilai magis yang memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jepang. Sedangkan boneka yang dibuat dengan teknologi tinggi hanya sebagai mainan atau untuk animasi, contohnya boneka doraemon. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya akan membahas tentang keterkaitan nilai-nilai budaya yang menyangkut fungsi Boneka tradisional dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Untuk menunjukkan adanya keterkaitan tersebut, penulis akan membahas fungsi sosial dan fungsi religi pada boneka tradisional Jepang secara fokus. Fungsi boneka tradisional dalam sosial mencakup bahasan tentang penggunaan secara umum dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan fungsi boneka tradisional dalam religi berkaitan dengan penggunaan boneka tradisional dalam kehidupan keagamaan masyarakat Jepang. Agar pembahasan masalah yang diteliti lebih akurat, maka penulis menjelaskan juga sejarah, proses pembuatan, jenis-jenis dan daerah-daerah penghasil boneka tradisional Jepang. Universitas Sumatera Utara 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka Menurut Edward B. Tylor 2005:12 kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.www.wikipediaorgwikikebudayaan. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Menurut Selo Soemardjan, Seni merupakan perwujudan dari kebudayaan. Kesenian mengacu pada nilai keindahan estetika yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. www.wikipediaorgkebudayaan. Universitas Sumatera Utara Kesenian Jepang sudah dikenal diseluruh dunia khususnya kesenian tradisionalnya. Hal ini merupakan kebudayaan turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Jepang dan tetap dipelihara agar tidak musnah begitu saja. Salah satu kesenian tradisional Jepang adalah boneka. Boneka dari bahasa Portugis boneca adalah sejenis mainan yang dapat berbentuk macam- macam, terutamanya manusia atau hewan, serta tokoh-tokoh fiksi. Boneka bisa dikatakan salah satu mainan yang paling tua, karena pada zaman Yunani, Romawi ataupun Mesir kuno saja boneka sudah ada. Namun fungsi, bentuk, maupun bahan pembuatnya ternyata berbeda sekali antara dulu dan sekarang Wikipedia:2008. Boneka dalam bahasa Jepang disebut ningyo yang terdiri dari kanji nin orang dan kanji gyo bentuk .Dalam kumpulan tulisan Yanagita Kunio yaitu kami okuri to ningyo 1971, gabungan dua karakter kanji ini juga dibaca hitogata, namun cara baca yang demikian hanya digunakan untuk menyebut tiruan bentuk manusia yang berfungsi sebagai jimat untuk melindungi diri dari penyakit, malapetaka, dan makhluk halus. Arti kata ningyo juga mencakup boneka hiasan yang berbentuk bayi, orang dewasa, bentuk golek, bentuk binatang yang terbuat dari kayu, tanah liat, bahan campuran, dan sebagainya Jill Gribbin, 1984:4. Boneka-boneka tersebut ada yang dibuat dengan tangan atau alat-alat tradisional yang disebut boneka tradisional dan ada juga yang di buat dengan teknologi canggih. Boneka pertama kali ditemukan pada zaman Jomon yang disebut dengan Shakoki Dogu. Boneka ini ada yang berbentuk laki-laki, wanita, hewan,maupun kombinasi dari manusia. Menurut Yoshino, pada zaman Jomon, shakoki dogu Universitas Sumatera Utara dipakai pada upacara keagamaan sebagai dewa dalam praktek perdukunan. www.yoshino antique.comningyo.html-26k.Kemudian pada zaman berikutnya, boneka semakin berkembang dan semakin banyak jenis-jenisnya. Ada yang digunakan untuk bayi dan anak-anak, ada yang digunakan untuk kekaisaran, ada yang digunakan untuk cerita rakyat, dan lain-lain. Boneka-boneka tersebut memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jepang baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan keagamaan masyarakat Jepang. Dr. Marvin Herring mengatakan masyarakat Jepang menyukai simbol sehingga banyak boneka yang didekorasi dengan simbol khusus, kemudian dia menambahkan bahwa boneka bukan hanya mainan anak-anak tapi juga benda yang dianggap memiliki banyak fungsi dalam kehidupan masyarakat Jepang www.lotzdollpages .comljmisc.html-20k. Menurut Judy Shoaf, boneka Jepang mempunyai nilai magis sehingga dipercaya dapat melindungi orang yang memakai boneka tersebutwww.clas.ufl.edu usersjshoafjdollsuses.htm-20k.

1.4.2. Kerangka Teori

Pembahasan fungsi boneka tradisional dalam skripsi ini berkaitan dengan lambang dan tanda yang termasuk dalam bahasan semiotika signifikasi. Oleh karena itu, penulis menggunakan pendekatan semiotika signifikasi dalam penulisan skripsi ini. Saussure dalam Alex Sobur 2004:Vii mendifinisikan semiotika sebagai ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.Implisit dalam definisi tersebut adalah sebuah relasi bahwa bila tanda merupakan bagian dari kehidupan social maka tanda juga merupakan bagian dari aturan-aturan social yang berlaku. Universitas Sumatera Utara Saussure menjelaskan tanda sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dua bidang seperti halnya selembar kertas yaitu bidang penanda untuk menjelaskan bentuk atau ekspresi dan bidang petanda untuk menjelaskan konsep atau makna. Dalam melihat relasi pertandaan ini, Saussurre menekankan perlunya semacam konvensi social yang mengatur pengkombinasian tanda dan maknanya. Relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi inilah yang disebut sebagai signifikasi. Semiotika signifikasi dengan demikian adalah semiotika yang mempelajari relasi elemen-elemen tanda didalam sebuah sistem, berdasasrkan aturan main dan konvensi tertentu. Berdasarkan pendekatan ini, penulis menganalisa fungsi boneka tradisional dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang yang kemudian dihubungkan dengan pendekatan semiotika signifikasi untuk menjabarkan tanda- tanda dan kandungan arti yang terdapat dalam penggunaan boneka tradisional Jepang. Tanda dan arti akan menjelaskan kondisi kehidupan sosial dan religi pada masyarakat Jepang. Selain pendekatan semiotika signifikasi, peneliti juga memakai pendekatan kepercayaan. Kepercayaan merupakan sistem tingkah laku manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menyandarkan diri kepada kemauan dan kekuasaaan makhluk-makhluk halus seperti roh, dewa-dewa yang menempati alam. Mereka berusaha mengontrol kekuatan-kekuatan supernatural berupa doa- doa dan memohon kekuatan dari sang supernatural tersebut. www.halmaherautara.comartikel.php?id=32k=81 - 34k - . Berdasarkan pendekatan ini, penulis akan membahas fungsi boneka tradisional dengan mengakaitkannya dengan sistem kepercayaan yang dianut masyarakat Jepang. Universitas Sumatera Utara 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui fungsi dan makna boneka tradisional dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. 2. Untuk mengetahui fungsi dan makna boneka tradisional dalam ritual-ritual keagamaan masyarakat Jepang.

1.5.2. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dan masyarakat umum diharapkan dapat menambah wawasan mengenai fungsi boneka tradisional dalam kehidupan masyarakat Jepang. 2. Bagi peneliti lain diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bila meneliti masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.6. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Whitney dalam Moh.Nazir 1988:63 mengatakan metode deskriptif adalah metode yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode penelitian kepustakaan atau library research yang terbagi atas :

1. Documentary Research

Universitas Sumatera Utara Menghimpun data dari internet explorer.

2. Survey Book

Menghimpun data dari berbagai macam literature buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Buku berbahasa asing juga digunakan pada penelitian ini, jadi penerjemahan buku-buku tersebut juga menggunakan teori terjemahan. Menurut Malo 1985: 97 teori terjemahan adalah Menerjemahkan pesan atau amanat yang terdapat dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran dengan mencari padanan terdekat yaitu dari segi makna dan gaya bahasa. Setelah data-data terkumpul maka dilakukan proses penganalisaan data. Proses analisa data dimulai dengan menelaah data-data yang diperoleh dilanjutkan dengan membuat abstraksi rangkuman kemudian menyusun data dalam satuan – satuan untuk dikategorisasikan pada setiap bab maupun anak bab. Tahap akhir berupa pemeriksaan keabsahan data, baru kemudian dilakukan penganalisaan berupa penginterpretasikan dari data-data tersebut, untuk sampai paada konsep- konsep pemecahan masalah secara tuntas dan menyeluruh. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BONEKA TRADISIONAL ANAK –

ANAK DIJEPANG

2.1. Sejarah Boneka Tradisional Anak – anak DiJepang

Boneka bisa dikatakan salah satu mainan yang paling tua karena pada zaman Yunani, Romawi, ataupun Mesir Kuno saja boneka sudah ada. Keberadaan boneka di Jepang dimulai pada zaman Prasejarah. Namun boneka-boneka yang digunakan untuk bayi dan anak-anak dimulai pada zaman Heian. Adapun sejarah boneka tradisional anak-anak di Jepang adalah sebagai berikut :

1. Zaman Prasejarah

Zaman prasejarah jepang dibagi atas 2 zaman yaitu:

1. Zaman Jomon

Zaman primitif di Jepang tidak jelas diketahui berjalan berapa lama. Tetapi dihipotesakan bahwa zaman Jomon adalah zaman primitif awal dimana masyarakat menggunakan peralatan yang terbuat dari tanah liat. Salah satunya adalah boneka. Boneka pertama kali ditemukan pada zaman Jomon yang disebut Shakoki Dogu. Boneka tersebut berbentuk badan atau manusia. Boneka tanah liat ini melukiskan laki-laki, wanita, hewan atau kombinasi dari manusia. Fungsi boneka ini belum diketahui pasti namun dari penemuan sisa-sisa peninggalannya yang ditemukan di pemakaman raja-raja dan bangsawan dapat disimpulkan bahwa boneka ini digunakan dalam upacara keagamaan. Universitas Sumatera Utara

2. Zaman Yayoi

Pada zaman ini tidak ada diproduksi jenis baru dari boneka yang ditemukan pada zaman Jomon. Namun pada periode Kofun, kira-kira abad 4 hingga 6 sering ditemui berupa kuburan besar yang disebut Kofun. Kofun adalah kuburan tua yang sangat besar yang hingga kini dapat ditemui diberbagai daerah. Dalam kuburan tersebut banyak ditemukan peninggalan- peninggalan purbakala seperti patung atau boneka yang terbuat dari tanah liat berupa bentuk manusia, binatang, rumah, kapal, dan lain-lain yang disebut dengan Haniwa. Haniwa pada umumnya tegak berdiri dan mirip dengan Teracotta yang ditemukan di Cina. Ada pendapat yang menyatakan bahwa haniwa menggantikan praktek lama tentang pengorbanan manusia ketika pemimpin dimakamkan. Beberapa ahli berpendapat adanya kesinambungan dalam pembuatan boneka berbentuk badan atau Shakoki Dogu pada kebuadayaan Jomon dengan pembuatan haniwa pada kebudayaan Kofun.

2. Zaman Sejarah 1. Zaman Nara

Shakoki Dogu dan haniwa menjadi pelopor terhadap perkembangan boneka selanjutnya. Meskipun tidak ada boneka berbentuk badan muncul dari zaman Asuka yaitu zaman pengenalan Buddha dengan perkembangan arsitektur, namun demikian agama Buddha tersebut menyediakan penambahan tema yang baru dalam pembuatan boneka di masa datang. Universitas Sumatera Utara Penggalian dari daerah Nara ditemukan boneka kayu yang diperkirakan dipakai untuk sandiwara boneka. Selama akhir zaman Nara, boneka Ayatsuri atau boneka yang dimainkan oleh 2 atau 3 wayang sandiwara boneka yang digunakan oleh wayang yang berpindah-pindah tempat sebagai pertunjukkan boneka. Pertunjukan ini diperkirakan sebagai pelopor sandiwara Bunraku. Selama zaman ini terdapat kepercayaan kuno terhadap boneka atau patung yang memiliki jiwa atau roh dan mempunyai beberapa kekuatan magis.

3. Zaman Heian