Penggalian dari daerah Nara ditemukan boneka kayu yang diperkirakan dipakai untuk sandiwara boneka. Selama akhir zaman Nara, boneka Ayatsuri
atau boneka yang dimainkan oleh 2 atau 3 wayang sandiwara boneka yang digunakan oleh wayang yang berpindah-pindah tempat sebagai
pertunjukkan boneka. Pertunjukan ini diperkirakan sebagai pelopor sandiwara Bunraku.
Selama zaman ini terdapat kepercayaan kuno terhadap boneka atau patung yang memiliki jiwa atau roh dan mempunyai beberapa kekuatan magis.
3. Zaman Heian
Zaman Heian merupakan zaman pertama kita melihat dokumentasi atau catatan tentang boneka. Ini dapat diketahui kebenarannya melalui karya
yang luar biasa dari Lady Murasaki yaitu The Tale Of Genji. Dalam karyanya tersebut, selain menulis tentang kehidupan masyarakat Jepang
pada zaman Heian, ia juga menulis tentang peranan boneka dalam kehidupan masyarakat Jepang khususnya boneka yang dibuat untuk bayi dan
anak-anak. Pada zaman ini juga pertama kali kita mengetahui bahwa boneka-
boneka tersebut diproduksi untuk menemani anak-anak. Dalam novel ini juga diceritakan bagaimana para wanita pada zaman Heian membuat boneka
perlindungan bagi anak-anak atau cucu-cucu mereka. Salah satu boneka perlindungan tersebut adalah Hitogata. Hitogata merupakan boneka
berbentuk manusia yang terbuat dari kertas. Pada zaman ini, bentuk Hitogata
sangat sederhana dan terbuat dari bahan-bahan sederhana juga seperti rumput atau kertas.
Universitas Sumatera Utara
Di jaman Heian, pada hari 3 bln 3 bersamaan dengan musim buah momo, para keluarga pergi bersama untuk menikmati suasana pedesaan dan
pepohonan yang sedang bersemi, kemudian menghanyutkan Hitogata ke aliran sungai.
Menurut Yanagita Kunio, kebiasaan menhanyutkan boneka kertas sebagai pengganti bentuk manusia pada bulan purnama ketiga merupakan
pengaruh kebiasaan ritual China yang dilakukan di tepi sungai dengan maksud untuk menghilangkan penyakit, menjauhkan malapetaka, dan
menyucikan “ kotoran “ di badan Yanagita, 1970 : 450 . Selain itu, kebudayaan laen yang diimpor dari kebudayaan China adalah
festival iris. Festival ini terjadi pada hari ke 5 bulan ke 5 pada tahun lunar dan disebut Tango no Sekku. Festival ini ditujukan untuk anak laki-laki.
Tepat pada hari ke 5 bulan 5, para orang tua membuat air rendaman bunga iris dan anak laki-laki masuk kedalam air rendaman bunga iris tersebut.
Kemudian bunga ini diikatkan ke kepala anak-anak. Berendam di bunga iris dan diikatkan ke kepala dimaksudkan untuk membersihkan diri dari roh
jahat karena bunga iris memiliki bau yang menyengat sehinggga dipercaya dapat mengusir roh jahat. Selama periode Heian festival ini hanya
dihubungkan dengan bunga iris. Pada abad ke-6, agama Budha masuk ke Jepang. Selain agama Proto
Shinto Jepang, agama Budha juga mempengaruhi dalam pembuatan tema boneka-boneka tradisional Jepang. Bentuk Hitogata yang sederhana
mengalami perkembangan sehingga muncul jenis boneka baru yaitu boneka Hina.
Bentuk boneka Hina yang sangat sederhana dan terbuat dari kertas
Universitas Sumatera Utara
yang sama dengan bentuk Hitogata. Selama zaman Heian boneka Hina dibuat dalam bentuk berdiri Tachibana dan biasanya merupakan pasangan
boneka laki-laki dan perempuan. Boneka Hina ini juga digunakan sebagai perlengkapan bermain anak-
anak perempuan di kalangan istana dan keluarga bangsawan. Permainan yang melibatkan boneka hina ini disebut Hina Asobi permainan Hina
yaitu permainan yang meniru kehidupan dewasa dan berumah tangga. Menurut perkiraan, boneka Hina dimainkan bersama rumah boneka yang
berbentuk istana. Pada prinsipnya Hina Asobi adalah permainan dan bukan suatu ritual.
Setelah melalui pergantian waktu yang sangat panjang, tiruan bentuk manusia ini tidak lagi terbuat dari kertas, melainkan dari bahan lainnya
seperti kayu, kain, dan lain-lain, sehingga tidak dihanyutkan, tetapi dibawa pulang untuk diletakkan di atas rak dekat altar Bauer, 1977 : 72 .
Pada zaman ini muncul jenis baru yang juga merupakan perkembangan dari Hitogata yang disebut dengan Amagatsu. Di masa Heian, Amagatsu hanya
digunakan oleh kalangan bangsawan. Pada saat yang bersamaan dengan kemunculan Amagatsu, ada jenis baru
yang dibuat dengan tujuan yang sama yaitu Hoko Hearn 1913 : 17 . Amagatsu dan Hoko yang berupa Katashiro dengan meniru bentuk anak dan
merupakan jenis Onademono. Kedua jenis ini dipajang disisi Hina dalam perayaaan Hina Asobi.
Universitas Sumatera Utara
4. Zaman Kamakura