5.3. Jawaban Responden mengenai Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Variabel X
Diagram 1. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk Program Pelatihan Peternakan Kelinci
8 2
80
20 10
20 30
40 50
60 70
80 90
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33
Rendah 1,00 – 1,66 Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden untuk program pelatihan peternakan kelinci tergolong tinggi yaitu rata-rata
sebanyak 8 orang responden 80 dari total 10 orang responden dan rata-rata jawaban responden untuk kategori sedang sebanyak 2 orang 20, sedangkan
tidak ada responden yang menjawab untuk kategori rendah. Hal diatas menunjukkan tingginya antusias warga penerima program
pelatihan peternakan kelinci untuk mengikuti pelatihan. Program yang dijalankan yang merupakan salah satu bagian dari skala prioritas pada daya ekonomi yang
menggambarkan bahwa peternakan kelinci memiliki potensi pasar yang cukup menjanjikan. Relevansi materi yang diajarkan dibarengi kapasitas keilmuan yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki pelatih juga menjadi faktor lain yang turut mempengaruhi antusias warga serta indikator-indikator pendukung lainnya.
Masalah yang muncul adalah bahwa kondisi tersebut ternyata kurang didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang cukup dalam menunjang
proses pelatihan yang dijalankan. Tabel diatas menunjukkan rata-rata 2 orang 20 responden menyatakan terdapat kategori sedang untuk proses program
yang berjalan dan pendapat itu ditanggapi responden pada pertanyaan mengenai perencanaan materi yang kurang matang, kurang tersedianya peralatan penunjang
pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman penyampaian materi yang kurang memadai.
Diagram 2. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk Program Pelatihan Komputer
8 4
66.67
33.33
10 20
30 40
50 60
70 80
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33
Rendah 1,00 – 1,66 Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Universitas Sumatera Utara
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden untuk program pelatihan komputer tergolong tinggi yaitu rata-rata sebanyak 8
orang responden 66,67 dari total 12 orang responden dan rata-rata jawaban responden untuk kategori sedang sebanyak 4 orang 33,33, sedangkan tidak ada
responden yang menjawab untuk kategori rendah. Hal diatas menunjukkan tingginya antusias responden, dalam hal ini
adalah para siswa penerima program pelatihan komputer untuk mengikuti pelatihan. Program yang dijalankan yang merupakan salah satu bagian dari skala
prioritas pada daya ekonomi menggambarkan bahwa keahlian dalam mengoperasikan komputer merupakan modal utama dalam mengimbangi arus
informasi teknologi yang semakin canggih, disamping juga memiliki potensi memperoleh pekerjaan yang cukup menjanjikan. Relevansi materi yang diajarkan
dibarengi kapasitas keilmuan yang dimiliki pelatih juga menjadi faktor lain yang turut mempengaruhi antusias responden serta indikator-indikator pendukung
lainnya. Masalah yang muncul adalah bahwa kondisi tersebut juga kurang
didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang cukup dalam menunjang proses bimbingan yang dijalankan. Lokasi bimbingan yang diadakan pada salah
satu lembaga bimbingan komputer yang terdapat di daerah Gedung Johor mengakibatkan perhatian dan tanggapan guru pembimbing terhadap para peserta
pelatihan dari P2KP ditanggapi sama seperti peserta bimbingan komputer lainnya yang diluar bantuan P2KP sehingga tidak ada perhatian khusus dari lembaga
penyelenggara bahwa peserta dari P2KP tersebut merupakan peserta yang
Universitas Sumatera Utara
orientasi dan latar belakang mengikuti pelatihan yang berbeda dengan para peserta yang lain diluar P2KP. Tabel diatas menunjukkan rata-rata 4 orang 33,33
responden menyatakan terdapat kategori sedang untuk proses program yang berjalan dan pendapat itu ditanggapi responden pada pertanyaan mengenai kurang
pengertiannya tenaga pengajar dalam mendengarkan dan menanggapi keluhan dan kesulitan peserta dalam memahami materi, perencanaan materi yang kurang
matang, kurang tersedianya peralatan penunjang pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman penyampaian materi yang kurang
memadai.
Diagram 3. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk Program Pelatihan Perikanan
16 5
1 75
24.62 0.38
10 20
30 40
50 60
70 80
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33
Rendah 1,00 – 1,66 Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden untuk program pelatihan perikanan adalah tinggi, yaitu rata-rata sebanyak 16
orang responden 75 dari total 22 orang responden, rata-rata jawaban
Universitas Sumatera Utara
responden untuk kategori sedang sebanyak 5 orang 24,62, sedangkan responden yang menjawab untuk kategori rendah hanya 1 orang 0,38.
Hal diatas menunjukkan tingginya antusias responden, penerima program pelatihan perikanan, dalam hal ini perikanan lele untuk mengikuti pelatihan.
Program yang dijalankan yang merupakan salah satu bagian dari skala prioritas pada daya ekonomi menggambarkan bahwa beternak lele memiliki prospek yang
cukup tinggi serta memiliki potensi pasar yang cukup menjanjikan. Relevansi materi yang diajarkan dibarengi kapasitas keilmuan yang dimiliki pelatih juga
menjadi faktor lain yang turut mempengaruhi antusias responden serta indikator- indikator pendukung lainnya.
Masalah yang muncul adalah bahwa potensi tersebut kurang didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang cukup dalam menunjang proses
pelatihan yang dijalankan. Tabel diatas menunjukkan rata-rata 5 orang 24,62 responden menyatakan terdapat kategori sedang untuk proses program yang
berjalan dan pendapat itu ditanggapi responden pada pertanyaan mengenai, perencanaan materi yang kurang matang, kurang tersedianya peralatan penunjang
pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman penyampaian materi yang kurang memadai. Untuk kategori rendah, responden
yang menjawab hanya 1 orang 0,38 berkenaan dengan tidak memadainya fasilitas yang disediakan dalam pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 4. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk Program Pelatihan Pertanian
17 5
75.38
24.62 10
20 30
40 50
60 70
80
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33
Rendah 1,00 – 1,66 Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden untuk program pelatihan pertanian, dalam hal ini adalah bertani jagung adalah
tinggi, yaitu rata-rata sebanyak 17 orang responden 75,38 dari total 22 orang responden, rata-rata jawaban responden untuk kategori sedang sebanyak 5 orang
24,62, sedangkan responden yang menjawab untuk kategori rendah tidak ada. Hal diatas menunjukkan tingginya antusias responden, penerima program
pelatihan bertani jagung untuk mengikuti pelatihan. Program yang dijalankan yang merupakan salah satu bagian dari skala prioritas pada daya ekonomi,
ditambah tersedianya lahan yang cukup memadai yang hanya terdapat di Lingkungan VI, menggambarkan bahwa bertani jagung memiliki prospek yang
cukup tinggi serta memiliki potensi pasar yang cukup menjanjikan. Relevansi materi yang diajarkan dibarengi kapasitas keilmuan yang dimiliki pelatih juga
Universitas Sumatera Utara
menjadi faktor lain yang turut mempengaruhi antusias responden, serta indikator- indikator pendukung lainnya.
Masalah sama yang terjadi adalah bahwa potensi tersebut kurang didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang cukup dalam menunjang proses
pelatihan yang dijalankan, disamping perencanaan materi yang kurang matang. Diagram diatas menunjukkan rata-rata 5 orang 24,62 responden menyatakan
terdapat kategori sedang untuk proses program yang berjalan dan pendapat itu ditanggapi responden pada pertanyaan mengenai, perencanaan materi yang kurang
matang, kurang tersedianya peralatan penunjang pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman penyampaian materi yang kurang
memadai.
Diagram 5. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap Variabel X untuk Program Pelatihan Menjahit
17 5
75.76
24.24 10
20 30
40 50
60 70
80
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33
Rendah 1,00 – 1,66 Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden untuk program pelatihan menjahit, dalam hal ini adalah para ibu-ibu adalah tinggi,
Universitas Sumatera Utara
yaitu rata-rata sebanyak 17 orang responden 75,76 dari total 22 orang responden, rata-rata jawaban responden untuk kategori sedang sebanyak 5 orang
24,24, sedangkan responden yang menjawab untuk kategori rendah tidak ada. Hal diatas menunjukkan tingginya antusias responden, penerima program
pelatihan menjahit untuk mengikuti pelatihan. Program yang dijalankan yang merupakan salah satu bagian dari skala prioritas pada daya ekonomi,
menggambarkan bahwa keahlian menjahit memiliki prospek yang cukup tinggi yang bisa dikerjakan para ibu di rumah dalam usaha membantu perekonomian
keluarga, serta memiliki potensi pasar yang cukup menjanjikan. Relevansi materi yang diajarkan dibarengi kapasitas keilmuan yang dimiliki pelatih juga menjadi
faktor lain yang turut mempengaruhi antusias ibu-ibu, serta indikator-indikator pendukung lainnya.
Masalah sama yang juga terjadi seperti pada kegiatan lain adalah bahwa potensi tersebut kurang didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang
cukup dalam menunjang proses pelatihan yang dijalankan, disamping perencanaan materi yang kurang matang. Diagram diatas menunjukkan rata-rata 5 orang
24,24 responden menyatakan terdapat kategori sedang untuk proses program yang berjalan dan pendapat itu ditanggapi responden pada pertanyaan mengenai,
perencanaan materi yang kurang matang, kurang tersedianya peralatan penunjang pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman
penyampaian materi yang kurang memadai.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 6. Akumulasi Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden untuk Variabel Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan P2KP X untuk Semua Kegiatan
66
21 1
75.28
24.62 0.1
10 20
30 40
50 60
70 80
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33
Rendah 1,00 – 1,66 Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas memperlihatkan jawaban responden terhadap variabel X yaitu pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP, yang
terdiri dari 5 lima program pelatihan ternak kelinci, pelatihan komputer, perikanan lele, pertanian jagung, dan keterampilan menjahit, menunjukkan
bahwa nilai akumulasi frekuensi jawaban responden yang berada pada kategori tinggi sebanyak 66 orang 75,28 dari total responden 88 orang, kategori sedang
sebanyak 21 orang 24,62, dan kategori rendah hanya 1 orang 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki antusias yang
tinggi untuk mengikuti pelatihan yang diadakan P2KP dengan harapan setelah mengikuti pelatihan akan menambah keterampilan dalam berkerja sehingga dapat
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan melalui salah satu konsep Tridaya yaitu Daya Ekonomi. Penetapan kegiatan yang merupakan prioritas yang telah
Universitas Sumatera Utara
disepakati masyarakat serta materi-materi yang memang dianggap relevan yang ditawarkan oleh P2KP juga merupakan salah satu faktor tingginya antusias
responden dalam keseriusan mengikuti pelatihan karena materi yang diberikan sesuai dengan proses pelaksanaan kegiatan pelatihan sehingga sangat membantu
responden dalam meningkatkan kualitas keilmuan dalam bekerja. Cukup banyaknya responden yang menyatakan kategori sedang juga
menunjukkan bahwa faktor tidak tersedianya peralatan, fasilitas pendukung pelatihan dan faktor penunjang lain yang memadai mengakibatkan kegiatan yang
dijalankan mengalami banyak kendala. Minimnya peralatan pendukung selama pelatihan disebabkan karena bahwa pelatih yang didatangkan dari dinas-dinas
terkait, yang berhubungan dengan program pelatihan yang diberikan tidak disertai dengan alat peraga atau sarana pendukung yang diperlukan dan mereka hanya
membawa buku. Ketidaksiapan inilah yang sangat disayangkan oleh masyarakat penerima bantuan pelatihan. Tingginya partisipasi dan keantusiasan warga yang
mengharapkan mendapat pelatihan dan praktek langsung yang memadai terhalang oleh minimnya sarana pendukung.
Universitas Sumatera Utara
5.4. Jawaban Responden mengenai Kesejahteraan Masyarakat Variabel Y Diagram 7. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap
Variabel Y untuk Program Pelatihan Peternakan Kelinci
6 4
63.16 36.84
10 20
30 40
50 60
70
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33
Rendah 1,00 – 1,66 Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden atas kesejahteraan dari pengaruh pelatihan P2KP untuk program pelatihan peternakan
kelinci tergolong tinggi, namun tidak signifikan yaitu rata-rata sebanyak 6 orang responden 63,16 dari total responden sebanyak 10 orang dan rata-rata jawaban
responden untuk kategori sedang sebanyak 4 orang 36,84, namun begitu, tidak ada responden yang menjawab untuk kategori yang memiliki pengaruh rendah.
Hal diatas menunjukkan bahwa pengaruh yang dihasilkan dari pelatihan peternakan kelinci dari P2KP, walau masih dalam kategori tinggi, namun tidak
signifikan. Bahkan hampir setengah dari warga penerima bantuan menyatakan pengaruh yang dihasilkan tergolong sedang. Ternyata, perencanaan materi yang
kurang matang, kurang tersedianya peralatan penunjang pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman penyampaian materi yang kurang
Universitas Sumatera Utara
memadai tidak dapat memenuhi dan mengimbangi keantusiasan warga penerima pelatihan ternak kelinci yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisa jawaban responden, ternyata faktor penyebab responden menyatakan pengaruh yang dihasilkan pelatihan termasuk pada
kategori sedang tersebut dari segi pendapatan adalah bahwa ternyata program ternak kelinci yang dijalankan kurang layak untuk dijadikan sebagai pekerjaan
pokok sehingga responden masih tetap memerlukan pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Dari segi pendidikan anak, responden
juga menyatakan bahwa pengaruh pelatihan yang mereka terima juga kurang mampu meningkatkan pendidikan anak walaupun sebelum menerima pelatihan,
responden masih mampu memberikan pendidikan kepada anak baik dari sekolah maupun pendidikan tambahan diluar sekolah. Dari segi kesehatan, walaupun
responden mampu memenuhi pola makan 3 kali sehari dengan teratur baik sebelum maupun sesudah menerima pelatihan, akan tetapi mereka masih kurang
mampu memenuhi asupan gizi tambahan kepada keluarga karena para responden juga masih tetap kurang mampu memenuhi kebutuhan empat sehat lima
sempurna.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 8. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk Program Pelatihan Komputer
6 5
1 52.63
42.11
5.26 10
20 30
40 50
60
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33 Rendah 1,00 – 1,66
Tidak Menjaw ab Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden atas kesejahteraan dari pengaruh pelatihan P2KP untuk program pelatihan komputer
tergolong tinggi, namun tidak signifikan yaitu rata-rata sebanyak 6 orang responden 52,63 dari total responden sebanyak 12 orang dan rata-rata jawaban
responden untuk kategori sedang sebanyak 5 orang 42,11, namun begitu, tidak ada responden yang menjawab untuk kategori yang memiliki pengaruh rendah,
sedangkan frekuensi rata-rata yang tidak menjawab pertanyaan sebanyak 1 orang 5,26.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh yang dihasilkan dari pelatihan komputer dari P2KP, walau masih dalam kategori tinggi, namun tidak signifikan.
Bahkan hampir setengah dari penerima bantuan menyatakan pengaruh yang dihasilkan tergolong sedang. Ternyata, interaksi yang kurang baik dengan
Universitas Sumatera Utara
pengajar, perencanaan materi yang kurang matang, kurang tersedianya peralatan penunjang pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman
penyampaian materi yang kurang memadai tidak dapat memenuhi dan mengimbangi keantusiasan responden penerima pelatihan komputer yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisa jawaban responden, ternyata faktor penyebab responden yang tidak menjawab pertanyaan dengan jumlah rata-rata 1 orang dari
total responden 12 orang yang menerima kuesioner adalah adalah karena para penerima pelatihan komputer hampir seluruhnya masih dalam status sebagai
pelajar atau masih berusia pelajar dengan rentang usia 19 – 22 tahun. Faktor tersebut menunjukkan bahwa mereka yang hanya berstatus sebagai anak dan
bukan sebagai pencari nafkah mengakibatkan hasil pelatihan yang mereka terima hanya sebagai sebuah keahlian ilmu dan bukan sebagai sarana peningkatan
pendapatan karena mereka memang tidak memiliki pekerjaan. Berangkat dari kondisi tersebut mengakibatkan jawaban responden atas pertanyaan lain pada
variabel Y berada pada kategori sedang.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 9. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk Program Pelatihan Perikanan
14 7
1 63.16
36.12
0.72 10
20 30
40 50
60 70
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33 Rendah 1,00 – 1,66
Tidak Menjaw ab Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden atas kesejahteraan dari pengaruh pelatihan P2KP untuk program pelatihan peternakan
ikan lele tergolong tinggi, yaitu rata-rata sebanyak 14 orang responden 63,16 dari total responden sebanyak 22 orang dan rata-rata jawaban responden untuk
kategori sedang sebanyak 7 orang 36,12, tidak ada responden yang menjawab untuk kategori yang memiliki pengaruh rendah, namun terdapat hampir rata-rata 1
orang 0,72 yang tidak menjawab. Hal diatas menunjukkan bahwa pengaruh yang dihasilkan dari pelatihan
ternak lele dari P2KP, termasuk kategori tinggi walaupun terdapat warga penerima bantuan menyatakan pengaruh yang dihasilkan tergolong sedang.
Ternyata, perencanaan materi yang kurang matang, kurang tersedianya peralatan penunjang pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman
Universitas Sumatera Utara
penyampaian materi yang kurang memadai tidak dapat memenuhi dan mengimbangi keantusiasan warga penerima pelatihan beternak lele yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisa jawaban responden, ternyata faktor penyebab responden menyatakan pengaruh yang dihasilkan pelatihan termasuk pada
kategori sedang tersebut dari segi pendapatan adalah bahwa ternyata program ternak lele yang dijalankan kurang layak untuk dijadikan sebagai pekerjaan pokok
sehingga responden masih tetap memerlukan pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Dari segi pendidikan anak, responden
juga menyatakan bahwa pengaruh pelatihan yang mereka terima juga kurang mampu meningkatkan pendidikan anak walaupun sebelum menerima pelatihan,
responden masih mampu memberikan pendidikan kepada anak baik dari sekolah maupun pendidikan tambahan diluar sekolah. Dari segi kesehatan, walaupun
responden mampu memenuhi pola makan 3 kali sehari dengan teratur baik sebelum maupun sesudah menerima pelatihan, akan tetapi mereka masih kurang
mampu memenuhi asupan gizi tambahan kepada keluarga karena para responden juga masih tetap kurang mampu memenuhi kebutuhan empat sehat lima
sempurna.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 10. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk Program Pelatihan Pertanian
14 8
63.4
36.6
10 20
30 40
50 60
70
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33 Rendah 1,00 – 1,66
Tidak Menjaw ab Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden atas kesejahteraan dari pengaruh pelatihan P2KP untuk program pelatihan pertanian
jagung tergolong tinggi, yaitu rata-rata sebanyak 14 orang responden 63,40 dari total responden sebanyak 22 orang dan rata-rata jawaban responden untuk
kategori sedang sebanyak 8 orang 36,60, dan tidak ada responden yang menjawab untuk pengaruh yang memiliki kategori rendah.
Hal diatas menunjukkan bahwa pengaruh yang dihasilkan dari pelatihan bertani jagung dari P2KP, termasuk kategori tinggi walaupun terdapat warga
penerima bantuan menyatakan pengaruh yang dihasilkan tergolong sedang. Ternyata, perencanaan materi yang kurang matang, kurang tersedianya peralatan
penunjang pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman
Universitas Sumatera Utara
penyampaian materi yang kurang memadai tidak dapat memenuhi dan mengimbangi tingginya antusias warga penerima pelatihan bertani jagung.
Berdasarkan hasil analisa jawaban responden, ternyata faktor penyebab responden menyatakan pengaruh yang dihasilkan pelatihan termasuk pada
kategori sedang tersebut dari segi pendapatan adalah bahwa ternyata program bertani jagung yang dijalankan kurang layak untuk dijadikan sebagai pekerjaan
pokok sehingga responden masih tetap memerlukan pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Dari segi pendidikan anak, responden
juga menyatakan bahwa pengaruh pelatihan yang mereka terima juga kurang mampu meningkatkan pendidikan anak walaupun sebelum menerima pelatihan,
responden masih mampu memberikan pendidikan kepada anak baik dari sekolah maupun pendidikan tambahan diluar sekolah. Dari segi kesehatan, walaupun
responden mampu memenuhi pola makan 3 kali sehari dengan teratur baik sebelum maupun sesudah menerima pelatihan, akan tetapi mereka masih kurang
mampu memenuhi asupan gizi tambahan kepada keluarga karena para responden juga masih tetap kurang mampu memenuhi kebutuhan empat sehat lima
sempurna.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 11. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden terhadap Variabel Y untuk Program Pelatihan Menjahit
12 8
1 1
60.29 38.28
0.24 1.19
10 20
30 40
50 60
70
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33 Rendah 1,00 – 1,66
Tidak Menjaw ab Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan frekuensi klasifikasi jawaban responden atas kesejahteraan dari pengaruh pelatihan P2KP untuk program pelatihan home
industry dalam hal ini adalah menjahit tergolong tinggi, yaitu rata-rata sebanyak 12 orang responden 60,29 dari total responden sebanyak 22 orang dan rata-
rata jawaban responden untuk kategori sedang sebanyak 8 orang 38,28, kemudian 1 orang 0,24 menjawab untuk pengaruh yang memiliki kategori
rendah, serta 1 orang 1,19 responden yang tidak menjawab. Hal tersebut menunjukkan bahwa walau terdapat warga penerima bantuan
menyatakan pengaruh yang dihasilkan tergolong sedang, pengaruh yang dihasilkan dari pelatihan menjahit dari P2KP masih dalam kategori tinggi namun
tidak signifikan. Ternyata, perencanaan materi yang kurang matang, kurang tersedianya peralatan penunjang pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam
Universitas Sumatera Utara
menunjang pemahaman penyampaian materi yang kurang memadai tidak dapat memenuhi dan mengimbangi tingginya antusias warga penerima pelatihan
menjahit. Berdasarkan hasil analisa jawaban responden yang keseluruhannya adalah
ibu-ibu, ternyata faktor penyebab responden menyatakan pengaruh yang dihasilkan pelatihan termasuk pada kategori sedang tersebut dari segi pendapatan
adalah bahwa ternyata program pelatihan menjahit yang dijalankan kurang layak untuk dijadikan sebagai pekerjaan pokok sehingga responden, walau bukan
sebagai kepala keluarga dan walau cukup membantu meringankan beban kepala keluarga, masih tetap memerlukan pekerjaan tambahan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Dari segi pendidikan anak, responden juga menyatakan bahwa pengaruh pelatihan yang mereka terima juga kurang mampu meningkatkan
pendidikan anak walaupun sebelum menerima pelatihan, responden masih mampu memberikan pendidikan kepada anak baik dari sekolah maupun pendidikan
tambahan diluar sekolah. Dari segi kesehatan, walaupun responden mampu memenuhi pola makan 3 kali sehari dengan teratur baik sebelum maupun sesudah
menerima pelatihan, akan tetapi mereka masih kurang mampu memenuhi asupan gizi tambahan kepada keluarga karena para responden juga masih tetap kurang
mampu memenuhi kebutuhan empat sehat lima sempurna.
Universitas Sumatera Utara
Diagram 12. Akumulasi Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden untuk Variabel Kesejahteraan Masyarakat Y untuk Semua Kegiatan
53 33
1 1
61
36.6
1.2 1.2
10 20
30 40
50 60
70
Tinggi 2,34 – 3,00 Sedang 1,67 – 2,33 Rendah 1,00 – 1,66
Tidak Menjaw ab Kategori Nilai Interval
Frekuensi Persentase
Sumber: Data Primer 2009
Diagram diatas menunjukkan tentang jawaban responden terhadap variabel Y yaitu Kesejahteraan Masyarakat bahwa akumulasi nilai frekuensi jawaban
responden yang berada pada kategori tinggi sebanyak 53 orang 61, kategori sedang sebanyak 33 orang 37,74, kategori rendah hanya 1 orang 1,2, dan
terdapat responden yang tidak menjawab ada 1 orang 1,2. Hal tersebut menunjukkan bahwa walau terdapat warga penerima bantuan
menyatakan pengaruh yang dihasilkan tergolong sedang, pengaruh yang dihasilkan dari variabel X masih dalam kategori tinggi namun tidak signifikan.
Ternyata, perencanaan materi yang kurang matang, kurang tersedianya peralatan penunjang pelatihan, serta fasilitas yang disediakan dalam menunjang pemahaman
penyampaian materi yang kurang memadai tidak dapat memenuhi dan mengimbangi tingginya antusias warga penerima masing-masing pelatihan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari pelatihan yang dianggap kurang layak dijadikan pekerjaan pokok dikarenakan untuk tahap I dari P2KP hanya difokuskan pada pemberian
pelatihan. Tidak adanya pasar yang khusus menampung hasil pelatihan, menyebabkan sulitnya memasarkan hasil dari pelatihan yang telah diikuti. Sebagai
contoh, pada peternakan lele, kendala yang dihadapi peternak adalah pada saat pembesaran bibit, tidak semua konsumen, dalam hal ini kebanyakan disalurkan ke
rumah makan mau menampungnya. Kalaupun sekiranya diterima, biasanya konsumen tersebut menampung dengan jumlah yang sangat sedikit.
Begitu pula dengan hasil ternak kelinci, ketatnya persaingan antar pedagang di beberapa daerah pemasaran menyebabkan pedagang kelinci kesulitan
dalam memasarkan dagangannya. Hal ini disebabkan banyak pedagang lain yang mendatangkan berbagai jenis binatang dagangan. Bahkan kelinci yang dijajakan
para pedagang lain didatangkan dari luar daerah dan memiliki daya tarik tersendiri. Begitu pula yang terjadi dengan program-program pelatihan yang lain.
Walaupun masyarakat menyatakan pelatihan dari P2KP dirasakan sangat bermanfaat, akan tetapi untuk saat ini karena hanya sebatas pemberian pelatihan,
hasil dari program tahap I ini belum layak dijadikan sebagai pekerjaan pokok, sehingga responden masih tetap membutuhkan penghasilan tambahan dari
pekerjaan lain. Oleh karena itulah, maka indikator-indikator kesejahteraan yang terdiri dari peningkatan pendidikan anak baik dari sekolah maupun luar sekolah,
kesehatan keluarga yang meliputi pola makan, kandungan gizi makanan, serta lingkungan yang sehat berada pada kategori sedang.
Universitas Sumatera Utara
5.5. Analisis Data