2. Menyediakan dan memberikan pelayanan social, khususnya pelayanan
kesehatan, pendidikan dan pelatihan, perumahan serta pelayanan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi
social dalam kehidupan masyarakatnya.
2.3.2. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Craig and Mayo dalam Adimihardja dan Hikmat; 2003, bahwa
partisipasi mensyaratkan adanya proses pemberdayaan terlebih dahulu. Dengan
kata lain, mustahil kita berbicara partisipasi masyarakat tanpa diawali dengan diskusi pemberdayaan. Inilah yang dilakukan melalui P2KP yaitu memberdayakan
masyarakat terlebih dahulu melalui pembentukan relawan dan pendampingan yang terus menerus yang pada akhirnya masyarakat bisa mandiri. Ada banyak
konsep partisipasi. Partisipasi bisa diartikan keterlibatan seseorang secara sadar kedalam interaksi sosial tertentu. Seseorang bisa berparitisipasi bila menemukan
dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab
bersama Agar mampu berpartisipasi seseorang perlu berproses dan proses itu ada
dalam dirinya dan dengan orang lain. Kemampuan setiap orang jelas akan berbeda-beda dalam berpartisipasi. Dengan upaya yang sungguh-sungguh dan
terencana, partisipasi seseorang dan pada akhirnya muncul partisipasi kelompok akan bisa ditumbuhkan dengan dorongan dari dalam dirinya atau dengan
dorongan orang lain yang selalu berinteraksi dengan orang tersebut atau dengan kelompok tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Latar belakang pemikiran partisipasi adalah program atau kegiatan pembangunan masyarakat yang datang dari atas atau dari luar sering gagal dan
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal. Proses perencanaan dan pengambil keputusan dalam program pembangunan kerapkali dilakukan dari atas
ke bawah. Rencanan program pemberdayaan masyarakat biasanya dibuat ditingkat pusat dan dilaksanakan oleh instansi terkait oleh instansi propinsi dan kabupaten,
dan biasanya defenisi pemberdayaan sendiri sangat beragam. Masyarakat sering kali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan
untuk memberikan masukan. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya anggapan untuk mencapai efisiensi dalam pembangunan, masyarakat tidak mempunyai
kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan- kebutuhannya. Dalam hal ini, masyarakat ditempatkan pada posisi yang
membutuhkan bantuandari luar. Sebenarnya jika masyarakat dilibatkan secara penuh, mereka juga mempunyai potensi tersendiri, seperti yang dikemukakan oleh
Adimihardja dan Hikmat 2003:23-24 bahwa masyarakat sebenarnya memiliki banyak potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari semuberdaya sosial
dan budaya. Masyarakat memiliki kekuatan bila digali dan disalurkan akan menjadi energi besar untuk pengentasan kemiskinan. Cara menggali dan mendayagunakan
sumber-sumber yang ada pada masyarakat inilah yan menjadi inti dari pemberdayaan masyarakat. Didalam pemberdayaan masyarakat yang penting adalah bagaimana
menjadikan masyarakat pada posisi pelaku pembangunan yang aktif dan bukan penerima pasif. Konsep gerakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan,
Universitas Sumatera Utara
mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat, dengan startegi pokok memberi kekuatan power kepada masyarakat.
Edi Suharto, 2005 : 60 menyatakan sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial,
yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Dalam proses pemberdayaan masyarakat penting dalam melibatkan
masyarakat lokal. Strategi dasar yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah adalah mengembangkan partisipasi yang lebih luas dari masyarakat. Untuk
memberikan semangat kepada masyarakat agar terlibat aktif dalam kegiatan, baik dalam penetapan kebijakan, perumusan kebutuhan, maupun dalam pemecahan
masalah mereka sendiri. Merupakan salah satu cara untuk menuju keberdayaan masyarakat. Menurut Cohen dan Uphoff dalam Prijono dan Pranarka 1996: 61
menyatakan partisipasi mendukung masyarakat untuk mulai sadar akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan-jalan keluar yang dapat
dipakai untuk mengatasi masalah mereka. Partisipasi membantu mesyarakat miskin untuk melihat realitas ekonomi yang mengelilingi mereka.
Jika masyarakat dari awal sudah dilibatkan dalam suatu program pemberdayaan, maka akan berdampak positif bagi masyarakat dan juga kepada
lembaga yang memberikan bantuan. Adanya proses musyawarah dalam
Universitas Sumatera Utara
menentukan bagaimana proses perencanaan dan pelaksanaan program, dengan demikian masyarakat turut berpartisipasi dan dapat menyuarakan aspirasi mereka.
Ini merupakan proses dari pemberdayaan masyarakat. Merujuk pada Suharto, 2005, pengertian kesejahteraan sedikitnya
mengandung empat makna. 1.
Sebagai kondisi sejahtera well-being. Pengertian ini biasanya menunjuk
pada istilah kesejahteraan sosial social welfare sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material dan non-material. Midgley, et al 2000: xi mendefinisikan
kesejahteraan sosial sebagai “…a condition or state of human well-being.” Kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia
karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan
dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya. 2.
Sebagai pelayanan sosial. Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan
sosial umumnya mencakup lima bentuk, yakni jaminan sosial social security, pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial personal
personal social services. 3.
Sebagai tunjangan sosial yang, khususnya di Amerika Serikat AS,
diberikan kepada orang miskin. Karena sebagian besar penerima welfare adalah orang-orang miskin, cacat, penganggur, keadaan ini kemudian
menimbulkan konotasi negatif pada istilah kesejahteraan, seperti kemiskinan, kemalasan, ketergantungan, yang sebenarnya lebih tepat disebut “social
illfare” ketimbang “social welfare”.
Universitas Sumatera Utara
4. Sebagai proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan,
lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan pengertian pertama melalui pemberian
pelayanan sosial pengertian ke dua dan tunjangan sosial pengertian ketiga. Di Indonesia, konsep kesejahteraan merujuk pada konsep pembangunan
kesejahteraan sosial, yakni serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga yang ditujukan untuk meningkatkan standar dan kualitas kehidupan manusia.
Sebagai sebuah proses untuk meningkatkan kondisi sejahtera, istilah ‘kesejahteraan’ sejatinya tidak perlu pakai kata ‘sosial’ lagi, karena sudah jelas
menunjuk pada sektor atau bidang yang termasuk dalam wilayah pembangunan sosial. Sektor ‘pendidikan’ dan ‘kesehatan’ juga termasuk dalam wilayah
pembangunan sosial dan tidak memakai embel-embel ‘sosial’ atau ‘manusia’. Di negara lain, istilah yang banyak digunakan adalah ‘welfare’ kesejahteraan yang
secara konseptual mencakup segenap proses dan aktivitas mensejahterakan warga negara dan menerangkan sistem pelayanan sosial dan skema perlindungan sosial
bagi kelompok yang kurang beruntung Suharto, 2005. Bidang kesejahteraan welfare ini adalah domain utama para pekerja sosial, seperti halnya dokter dalam
bidang kesehatan dan guru dalam bidang pendidikan. Dalam konteks pembangunan nasional, maka pembangunan kesejahteraan
dapat didefinisikan sebagai segenap kebijakan dan program yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan civil society untuk mengatasi masalah sosial dan
memenuhi kebutuhan manusia melalui pendekatan pekerjaan sosial. Meskipun pembangunan kesejahteraan dirancang guna memenuhi kebutuhan publik yang
Universitas Sumatera Utara
luas, target utamanya adalah para Pemerlu Pelayanan Sosial PPS, yaitu mereka yang mengalami hambatan dalam menjalankan fungsi sosialnya sehingga tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling mendasar dan karenanya memerlukan pelayanan kesejahteraan sosial. Orang miskin, anak-anak telantar,
anak jalanan, anak atau wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, lanjut usia telantar, orang dengan HIVAIDS ODHA, pekerja sektor informal,
pekerja industri yang tidak mendapatkan jaminan sosial, adalah beberapa contoh PPKS. Fungsi dan peran utama pembangunan kesejahteraan adalah:
Mendorong investasi sosial social investment melalui penyiapan dan
penyediaan SDM atau angkatan kerja yang berkualitas.
Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia IPM melalui kebijakan dan pelayanan sosial yang berdampak langsung pada peningkatan keberdayaan
rakyat dalam mengakses sumber dan pelayanan sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
Mempertegas peran dan mandat ‘kewajiban negara’ state obligation dalam
mewujudkan kemerataan kehidupan secara nyata melalui sistem perlindungan sosial.
Merujuk pada struktur pemerintahan di Indonesia, lembaga atau departemen pemerintah yang berperan menjalankan pembangunan kesehatan
adalah Departemen Kesehatan Depkes, pembangunan pendidikan adalah Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas, pembangunan agama adalah
Departemen Agama Depag, dan pembangunan kesejahteraan adalah Departemen Sosial Depsos. Ketiga departemen itu berada di bawah naungan Menteri
Universitas Sumatera Utara
Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Menko Kesra. Karena sejatinya Menko Kesra ini menjalankan Pembangunan Sosial, maka sesungguhnya lebih tepat jika diberi
nama Menko Sosial. Sedangkan Depsos lebih tepat jika diberi nama Departemen Kesejahteraan Deptra karena fungsinya lebih terfokus pada urusan kesejahteraan
sebagai bagian dari pembangunan sosial social development yang secara konseptual memang lebih luas dari konsep kesejahteraan welfare.
Menurut BPS 2006, ada 14 kriteria untuk menentukan keluargarumah tangga miskin, yang jika terpenuhi minimal 9 variabel, maka dapat dikategorikan
miskin yaitu: 1.
Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2.
Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanahbambukayu murahan. 3.
Jenis dinding tempat tinggal dari bamburumbiakayu berkualitas rendahtembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga
lain. 5.
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6.
Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindungsungaiair hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak
tanah. 8.
Hanya mengkonsumsi dagingsusuayam satu kali dalam seminggu 9.
Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10.
Hanya sanggup makan hanya satudua kali dalam sehari.
Universitas Sumatera Utara
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500 m2,
buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,- Enam Ratus Ribu per
bulan. 13.
Pendidikan tertinggi kepala keluarga: tidak bersekolahtidak tamat SDhanya SD.
14. Tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.
500.000,- Lima Ratus Ribu Rupiah, seperti sepeda motor kreditnon-kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Standar kemiskinan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Agraria dalam Nawawi 1997, adalah berdasarkan konsumsi sembilan bahan pokok yang
dihitung berdasarkan harga setempat. Standar kebutuhan minimum perorang per bulan : 100 kg beras, 60 liter minyak tanah, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 4
meter tekstil kasar, 6 kg minyak goreng, 2 meter batik kasar dan 4 kg garam. BKKBN mengambil keluarga batih nuclear family sebagai unit
pengertian, namun tidak menggunakan konsep kemiskinan, melainkan konsep kesejahteraan. Konsep kesejahteraan di sini jelas terkait dengan taraf hidup dan
garis kemiskinan. Dengan sejumlah indikator yang dibuat oleh BKKBN, klasifikasi keluarga terdiri dari:
1. Keluarga Sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum mereka tetapi belum memenuhi kebutuhan sosial
Universitas Sumatera Utara
dan psikologis sepeti interaksi keluarga, intaraksi bertetangga dan pekerjaan- pekerjaan yang menentukan standar kehidupan yang baik.
2. Keluarga Sejahtera tahap II. Ditujukan dengan anggota keluarga melaksanakan ibadah agama secara teratur, sekali seminggu keluarga makan
daging, ikantelur. Setiap akhir tahun paling sedikit memperoleh satu stel pakaian baru, luas rumah paling kurang 8 m untuk setiap penghuni. Kesehatan
keluarga baik, memiliki penghasilan tetap, anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin. Anak umur 7-15 tahun bersekolah dan PUS yang telah
memiliki 2 anak atau lebih memakai alat kontrasepsi. 3. Keluarga Sejahtera tahap III. Ditujukan dengan anggota keluarga berusaha
meningkatkan pengetahuan agama, sebagian penghasilan keluarga ditabung, makanan empat sehat lima sempurna dan keluarga makan bersama sehari
dalam sekali serta dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Ikut dalam kegiatan di masyarakat tempat tinggal, rekreasi minimal enam bulan sekali, mendapat
informasi dari surat kabar, TV, radio, majalah dan anggota keluarga mampu menggunakan transportasi setempat.
4. Keluarga Sejahtra IIII plus. Di samping ditujukan dengan keadaan keluarga seperti keluarga sejahtera tahap III juga ditambah dengan keluarga secara
teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materi untuk kegiatan sosial dan ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulanyayasaninstitusi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP.