Konsep Kemiskinan dan Penyebabnya Paradigma Baru Studi Kemiskinan

membelengu, yang memaksa seseorang atau sekelompok orang tersebut agar tetap menjadi miskin. 4. Kemiskinan situasional yaitu kemisinan yang terjadi jika seseorang atau sekelompok orang tinggal didaerah yang tidak menguntungkan misalnya daerah yang tanahnya tidak subur, oleh karenanya menjdi miskin. 5. Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang dikarenakan budaya atau kultur masyarakat setempat yang menghendaki tetap miskin Memahami kemiskinan untuk lebih lanjut perlu diketahui dan ditelusuri latar belakang, dengan mengetahui latar belakang kemiskinan akan lebih mudah diidentifikasi sifat, keluasan, dan kedalaman masalah. Badan Pusat Statistik BPS memberikan definisi kemiskinan, seseorangkeluarga dikatakan miskin apabila memiliki kategori sebagai berikut: 1. Luas bangunan kurang dari 8m 2 2. Jenis lantai hunian bukan berasal dari keramik, traso, tegel, ubin atau semen. per ubin atau semen 3. Tidak memiliki fasillitas jamban wc 4. Komsumsi lauk pauk tidak bervariasi 5. Tidak mampu membeli pakaian minimal 1 set pertahun untuk setiap anggota keluarga 6. Tidak memiliki aset rumah tangga seperti lemari

2.2.1. Konsep Kemiskinan dan Penyebabnya

Menurut Tjokrowinoto dalam Sulistiyani 2004 kemiskinan tidak hanya menyangkut persoalan kesejahteraan semata tetapi kemiskinan menyangkut Universitas Sumatera Utara persoalan kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses peluang kerja, ketergantungan tinggi, dan rendahnya akses pasar. Sebab-sebab kemiskinan di antaranya dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perbedaan pemilikan kekayaan. 2. Perbedaan dalam kemampuan pribadi. 3. Perbedaan dalam bidang dan pengalaman. Kemiskinan menjadi suatu lingkaran setan dari kurangnya pendidikan, tingginya pengangguran, rendahnya pendapatan, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup, menjadi sumber daya yang tidak produktif. Ini diperlukan satu program yang dapat memecahkan lingkaran setan, maka program pemecahan yang dicanangkan harus dapat memecahkan permasalahan yang sebenarnya masyarakat miskin. John Friedmann dalam review “Empowerment”. Menguraikan Kaum Birokrat mendefinisikan istilah kemiskinan sebagai berikut : a. Garis kemiskinan: Tingkat konsumsi rumah tangga minimum yang dapat diterima secara sosial b. Kemiskinan Absolute: Kemiskinan diambang garis kemiskinan, dimana tidak dapat memenuhi standart konsumsi minimum, praktis membutuhkan derma. c. Kemiskinan relatif: Kemiskinan sedikit diatas ambang garis kemiskinan, tapi jika dibandingkan dengan kelompok yang sedikit mampu mereka dianggap miskin. d. Kemiskinan tidak parah negatif: kemiskinan yang diakibatkan oleh kemalasan atau kecenderungan untuk mengerjakan hal-hal kriminal, mereka Universitas Sumatera Utara mampu menyediakan kebutuhan hidup disekitar ada lapangan kerja namun tidak puas dengan upah yang ditawarkan. a. Kemiskinan tidak parah positif: Kelompok masyarakat yang menggantungkan pada upah pabrik, tidak bersifat kriminal, biasanya mempunyai prilaku jujur dan bersih mandiri, dana yang diterima dipergunakan

2.2.2. Paradigma Baru Studi Kemiskinan

Dalam persoalan kemiskinan menurut Edi Suharto dalam tulisannya “Paradigma Baru Studi Kemiskinan:, menyatakan dalam upaya mengatasi kemiskinan diperlukan sebuah kajian yang lengkap sebagai acuan perancangan kebijakan dalam program anti kemiskinan. Menurut hampir semua pendekatan dalam mengkaji kemiskinan masih berporos pada paradigma modelisasi yang bersandar pada paradigma teori pertumbuhan neo klasik, dan para ahli ilmu sosial selalu merujuk pendekatan tersebut, sistem pengukuran dan indikator yang digunakan terfokus pada kondisi atau keadaan kemiskinan berdasarkan faktor ekonomi yang dominan. Orang miskin hanya dipandang sebagai orang yang tidak memiliki, tidak memiliki pendapatan tinggi, tidak berpendidikan, tidak sehat dan sebagainya. Melihat kelemahan pendekatan tersebut diperlukan suatu perubahan pada fokus pengkajian kemiskinan terhadap konseptual dan metodelogi pengukuran kemiskinan suatu paradigma baru. Paradigma baru kemiskinan melihat orang miskin dari potensi yang dimilikinya sekecil apapun potensi itu yang dapat dingunakan dalam mengatasi kemiskinannya. Dalam paradigma baru kemiskinan menekankan pada apa yang dimiliki oleh orang miskin, potensi yang dimilikinya baik berbentuk aset personal Universitas Sumatera Utara dan sosial, serta berbagai segi penanganan masalah yang telah dijalankan secara lokal, dalam paradigma baru sedikitnya 4 point yang perlu dipertimbangkan: 1. Kemiskinan dilihat secara dinamis yang menyangkut usaha dan kemampuan si miskin dalam merespon kemiskinan 2. Indikator untuk mengukur kemiskinan sebaiknya jangan tunggal dalam bentuk analisis keluargarumah tangga. 3. Konsep kemampuan sosial dipandang lebih lengkap dalam memotret kondisi dan sekaligus dinamika kemiskinan. 4. Pengukuran kemampuan sosial keluarga miskin dapat memperoleh mata pencaharian memenuhi kebutuhan dasar, mengelola aset menjangkau sumber- sumber, berpartisipasi, kemampuan dalam menghadapi goncangantekanan.

2.3. Pemberdayaan Masyarakat