Latar Belakang Masalah Studi Deskriptif Pertunjukan Reog Ponorogo Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Jawa Di Desa Kampung Kolam Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Reog 1 Kesenian reog berasal dari Jawa Timur di kota Ponorogo. Oleh karena itulah kesenian ini dinamakan Reog Ponorogo merupakan seni pertunjukan masyarakat Jawa yang di dalamnya terdapat unsur-unsur, yang meliputi : tari, drama dan musik. Dalam suatu pertunjukan kesenian reog disajikan dalam bentuk sendratari, yaitu suatu tarian dramatik yang tidak berdialog dan diharapkan gerakan-gerakan tarian tersebut sudah cukup untuk mewakili isi dan tema dari tarian tersebut Supartha, 1982:38. 2 . Masuknya kesenian reog di Sumatera Utara pada tahun 1965 yang di bawa oleh Mbah Miseni. Mbah Miseni adalah seorang seniman dari Jawa Timur yang pertama sekali membawa masuk kesenian reog ke Sumatera Utara tepatnya di kabupaten Deli Serdang. Awal beliau datang ke Sumatera hanya untuk mencari pekerjaan dan beliau datang berdasarkan usahanya sendiri bukan sebagai kuli kontrak yang di datangkan ke Sumatera Utara. Walaupun beliau berada di luar daerah asalnya namun beliau tetap melestarikan kesenian tradisionalnya dengan cara memperkenalkan kepada masyarakat, sampai saat ini kesenian reog dapat tumbuh dan berkembang ditengah kesenian lain yang ada di Sumatera Utara. 1 Penyebutan pertama akan di cetak miring, selanjutnya tidak. 2 Penyebutan pertama menggunakan Reog Ponorogo, untuk penyebutan berikutnya hanya dengan kata Reog saja. Universitas Sumatera Utara Etnis terbesar di Sumatera Utara yang banyak membawa beberapa kesenian dari daerah asalnya adalah etnis Jawa. Kedatangan orang-orang Jawa ke Sumatera juga diikuti dengan beberapa kesenian yang sampai saat ini masih tetap mereka pertunjukkan. Misalnya wayang kulit, wayang orang, ketoprak dan reog serta kuda kepang. Kesenian tersebut tetap eksis di beberapa daerah yang di huni oleh komunitas orang Jawa seperti di Tembung, Tanjung Morawa, Stabat dan Marelan, walaupun kesenian tersebut hanya sebagai hiburan belaka. Sampai saat ini masih banyak orang-orang Jawa yang memelihara dan mempertunjukkan keseniannya di beberapa daerah yang mayoritas masyarakatnya tentu saja orang Jawa. Masyarakat Jawa yang berada di Sumatera Utara, banyak membina kesenian Jawa dalam kelompok-kelompok perkumpulan kesenian yang tersebar di daerah-daerah yang mayoritas masyarakatnya orang Jawa, salah satunya adalah Sanggar Langen Budoyo di Tembung. Berbicara mengenai reog, tentu tidak dapat dipisahkan dengan komunitas yang mendukungnya. Sanggar Langen Budoyo adalah salah satu kelompok kesenian reog yang sampai sekarang tetap mempertahankan reog sebagai media ekspresi kesenian mereka. Sanggar yang dibangun untuk memelihara kesenian rakyat Jawa sebagai warisan keturunan dari orang-orang tua mereka yang datang ke Sumatera. Mereka terdiri dari orang-orang Jawa yang lahir di Sumatera dengan sebutan Pujakesuma Putera Jawa Kelahiran Sumatera. Sampai sekarang mereka masih mempertahankan dan mempertunjukkannya di hari-hari tertentu pada pesta perkawinan, khitanansunat, tahun baru Islam Muharram dan memperingati hari kemerdekan Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara Reog merupakan sebuah seni pertunjukan tari tradisional kerakyatan yang menampilkan sosok penari yang memakai topeng raksasa dhadhak merak yang berukuran: tinggi 240 cm, dan lebarnya 190 cm berwujud kepala seekor macan dengan seekor merak yang bertengger diatasnya lengkap dengan bulu-bulu ekornya yang disusun menjulang keatas, jathilan adalah para penari perempuan yang memerankan sosok prajurit berkuda, warok adalah penari laki-laki berbadan gempal berseragam hitam berhias kumis dan jambang yang lebat, prabu klono sewandono adalah seorang penari yang mengenakan topeng berwarna merah, berhidung mancung, kumis tipis, lengkap dengan mahkota seorang raja, patih bujangganong adalah pendamping raja yang juga bertopeng merah dengan hidung besar, mata melotot, mulut lebar dan rambut jabrig Fauzannafi, 2005:13-14. Dari beberapa buku tentang Pertunjukan Rakyat Jawa Pigeaud: 1938; Ahimsa: 2000; Nursilah: 2001, menyatakan bahwa ciri yang paling menonjol dalam pertunjukan reog adalah menggunakan properti topeng dhadhak merak topeng berukuran 50 kg yang memiliki dua kepala harimau dan merak, kuda-kudaan yang terbuat dari sayatan bambu atau disebut dengan kepang tiruan binatang kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan berbentuk pipih, dalam kesenian reog terdapat unsur mistik, pemakaian alat musik Jawa gamelan, iringan gendhing reogan yang bentuknya lebih sederhana dari pada gendhing-gendhing tradisonal klasik Jawa yang lebih rumit dan diulang-ulang selama pertunjukan berlangsung. Senen 1983: 13, menyatakan bahwa: “Musik dan tari bisa dikatakan bersaudara, karena mempunyai ciri yang hampir sama, yaitu ritme degupan tekanan, bentuk kolotomi kumpulan nada-nada yang mengandung ritme, melodi dan struktur yang harmonis, Universitas Sumatera Utara dinamika sifat kontras seperti keras-lirih, patah-patah, mengalun dan harmoni. Apabila melihat pertunjukan tari, maka tidak akan bisa mengesampingkan musik yang mengiringinya. Pertunjukan tari tanpa iringan musik barangkali akan terlihat hambar, hal ini menjadikan sangat jelas bahwa musik benar-benar sangat berperan dalam mengiringi sebuah pertunjukan tari. Di Jawa Timur reog merupakan bentuk kesenian rakyat yang dapat ditampilkan dalam dua versi, pertama ditampilkan pada saat festival reog se kabupaten. Kedua ditampilkan untuk keperluan adat, desa ataupun perorangan. Reog yang ditampilkan pada saat festival biasanya membawakan cerita yang menggambarkan tentang bagaimana perjalanan rombongan prajurit ponorogo yang akan melamar putri dari kediri, sedangkan reog yang ditampilkan untuk keperluan adat, desa ataupun perorangan cerita yang di bawakan sesuai dengan hajatan atau acara yang diadakan. Urutan tarian yang dibawakan dalam setiap pertunjukan adalah tari Warok tarian yang menggambarkan tokoh pengawal kerajaan yang berkarakter kuat, perkasa, dan galak dan memiliki ilmu kesaktian yang mampu menjelma menjadi harimau, gerakan tari yang dilakukan berupa adu otot, tari Jathilan tarian yang menggambarkan tokoh prajurit berkuda yang berkarakter lincah dan gerak tariannya lemah lembut seperti wanita , tari Bujangganong tarian yang menggambarkan tokoh seorang patih kerajaan yang berkarakter rendah hati, sabar, serta lincah dan gerakan tari yang dilakukan lebih bersifat akrobatik , tari Klana Sewandana tarian yang menggambarkan tokoh seorang raja yang berkarakter gagah serta berwibawa, gerakan tari yang dilakukan sesuai dengan karakternya, dan tari Barongan tarian ini dilakukan oleh orang yang berbadan kuat dan kekar serta memiliki kekuatan ekstra untuk membawa topeng dhadhak merak yang beratnya 50 kg. Universitas Sumatera Utara Dalam setiap pertunjukannya selalu diiringi dengan alunan musik klasik Jawa dan menggunakan seperangkat gamelan Jawa 3 Pertunjukan reog di kabupaten Deli Serdang sudah sangat berbeda dari bentuk aslinya yang ada di Jawa Timur, dapat dilihat dari tema cerita yang dibawakan selalu disesuaikan dengan kondisi kehidupan masyarakat serta acara yang diadakan, misalnya pada acara perkawinan cerita yang dibawakan menggambarkan tentang kisah percintaan. Terkadang tema bukan menjadi hal yang penting pada pertunjukan yang mereka bawakan bahkan mungkin banyak anggota masyarakat yang tidak mengetahui jalan ceritanya karena hal yang terpenting bagi mereka adalah kegembiraan dan keterlibatan para penonton dalam setiap pertunjukan. Urutan tarian yang ditampilkan menjadi: tari Bujangganong, tari Jathilan, dan tari Barongan dhadhak merak karena hal ini dianggap dapat mempersingkat jalannya pertunjukan. Pigeaud 1938: 229, menyatakan bahwa: . Satu group terdiri dari 30 orang, yaitu 12 orang pemusik, 2 orang pembarong, 2 orang warok, 6 orang jathilan, 1 orang prabu, 2 orang patih, dan 4 orang lagi berperan sebagai orang-orang yang berteriak- teriak dari belakang panggung untuk menambah marak suasana. “Tari jathilan adalah semacam tari pertunjukan kuda, karena para penarinya menggunakan properti kuda-kudaan yang terbuat dari bilah-bilah bambu yang ditipiskan dan dianyam kepang. Ada juga yang menyebutnya pertunjukan kuda kepang, karena bahan untuk membuat kuda-kudaan dari bahan kepang. Ada yang menyebutnya ebeg, ebleg, embleg atau embeg yang biasanya sebutan ini digunakan di daerah Jawa Tengah bagian barat. Makin ke timur sampai ke Surakarta dan Ponorogo, pertunjukan ini disebut reog, akhirnya di daerah Kediri dan di Jawa Timur, namanya adalah jaranan atau jaran kepang”. 3 Wawancara dengan bapak Miseni selaku sesepuh pada 05 Maret 2008. Universitas Sumatera Utara Lagu yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan adalah gending reogan dan lagu-lagu campursari, musik pengiringnya tidak menggunakan seperangkat gamelan Jawa melainkan hanya menggunakan kendang, ketipung, kenong, angklung, slompret dan gong Gerakan tarian yang dibawakan lebih atraktif dan menghibur 4 . Keterampilan dan keahlian yang dilakukan pembarong berupa berguling-guling ditanah serta menaikkan penganten ataupun penonton diatas topeng dhadhak merak yang dikenakannya. Dalam setiap pertunjukan satu group terdiri dari 20 orang pemain, yaitu 10 orang pemusik, 2 orang bujangganong, 2 orang pembarong, 2 orang jathilan, 2 orang sesepuh yang akan melakukan ritual dan 2 orang pemain lagi berperan sebagai penyemarak yang berteriak-teriak dibelakang panggung 5 Biasanya sebelum pertunjukan di mulai ada beberapa ritual yang dilakukan oleh para sesepuh, yaitu meminta kepada para roh lelehur agar acara dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan sedikitpun. Para sesepuh membakar sesajen berupa kemenyan di depan semua peralatan yang akan digunakan seperti topeng bujangganong dan dhadhak merak. Selain dibakar sesajen yang berupa rokok dan kembang tujuh rupa diselipkan di telinga kepala harimau yang bersatu dengan dhadhak merak. Setelah itu, kembang tujuh rupa ditaburkan disekitar tempat pertunjukan berlangsung. Jika ritual itu tidak dilakukan maka topeng yang akan digunakan para pembarong akan terasa sangat berat dan topeng dhadhak merak tersebut tidak mau digerakkan oleh pembarong. Hal lain yang akan terjadi adalah . 4 Wawancara dengan bBapak Suparno selaku pimpinan sanggar pada tanggal 08 Maret 2008. 5 Berdasarkan hasil penelitian penulis dilapangan pada 15 Juni 2008. Universitas Sumatera Utara para penari akan dimasuki oleh roh nenek moyang yang akan membuat penari mengalami cidera 6 Instrumen musik yang digunakan sebagai pengiring pada pertunjukan reog ini adalah: 1 buah kendang membranofon, 1 buah ketipung membranofon, 2 buah kenong idiofon, 1 buah salompret aerofon, 2 buah angklung idiofon, dan 1 buah gong besar idiofon. Peralatan lain yang di perlukan sebagai pendukung pertunjukan adalah: eblek jaranan, topeng Bujangganong, dan Dhadak merak . 7 Menurut Sedyawati 1993:9 pada dasarnya bentuk-bentuk pertunjukan seperti penyamaran, topeng, barongan, dan sebagainya masih tergolong dalam satu pertunjukan, yaitu pertunjukan topeng. Unsur pembeda yang menjadi dasar klasifikasinya adalah dalam hal ukuran dan perwujudan visualnya. Sedyawati juga menggolongan topeng berdasarkan ukurannya yang terdiri dari : 1 topeng kecil, meliputi tari topeng pajengan di Bali, tari topeng Cirebon, tari topeng Jawa, dan lain sebagainya; 2 topeng besar, meliputi tari huda-huda Simalungun dan Karo, tari Hudo’ di Kalimantan Timur; 3 barong, meliputi reog ponorogo, barong di Bali, burung enggang pada tari huda-huda, dan sebagainya Sedyawati 1993:2-3. . Pertunjukan reog pada upacara perkawinan biasanya disajikan sebagai arak- arakan, yang diarak adalah pengantin pria beserta keluarga menuju rumah pengantin wanita. Dalam perjalanan mengarak pengantin pria dinaikkan di atas dhadhak merak dan reog juga ditampilkan sebagai hiburan bagi para tamu undangan. Pada acara 6 Cidera yang akan dialami para pemain adalah topeng yang mereka kenakan dalam pertunjukan tidak akan bisa dilepaskan dan para pemain juga akan melukai dirinya sendiri. Hal ini terjadi diluar kesadaran para pemain karena tubuh mereka dimasukki oleh roh-roh nenek moyang. 7 Wawancara dengan Bapak Ngatiman selaku pelatih dan sesepuh di sanggar langen budoyo pada tanggal 15 April 2008 Universitas Sumatera Utara khitanan sunatan dilakukan dengan cara mengarak manten sunatnya berkeliling kampung. Para pemain reog mengarak keliling kampung dengan berjalan kaki sedangkan manten sunat diarak didepan reog dengan menaikki kendaraan seperti becak mesin. Pada saat peringatan hari besar nasional pertunjukan reog ponorogo berfungsi sebagai upacara penyambutan para tamu istimewa, seperti para pejabat pemerintahan. Menurut Bapak Suparno keberadaan kesenian reog ini hanya terdapat di dua daerah yang berbeda, yaitu di desa Kampung Kolam Tembung dan di Kampung Transmigrasi Stabat. Pertunjukan yang mereka mainkan memiliki persamaan terkadang di antara kedua group ini sering terjadi peminjaman alat maupun pemain untuk kebutuhan pertunjukan, hal ini terjadi karena hubungan persaudaraan mereka yang sangat erat dan saling mendukung satu sama lain. Di desa Kampung Kolam Tembung terdapat sebuah group kesenian reog yang dapat melakukan pertunjukan reog. Group kesenian reog tersebut bernama ”Sanggar Langen Budoyo”. Penulis memilih group kesenian ini sebagai bahan penelitian karena merupakan group yang paling sering mengadakan pertunjukan reog di berbagai tempat dan acara, seperti upacara perkawinan masyarakat Jawa yang terdapat di kabupaten Deli Serdang. Oleh karena itu, penulis menganggap group ini cukup mampu dan berpengalaman dalam melakukan pertunjukan reog. Selain itu, sanggar ini juga telah memiliki banyak anggota mulai dari orang tua sampai anak- anak yang ingin melestarikan dan mempertahankan budayanya. Sampai saat ini kesenian tradisional Jawa selain reog ponorogo yang terdapat dalam sanggar ini adalah : Ludruk, Wayangan, Kuda Lumping, dan Ketoprak. Universitas Sumatera Utara Pertunjukan yang di tampilkan oleh group ini sangat menarik perhatian masyarakat pendukungnya karena dalam setiap pertunjukannya mereka membawakan dengan sangat atraktif juga mengibur banyak penonton sehingga dimana pun mereka melakukan pertunjukan biasanya selalu ramai dikunjungi oleh penonton baik anak- anak, remaja, sampai orang dewasa 8 Berdasarkan keterangan di atas, penulis merasa banyak hal penting yang dapat dideskripsikan secara lengkap kedalam sebuah tulisan. Seperti upacara adat perkawinannya, bentuk pertunjukan, tema cerita, urutan tarian, gerakan tarian, tokoh dan karakternya, properti yang digunakan,musik pengiring, kostum dan riasan yang dikenakan. . Oleh karenanya penulis tertarik membahas lebih dalam lagi tentang kesenian tradisional khas ponorogo di kabupaten Deli Serdang dan penulis akan menjabarkan lebih lengkap lagi tentang pertunjukan reog dalam konteks upacara perkawinan masyarakat Jawa ke dalam tulisan dengan judul : “Studi Deskriptif Pertunjukan Reog Ponorogo Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Jawa Di Desa Kampung Kolam Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”. 6 Awal perjumpaan penulis dengan group kesenian ini adalah pada saat mereka mengisi acara pada sebuah acara Imlek bersama di Lubuk Pakam. Acara ini menampilkan berbagai etnis yang ada di Sumatera Utara, baik etnis asli maupun etnis pendatang. Pada kesempatan yang sama penulis berperan sebagai pengisi acara yang mewakili etnis Batak Toba. Setelah pertunjukan selesai penulis melakukan wawancara kepada beberapa pemain dan sesepuhnya. Dari penjelasan mereka inilah penulis merasa tertarik dan tertantang untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang kesenian ini, setelah selesai wawancara penulis meminta alamat sanggar group kesenian ini. Seminngu kemudian penulis langsung mendatangi sanggar tersebut dan melakukan penelitian sebagai bahan dasar untuk penulisan skripsi. Universitas Sumatera Utara

1.2 Pokok Bahasan Dan Batasan Masalah