Reog di kabupaten Deli Serdang Instrumen Yang Digunakan

3.2 Reog di kabupaten Deli Serdang

Keberadaan kesenian reog di Deli Serdang karena adanya masyarakat Jawa yang merantau dan ingin tetap melestarikan kesenian dari daerah asalnya. Kesenian reog yang ada di kabupaten Deli Serdang sudah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada : 1 tokoh yang dimainkan, reog di Jawa Timur memainkan 5 tokoh, yaitu: warok, jathilan, bujangganong, barongan, prabu Klono Sewandono. Sedangkan reog di Deli Serdang hanya memainkan 3 tokoh saja, yaitu: jathilan, bujangganong, dan barongan hal ini dilakukan untuk mempersingkat jalannya pertunjukan; 2 kostum dan riasan, di Jawa Timur kostum yang digunakan sangat lengkap serta riasannya menggunakan make up karakter sama seperti tokoh yang diperankan sedangkan di Deli Serdang kostum dan riasan yang digunakan hanya biasa saja tidak selengkap kostum yang di Jawa Timur; 3 Tema cerita, reog di Jawa Timur selalu membawakan tentang cerita kerajaan dan pertarungan para prajurit sedangkan di Deli Serdang tema disesuaikan dengan acara yang sedang berlangsung; 4 alat musik dan lagu pengiring yang digunakan, di Jawa Timur alat musik pengiring menggunakan seperangkatan gamelan Jawa serta lagu- lagu pengiring yang dimainkan adalah lagu-lagu klasik Jawa sedangkan di Deli Serdang alat musik yang digunakan hanya 5 saja serta lagu-lagu yang mengiringi adalah gending reogan mengiringi arak-arakan, gending sampak mengiringi tari jathilan lagu capursari mengiringi tari bujangganong dan barongan. Universitas Sumatera Utara

3.3 Karakteristik Tokoh

Ada beberapa tokoh yang dimainkan dalam setiap pertunjuka reog ponorogo dan masing-masing tokoh mempunyai sifat yang berbeda-beda sesuai dengan karakternya. Adapun tokoh-tokoh yang terdapat dalam pertunjukan reog ponorogo adalah :

3.3.1 Jathilan

Jathilan merupakan gambaran tokoh prajurit berkuda yang sedang berperang. Dulunya yang memerankan jathilan ini adalah anak laki-laki yang berprofesi sebagai seorang gemblak yang dipelihara oleh warok. Syarat untuk menjadi seorang gemblak adalah anak laki-laki yang masih muda, berpenampilan menarik, putih bersih dan ganteng. Anak laki-laki ini kemudian dilamar kepada orang tuanya secara baik-baik oleh warok setelah orang tuanya memberikan anaknya maka anak ini dididik dan dipelihara untuk menjadi seorang gemblak selama 3 tahun dan tugasnya adalah melayani dan mendamping warok kemana pun dia pergi layaknya sebagai seorang istri. Selama 3 tahun itulah sang anak dibiayai hidupnya oleh warok dan diberikan fasilitas jika masa kontrak warok sudah habis maka ia dipulangkan kepada orang tuanya dan sebagai imbalan warok memberikan satu ekor lembu. Tradisi pemeliharaan gemblak ini berakhir pada tahun 1965 karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Sampai saat ini baik di Jawa maupun di Sumatera gemblak sudah tidak ada lagi. Pada masa sekarang ini jathilan ditarikan oleh anak perempuan dan berkarakter sangat kewanitaan. Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Bujangganong

Bujangganong menggambarkan tokoh seorang penasehat kerajaan yang memiliki karakter tegas, tegar, humoris dan spontan. Dalam setiap pertunjukan reog ponorogo tokoh bujangganong ditampilkan oleh 2 orang pemain, gerakan tarian yang dilakukan sesuai dengan karakter yang humoris dan spontan. Sehingga dalam setiap penampilan tokoh bujangganong mampu memeriahkan suasana dengan tepukan dan tertawaan penonton yang benar-benar merasa terhibur dengan apa yang mereka tampilkan.

3.3.3 Barongan

Barongan merupakan tokoh manusia bertopeng hewan yang berperan sebagai macan yang ditaklukkan oleh bujangganong. Peran yang dimainkan selalu berperang dengan tokoh yang lain, karakter yang dimiliki barongan adalah galak, pemarah dan menyeramkan.

3.4 Perlengkapan Pertunjukan

3.4.1 Kostum

Kostum yang digunakan para penari dan pemusik tidak sama dengan kostum aslinya di Jawa Timur. Pada pertunjukan reog di desa kampung kolam ini kostum yang dikenakan sangat sederhana. Universitas Sumatera Utara Kostum yang digunakan oleh pemusik adalah adalah celana hitam panjang, kaos dalaman bercorak garis-garis merah dan diluarnya memakai baju koko berwarna hitam. Lihat gambar dibawah ini: Gbr.1 Kostum yang dikenakan pemusik Kostum yang dikenakan oleh pembarong dan bujangganong adalah kaos yang bercorak garis-garis merah, celana hitam panjang yang samping kiri kanan dan bawahnya terdapat rumbai-rumbai yang terbuat dari benang wol berwarna merah dan kuning, baju yang dikenakan hampir sama dengan pemusik hanya yang membedakan adalah warna corak garisnya dan penari tidak memakai baju koko untuk luarannya. Lihat gambar dibawah ini: Gbr.2 Kostum penari Bujangganong Universitas Sumatera Utara Kostum yang digunakan penari jathilan adalah kemeja putih lengan panjang, celana hitam pendek yang terbuat dari kain bludru bermotif merak, kain panjang dan ikat kepala berwarna kuning keemasan, teratai berwarna hitam keemasan, ikat dipergelangan tangan berwarna hitam, ikat pinggang berwarna keemasan, 2 buah selendang masing-masing berwarna kuning dan ungu. Lihat gambar dibawah ini: Gbr.3 Kostum penari Jathilan

3.4.2 Riasan

Sama halnya dengan kostum riasan yang digunakan oleh para penari tidak seperti aslinya, biasanya riasan aslinya adalah make up karakter sesuai dengan tokoh yang diperankan. Dalam pertunjukan reog di desa kampung kolam yang menggunakan riasan hanyalah penari jathilan saja sedangkan bujangganong dan pembarong sama sekali tidak menggunakan riasan. Jathilan menggunakan riasan yang sangat sederhana dan terkesan minimalis tidak seperti make up karakter. Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Topeng

Topeng merupakan alat ataupun perlengkapan yang digunakan para penari untuk memudahkan karakter peran yang mereka mainkan. Adapun topeng yang digunakan dalam pertunjukan reog ponorogo adalah: Eblek yang merupakan tiruan binatang kuda yang terbuat dari anyaman bambu. Eblek merupakan properti untuk penari jathilan yang diletakan diantara kedua kaki dan dipegang dengan tangan kiri. Lihat gambar dibawah ini: Gbr.4 Properti penari jathilan yang disebut Eblek Topeng bujangganong yang menyerupai wajah raksasa, hidung besar, mata melotot, mulut terbuka dan giginya besar-besar. Topeng ini terbuat dari kayu, rambutnya dari bulu ekor sapi dan topeng ini disambung dengan kain warna merah yang digunakan sebagai penutup kepala. Pada ujung kiri dan kanannya diberi tali yang dapat diikatkan dileher pemain. Lihat gambar berikut ini: Universitas Sumatera Utara Gbr.5 Topeng Bujangganong Barongan merupakan topeng yang besar dengan berat 50 kg. Topeng ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu kepala harimau, dhadhak merak, krakab dan kerudung. Kepala harimau terbuat dari kayu dadap, bambu dan rotan yang kemudian dibalut dengan kulit harimau, pada bagian dalam terdapat kayu palang yang digigit pembarong sebagai pegangan dan dibelakang kedua telinga diberi rambut kuda. Dhadhak merak merupakan kerangka bambu sebagai tempat menyusun bulu-bulu merak sehingga tampak seperti burung merak yang sedang mengembangkan sayapnya. Krakap merupakan kain bludru berwarna hitam yang dihiasi dengan manik-manik yang terletak diatas dan disamping kepala. Kerudung berfungsi sebagai penutup pembarong yang terbuat dari kain berwarna hitam dan merah. Lihat gambar dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Gbr.6 Topeng Barongan Dhadhak Merak

3.4.4 Pembuatan Topeng

Pertunjukan reog ponorogo yang ada di kabupaten Deli Serdang sudah sangat berbeda dengan aslinya di Jawa Timur. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari topeng yang digunakan dalam setiap pertunjukan. Pada pertunjukan aslinya topeng yang digunakan ada lima topeng, namun saat ini yang digunakan hanya 3 topeng saja, yaitu: topeng bujangganong, dhadhak merak, dan eblekan. Dalam hal ini penulis akan menjelaskan cara pembuatan topeng secara satu persatu. Pembuatan topeng bujangganong tidak dilakukan di Sumatera Utara melainkan topeng tersebut didatangkan langsung dari pulau Jawa karena di Sumatera Utara tidak ada pengrajin yang bisa membuatnya. Sama halnya dengan pembuatan dhadhak merak bedanya hanya pada bahan yang langsung didatangkan dari Jawa proses perakitannya dilakukan disanggar Langen Budoyo oleh para anggota yang terampil. Universitas Sumatera Utara Bahan-bahan untuk pembuatan dhadhak merak yang diperoleh dari Jawa adalah sebagai berikut : bulu merak, kepala burung merak baik ukiran maupun asli, kepala harimau yang dibuat dari kayu, ekor kudasapi, kulit harimau, dan bahan- bahan yang diperoleh dari Sumatera Utara adalah bambu, rotan, benang nilon, kain bludru hitam, manik-manik, kain panjang polos berwarna hitam dan merah. Hal pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan dhadhak merak adalah merangkai bambu dengan menggunakan benang nilon hingga berbentuk seperti bulu merak yang sedang terkembang, setelah itu dilanjutkan dengan penyusunan bulu-bulu merak sesuai dengan bambu yang telah dirangkai. Kemudian kulit harimau dibalutkan ke kepala harimau yang terbuat dari kayu lalu disambungkan dengan bulu merak yang telah tersusun dan diatas kepala harimau ditempelkan kepala burung merak yang dibalut dengan kain bludru yang sudah dihiasi manik-manik, pada bagian kepala harimau diberi rambut yang terbuat dari ekor kuda. Untuk menutupi bagian belakang digunakan kain panjang berwarna hitam dan merah. Eblek merupakan tiruan binatang kuda yang terbuat dari anyaman bambu. Dalam hal ini pembuatan topeng tidak dilakukuan setiap kali ada pertunjukan, pembuatan topeng dhadhak merak dilakukuan apabila sudah beberapa kali dipakai dalam pertunjukan topeng sudah mengalami kerusakan total. Jika kerusakan hanya sedikit dan masih dapat ditutupi maka topeng masih layak untuk dipergunakan dalam setiap pertunjukan. Universitas Sumatera Utara

3.5 Instrumen Yang Digunakan

Instrumen musik yang digunakan sebagai pengiring pada pertunjukan reog ini adalah gamelan Jawa yang terdiri dari: 1 buah kendang membranofon yang berukuran besar, panjangnya antara 1 hingga 1,5 meter dan termasuk kelompok barrel drum double head, karena kendang tersebut berbentuk barrel dan kedua ujungnya ditutup dengan kulit, serta kedua kulit pada ujungnya merupakan bagian yang dipukul untuk menghasilkan bunyi. Fungsi utama kendang adalah pengatur tempo dan pemberi tekanan pada gerak tari. Alat musik ini dibunyikan dengan tangan tanpa alat bantu. Kendang terbuat dari kayu bulat memanjang yang bagian tengahnya dikorek untuk membuat rongga atau lubang yang bentuknya sama dengan bentuk bagian luarnya, yaitu barrel shaped. Kulit yang dipakai untuk menutup kedua ujung kendang adalah kulit sapi atau lembu; 1 buah ketipung membranofon bentuknya mirip kendang, berukuran lebih kecil. Cara memukulnya dengan menggunakan tongkat kecil yang ujungnya diberi kain perca atau tali. Lihat gambar dibawah ini: Gbr.7 Ketipung dan Kendang Universitas Sumatera Utara 2 buah kenong idiofon, bernada 5 lima yang dipukul secara double. Kenong merupakan alat musik yang bentuknya sama dengan bonang, tetapi ukuranya lebih besar dari bonang. Setiap pencon memiliki satu nada, namun kenong berfungsi sebagai penanda ketukan tertentu atau berfungsi kolotamik, bukan sebagai pembawa melodi. Kenong tebuat dari bahan logam besi, kuningan atau perunggu. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik kayu yang bagian yang dipukulkan ke kenong di lapisi dengan balutan benang berwarna merah. Kenong termasuk klasifikasi Idiophone stuck directly with stick. Lihat gambar dibawah ini: Gbr.8 Kenong 1 buah gong besar idiofon, menurut klasifikasi Curt Such dan Hornbostel berada pada sub klasifikasi yang sama, yaitu suspended gong stuck direckly with stick, gong tersebut digantung pada penyangga yang disebut gayor, dan dimainkan dengan cara dipukul menggunanakan stick. Secara umum ukuran gong tidak mempunyai standard yang permanen dan bersifat relatif, gong yang paling besar, berdiameter 85 cm. Gong terbuat dari bahan logam yaitu besi, kuningan atau perunggu. Sisi pinggiran gong yang disebut dengan nama bau dibuat dua buah lubang yang berfungsi sebagai lubang tali untuk Universitas Sumatera Utara menggantung Gong pada gayor. Dalam ensembel gamelan, gong berfungsi sebagai penanda siklus ketukan atau kolotomik. Lihat gambar dibawah ini: Gbr.9 Gong 2 buah angklung idiofon yang memiliki ukuran berbeda, yaitu ukuran besar dan ukuran kecil. Anglung yang berukuran besar memiliki nada lebih rendah sedangkan angklung yang berukuran kecil memiliki nada yang tinggi dan suara yang dihasilkan sangat nyaring, cara memainkan anglkung besar hanya sekali digoyangkan sedangkan yang berukuran kecil dua kali digoyangkan. Lihat gambar dibawah ini: Gbr.10 Angklung berukuran kecil dan Angklung berukuran besar Universitas Sumatera Utara 1 buah slompret aerofon. Slompret adalah instrumen musik iringan reog ponorogo yang terbuat dari bambu ori. Bentuknya mirip terompet dan seruling, panjangnya sekitar 35 cm. Slompret terdiri dari 3 bagian, yaitu kepikan, cethor, dan urung-urung. Kepikan adalah tempat yang ditiup, berada di bagian pangkal slompret, di dalamnya dipasang lidah getar yang terbuat dari daun lontar kering atau daun kelapa kering yang bisa menimbulkan suara jika ditiup. Urung-urungan adalah bagian tengah slompret yang di lobangi sebanyak 5 buah, yang berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya nada yang dihasilkan. Cethor adalah bagian ujung kayu, diameternya lebih lebar dibanding pangkalnya. Slompret berfungsi untuk menghasilkan melodi dalam iringan reog ponorogo. Lihat pada gambar dibawah ini: Gbr.11 Slompret dan cara memainkannya

3.6 Lagu Pengiring Tarian