Lagu Pengiring Tarian Upacara Perkawinana Pada Masyarakat Jawa

1 buah slompret aerofon. Slompret adalah instrumen musik iringan reog ponorogo yang terbuat dari bambu ori. Bentuknya mirip terompet dan seruling, panjangnya sekitar 35 cm. Slompret terdiri dari 3 bagian, yaitu kepikan, cethor, dan urung-urung. Kepikan adalah tempat yang ditiup, berada di bagian pangkal slompret, di dalamnya dipasang lidah getar yang terbuat dari daun lontar kering atau daun kelapa kering yang bisa menimbulkan suara jika ditiup. Urung-urungan adalah bagian tengah slompret yang di lobangi sebanyak 5 buah, yang berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya nada yang dihasilkan. Cethor adalah bagian ujung kayu, diameternya lebih lebar dibanding pangkalnya. Slompret berfungsi untuk menghasilkan melodi dalam iringan reog ponorogo. Lihat pada gambar dibawah ini: Gbr.11 Slompret dan cara memainkannya

3.6 Lagu Pengiring Tarian

Lagu-lagu yang digunakan sebagai pengiring tarian dalam setiap pertunjukan di kabupaten Deli Serdang adalah pop Jawa popular, seperti: gendhing reogan yang dimainkan pada saat mengiringi proses arak-arakan dan gendhing sampak dan lagu- Universitas Sumatera Utara lagu campursari yang digunakan pada saat pertunjukan atraktif atau pertunjukan yang bersifat hiburan. Biasanya kedua gendhing dimainkan secara berulang-ulang, misalnya dalam pertunjukan yang bersifat hiburan terdapat tiga kali penampilan yaitu pertunjukan tari jathilan, pertunjukan tari bujangganong, pertunjukan tari barongan. Setiap satu pertunjukan tari dimainkan satu lagu secara berulang-ulang sampai pertunjukan selesai demikian seterusnya.

3.7 Pelaksana Pertunjukan

3.7.1 Sanggar Langen Budoyo

Langen Budoyo adalah nama satu kelompok atau sanggar seni yang ada di kabupaten Deli Serdang. Sanggar ini merupakan pusat latihan kesenian tradisional khas Jawa Timur yaitu reog ponorogo yang meliputi tari, drama dan musik, selain itu sanggar ini juga membina kesenian tradisional khas Jawa lain yang bukan berasal dari Jawa Timur seperti : Ludruk, Wayangan, Kuda Lumping dan Ketoprak. Nama Langen Budoyo itu sendiri merupakan perpaduan dari bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Langen berarti senang dan, budoyo berasal dari kata budaya yang berarti kesenian. Jadi kata Langen Budoyo dapat diartikan sebagai kumpulan orang- orang Jawa yang senang berkesenian 15 . 15 Wawancara dengan bapak Miseni selaku sesepuh dan pendiri sanggar Langen Budoyo. Universitas Sumatera Utara

3.7.2 Sejarah Berdirinya

Sanggar Langen Budoyo terbentuk pada tanggal 28 Januari 2008 oleh Bapak Miseni dan sanggar ini berada dibawah naungan Forum Masyarakat Jawa Deli. Berdasarkan usia sanggar ini masih tergolong sangat muda, namun pada dasarnya sanggar kesenian ini sudah ada di kabupaten Deli Serdang sejak tahun 1970 dan sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengadakan pertunjukan. Setelah 38 tahun berkarya dan melakukan pertunjukan diberbagai tempat barulah kelompok ini resmi dan memiliki nama, hal ini dikarenakan sejak awal kemunculannya kelompok ini berdiri sendiri dan tidak ada satu organisasi pun yang menaunginya segala sesuatunya mereka lakukan berdasarkan musyawarah mufakat bersama antar anggota kelompok kesenian. Karena tujuan utama kelompok kesenian ini dibentuk adalah untuk melestarikan serta mengembangkan kesenian tradisionalnya diluar daerah asalnya. Selain itu, kelompok kesenian ini mengalami kesulitan dalam hal memperoleh izin dari pemerintahan serta harus melewati beberapa prosedur yang panjang dan cukup lama. Namun, kelompok kesenian ini tidak putus asa dan terus- menerus mencoba sampai memperoleh izin. Sampai saat ini sanggar Langen Budoyo mampu bertahan dan tetap eksis, karena sanggar ini jugalah banyak masyarakat tahu dan mengenal kesenian tradisional Jawa ini. Sejak awal munculnya hingga saat ini sanggar langen budayo sudah banyak melakukan pertunjukan diberbagai tempat dan acara, seperti : tahun 1970 menyambut bapak Presiden Soeharto pada acara peresmian Tapian Daya Sumatera Utara, acara pelantikan Satgas Joko Tinggih di kabupaten Deli Serdang, acara Imlek bersama di Universitas Sumatera Utara Lubuk Pakam, acara peresmian Suzuya di Tanjung Morawa, acara pelantikan Paguyuban Rembuk di pasar IX Saentis, acara khitanan sunatan di Pakam, Binjai, Marelan, Tanjung Morawa, Bandar Setia dan Pulau Brayan, pesta perkawinana di Stabat, Batang Kuis, Tuntungan, dan Tembung, menyambut Sri Sultan Hamangkubuwono X pada acara peresmian Hotel Antares di Medan. Dalam setiap pertunjukannya sanggar Langen Budoyo mampu membuat para penonton takjup dan terkesima dengan pertunjukan yang mereka bawakan. Adapun susunan kepengurusan sanggar Langen Budoyo adalah sebagai berikut : Suparno sebagai Ketua, Ngatiman sebagai Sekretaris dan Samuri sebagai Bendahara.

3.7.3 Keanggotaan

Anggota sanggar Langen Budoyo terdiri dari para peminat dan pencinta seni. Yang dapat diterima menjadi anggota sanggar Langen Budoyo adalah orang-orang yang suka dan senang berkesenian, serta orang-orang yang ingin mengetahui, mempelajari, dan mengembangkan budayanya. Sebelumnya yang menjadi anggota sanggar Langen Budoyo adalah orang- orang Jawa perantau dan setelah sanggar ini resmi jumlah anggotanya cukup banyak yang terdiri dari 30 orang anak-anak dan 30 orang dewasa. Anggota sanggar Langen Budoyo ini berasal dari masyarakat sekitar, anggota keluarga dan kerabat. Untuk menjadi anggota sanggar Langen Budoyo sangatlah mudah serta tidak memerlukan prosedur. Bagi masyarakat yang berminat mempelajari tentang kesenian Universitas Sumatera Utara Jawa cukup datang dan mengikuti latihan dengan baik sudah resmi dianggap sebagai anggota sanggar.

3.7.4 Pelatihan

Sanggar Langen Budoyo memiliki jadwal latihan pada hari Selasa malam dimulai dari pukul 19.00 sd 23.00 Wib. Jam latihan tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu dari jam 19.00 sd 21.00 Wib dipergunakan untuk waktu latihan anak-anak sedangkan jam 21.00 sd 23.00 Wib dipergunakan untuk waktu latihan orang dewasa. Yang membedakan latihan tari dan musik hanya pada tempat saja, tetap didalam lingkup sanggar. Misalnya latihan musik diruang belakang dan latihan tari diruang depan setelah satu jam setengah latihan keduanya digabungkan. Universitas Sumatera Utara BAB IV PERTUNJUKAN REOG PONOROGO DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT JAWA

4.1 Upacara Perkawinana Pada Masyarakat Jawa

Secara umum pengertian perkawinan adalah menyatukan dua insan manusia yang awalnya sama-sama hidup sendiri menjadi hidup berdampingan dan saling mengisi satu sama lain. Dalam hal ini masyarakat Jawa masih melakukan beberapa adapt untuk menjelang perkawinan dan bagian ini penulis akan menjelaskan tentang bagaimana tahapan-tahapan dalam upacara perkawinan masyarakat Jawa yang dilaksanakan di rumah. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perkawinan masyarakat Jawa adalah sebagai berikut: 1 Nleresel yaitu calon mempelai pria menjajaki calon mempelai wanita yang ingin diperistrinya; 2 Melamar yaitu calon mempelai pria datang kerumah calon mempelai wanita untuk menemui kedua orang tua calon mempelai wanita dan meminta anak perempuannya untuk dijadikan istri; 3 Pinangan yaitu memberikan sesuatu yang menjadi tanggung jawab calon mempelai pria seperti yang telah dijanjikan oleh pihak keluarga calon mempelai pria kepada keluarga calon mempelai wanita berupa perlengkapan seperti tempat tidur, lemari dan uang untuk keperluan lainnya; 4 Kemudian calon mempelai pria memberikan suatu barang berupa pengikat kepada calon mempelai wanita sebagai tanda jadinya dan sebagai bukti si calon mempelai wanita tersebut sudah menjalin perjanjian ikatan cinta; 5 Berikutnya kedua belah pihak keluarga calon mempelai menentukan hari Universitas Sumatera Utara jadi perkawinan baik itu dari segi hari, tanggal, bulan, tahun dan jam; 6 Biasanya menjelang beberapa hari pernikahan sang calon mempelai wanita tidak diperbolehkan keluar rumah dan beraktivitas dipinggit, selain itu calon mempelai wanita juga harus melakukan puasa beberapa hari menjelang perkawinan juga tidak diperbolehkan untuk mandi sesuai dengan anjuran bidang pengantin; 7 Menjelang hari perkawinan sang calon mempelai wanita melakukan luluran untuk membersihkan semua kotoran ditubuhnya; 8 Siraman yaitu mandi bunga yang dilakukan oleh orang tua calon mempelai wanita beserta keluarga kepada kedua mempelai ditempat yang berbeda, setelah selesai siraman kedua mempelai melakukan sungkem dikaki kedua orang tua calon mempelai wanita untuk memohon do’a restu agar dimudahkan dari segala urusan menjelang perkawinan nanti; 9 Ijab Qobul yaitu calon mempelai pria mengucapkan janji perkawinan dihadapan para saksi yaitu Pemuka Agama dan para wali nikah. Setelah itu mempelai pria dibawa kesuatu tempat yaitu suatu rumah yang letaknya tidak jauh dengan lokasi pesta untuk berganti pakaian begitu juga dengan mempelai wanita berhias diri secantik mungkin oleh bidang pengantin; 10 Setelah selesai berganti pakaian dan berhias mempelai pria diarak menuju rumah mempelai wanita, sesampainya dirumah mempelai wanita mereka melakukan tukar bale Geger mayang antara pihak pria kepada pihak wanita kemudian kedua mempelai melakukan lempar sirih lalu kedua mempelai memijak telur yang dibungkus di dalam plastic, kemudian kaki mempelai pria dibasuh oleh mempelai wanita dengan air bunga, dan kedua mempelai sungkem kepada orang tua kedua belah pihak untuk memohon doa restu dalam mengarungi bahtera perkawinan; 11 Kemudian kedua mempelai dibawa menuju pelaminan oleh seorang nenek tua yang Universitas Sumatera Utara sudah janda dengan kain gendongan yang diikatkan pada kedua mempelai; 12 Kemudian dilakukan Marhaban oleh ibu-ibu pengajian serta tepung tawar yang pertama sekali dilakukan oleh pihak wanita sampai selesai dan dilanjutkan oleh pihak pria sampai dengan selesai lalu diakhiri dengan Do’a; 13 Ngunduh yaitu pesta yang dilakukan dirumah mempelai pria satu minggu setelah pesta di rumah mempelai wanita. Ada beberapa manfaat perkawinan menurut kepercayaan yang dianut masyarakat Jawa, yaitu: 1 perkawinan untuk memperoleh keturunan serta menjamin keturunan yang sah dan sebagai tempat berlindung dihari tua; 2 perkawinan dapat memupuk karakter, khususnya rasa social yang mendalam; 3 dengan perkawinan akan menjamin status seseorang dan terhindar dari perzinahan; 4 perkawinan merupakan tempat untuk menunjukan rasa kasih sayang, tolong menolong, kebaikan, dan saling memiliki satu dengan yang lain Thomas,1997:215. Dalam sistem perkawinan masyarakat Jawa terdapat lima jenis perkawinan yaitu: 1. Perkawinan antara perjaka dengan perawan Perkawinan ini disebut sebagai tigas masih sucibelum pernah kawin.Pelaksanaan upacaranya yaitu memakai upacara panggih. 2. Perkawinan antara saudara misan dan menurut silsilah pengantin putri lebih tua, pelaksanaannya harus didahului dengan syarat pengantin pria mencangkul tumpeng. Dilakukan sebelum upacara panggih dengan cara berdiri menerjang lawe wenang, setelah itu baru dilaksanakan upacara panggih Universitas Sumatera Utara 3. Perkawinan antara saudara misan dan menurut silsilah pengantin pria lebih tua, pelaksanaannya mempelai putri hanya melakukan menerjang lawe wenang setelah itu baru dilaksanakan upacara panggih. 4. Perkawinan antara perjaka dengan janda tanpa anak, persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan upacara perkawinan adalah pengantin pria menyiram bugel kayu yang dibakar untuk memasak dan masih membara. Upacara ini dilakukan didepan pintu sebelum upacara panggih. 5. Perkawinan antara perawan dengan duda tanpa anak, dalam perkawinan seperti ini yang harus menyiram bugel adalah pengantin wanita dan pelaksanaannya juga dilakukan didepan pintu sebelum upacara panggih Marmien,1990:106.

4.2 Pendukung Pertunjukan Reog Ponorogo