Reog Sebagai Arak-arakan Reog Sebagai Hiburan

4.4.1 Reog Sebagai Arak-arakan

Dalam setiap pertunjukan reog ponorogo selalu diawali dengan mengarak- arak rombongan keluarga besar mempelai pria hingga sampai kerumah mempelai wanita. Arak-arakan dilakukan dengan cara menaikkan mempelai pria diatas dhadhak merak dan dibawa keliling kampung lokasi pesta. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperlihatkan keberanian dan kesiapan mempelai pria kepada pasangannya. Pada saat proses arak-arakan berlangsung banyak para ibu-ibu yang sedang mengendong bayinya menghampiri mempelai pria, para ibu-ibu tersebut ingin bayinya dicium oleh mempelai pria. Menurut kepercayaan orang-orang Jawa yang ada didesa tersebut hal ini dipercaya dapat menolak bala serta penyakit agar tidak menghampiri sianak tersebut, sehingga sianak selalu sehat dan terhindar dari apapun. Dalam hal ini sang mempelai pria diibaratkan sebagai seorang Raja 17 yang mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya karena pada zaman dahulu seorang Raja mempunyai kekuatan, kebijaksanaan, serta kekuasaan yang dapat mensejahterakan, melindungi, dan mengayomi rakyatnya dari berbagai penderitaan serta penyakit karena keberhasilan seorang Raja memimpin dapat dilihat dari kondisi rakyat dan kerajaan yang dipimpinnya. 17 Setiap pengantin selalu disebut dengan Raja dan Ratu sehari yang disandingkan dipelaminan yang dianggap sebgai singgasana. Informasi ini penulis peroleh dari salah seorang Ibu yang memberikan anaknya untuk dicium pengantin pria. Universitas Sumatera Utara

4.4.2 Reog Sebagai Hiburan

Reog ponorogo yang ditampilkan dalam upacara perkawinan masyarakat Jawa selain sebagai arak-arakan, juga berfungsi sebagai hiburan bagi para tamu undangan yang hadir. Pertunjukan reog ponorogo bukanlah suatu keharusan dalam setiap upacara perkawinan masyarakat Jawa, sehingga pertunjukan ini bisa ada dan bisa juga tidak ada dalm rangkaian upacara perkawinan. Secara keseluruhan pertunjukan reog ponorogo mampu menghidupkan suasana lebih meriah, dari suasana yang benar-benar sacral dan suci. Hal ini dapat terlihat dari antusias para tamu undangan yang menyaksikan pertunjukan reog ponorogo, mereka sangat merasa terhibur karena atraksi yang dilakukan oleh para pemain dan kemasan pertunjukan yang sangat memukau. Pada dasarnya reog ponorogo sudah banyak mengalami pergeseran dan perubahan terlebih lagi pada masa sekarang ini, namun hal ini tidak membuat kesenian ini memudar dan menghilang dari peredaran malah semakin berkembang ditengah-tengah kebudayaan lainnya. Untuk acara informal reog ponorogo berfungsi sebagai sarana hiburan dan rekreasi pada setiap lapisan masyarakat. Pertunjukan reog ini sangat dinanti-nanti oleh masyarakat karena pada setiap pertunjukannya kepuasan penonton yang lebih diutamakan, penonton dapat bebas melibatkan diri dalam setiap pertunjukan tanpa ada batas dan hambatan. Untuk acara formal reog ponorogo berfungsi sebagai Universitas Sumatera Utara rombongan yang menyambut para petinggi Negara yang akan datang ataupun meresmikan sebuah tempat. Walaupun reog ponorogo merupakan kesenian tradisional Jawa, tetapi tidak menutup kemungkinan pertunjukan reog dapat dilakukan diantara orang-orang yang bukan berasal dari suku Jawa. Misalnya saja diluar suku Jawa reog ponorogo dapat ditampilkan pada saat peresmian gedung atau tempat, dan pada peringatan Hari Besar Nasional. Dalam hal ini reog ponorogo hanya berfungsi sebagai hiburan bagi seluruh lapisan masyarakat yang ada ditempat acara tersebut. Pada masyarakat Jawa sendiri pertunjukan dilakukan diberbagai acara yang bersifat hajatan, misalnya dalam upacara perkawinan reog ponorogo tidak harus selalu ada. Ada dengan tidak adanya pertunjukan reog ponorogo upacara perkawinan dapat dilangsungkan karena pertunjukan reog ponorogo bukan satu keharusan dan kewajiban dalam setiap acara baik perkawinan maupun khitanan. Orang-orang Jawa yang dapat menampilkan pertunjukan reog ponorogo dalam acara hajatan maupn pernikahan hanyalah orang-orang yang mampu dan memiliki rezeki berlebih. Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

5.1 Rangkuman