Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan penduduk desa kampung kolam hanya tamatan SD saja, awalnya penulis merasa kesulitan untuk
berkomunikasi dengan para sesepuh dan para pemain reog karena sebagian besar dari mereka tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik mereka hanya dapat
berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Para anggota group kesenian reog ponorogo yang hanya tamatan SD adalah
para sesepuh, pemusik serta pemain lain yang saat ini usianya sudah tua, sedangkan anggota lain yang saat ini usianya masih muda kebanyakan sudah mengenyam
pendidikan hingga kebangku perkuliahan. Pada saat penulis melakukan wawancara dengan para sesepuh penulis mendapat kesulitan dalam hal berkomunikasi karena
mereka hanya dapat berkomunikasi dengan bahasa Jawa saja, namun penulis tidak merasa putus asa karena penulis dibantu oleh para pemain lain yang bisa
menggartikannya kedalam bahasa Indonesia.
2.4 Sistem Kekerabatan
Penduduk desa kampung kolam mayoritas terdiri dari suku Jawa, oleh karena itu penulis menggunakan sistem kekerabatan masyarakat Jawa pada umumnya
12
12
Sistem kekerabatan adalah hubungan seseorang dengan yang lain berdasarkan pertalian darah.
. Sistem kekerabatan yang digunakan oleh masyarakat Jawa adalah kekerabatan yang
dilihat berdasarkan prinsip bilateral yaitu memperhitungkan keanggotaan kelompok melalui garis keturunan laki-laki maupun garis keturunan perempuan, maka
seseorang dapat menjadi anggota kelompok kekerabatan dari pihak ayah dan juga menjadi anggota kelompok kekerabatan dari pihak ibu.
Universitas Sumatera Utara
Dalam budaya Jawa sistem bekeluarga dalam arti luas, yaitu keluarga inti, batih, atau keluarga budaya. Sistem kekerabatan ini dilandasi oleh sikap
bergotong-royong, dengan konsep sepi ing pamrih, rame ing gawe, artinya tidak mengharapkan balasan pamrih, dan mengutamakan kerja bersama-sama.
Dalam hal ini bentuk kelompok kekerabatan yang paling kecil adalah keluarga batih, yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya yang belum menikah,
apabila keluarga batih mempunyai kerabat satu dengan yang lain maka terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang disebut dengan paseduluran: 1 sedulur tunggal
kringkel merupakan saudara lahir dari ibu dan ayah yang sama; 2 sedulur kuwalon yaitu saudara lain ayah tetapi ibunya sama, atau sebaliknya saudara lain
ibu nemun ayahnya sama, dan saudara tiri; 3 sedulur misanan merupakan saudara satu nenek atau satu kakek, yang mencakup kandung atau tiri; 4 sedulur
mindoan adalah saudara satu buyut orang tau kakek atau nenek berlaku baik untuk saudara kandung atau tiri, 5 sedulur mentelu yaitu saudara satu canggah
buyutnya ayah dan ibu baik saudara kandung atau tiri; 6 bala yaitu yang menurut anggapan mereka masih saudara, namun dari silsilah sudah tidak terlacak
kedudukannya, dan disebabkan oleh interaksi mereka, karena kebutuhan yang erat, misalnya jenis pekerjaan sama, sering berkomunikasi, dan sejenisnya; 7 tangga
yang konsepnya tidak terbatas pada letak rumah yang berdekatan saja, tetapi dalam kepentingan tertentu mereka saling membutuhkan Lihat Skripsi Martavia.
Dengan istilah-istilah kekerabatan yang berlaku tersebut, maka dapat diketahui status atau kedudukannya dalam kelompok kekerabatan. Istilah-istilah
kekerabatan tersebut akan penulis jabarkan sebagai berikut: 1 ego memanggil
Universitas Sumatera Utara
ayahnya dengan sebutan bapak dan ibunya dengan sebutan simbokmbok; 2 untuk menyebut saudara laki-laki yang lebih tua dengan sebutan kangmaskakang dan untuk
saudara perempuan disebut dengan mbakyuyu, untuk saudara laki-laki yang lebih muda disebut dengan adhidhi sedangkan saudara perempuan disebut dengan nok; 3
sebutan untuk kakak kandung ayah laki-laki adalah pakdhe dan yang perempuan budhembokde, sedangkan kepada adik ayah laki-laki disebut dengan istilah
pamanpakcikpaklek dan yang perempuan dengan sebutan bibibulikmbok;4 sebutan terhadap kakek adalah mbah lanangsimbah kakung sedangkan sebutan
kepada nenek adalah simbah wedok sebaliknya kakek dan nenek akan menyebut ego adalah ptuwayah sedangkan ego menyebut orang tua simbah dengan sebutan simbah
buyut istilah ini dapat dipakai untuk menyebut orang tua simbah baik laki-laki maupun perempuan Emi Sujayawati, 2000:28-29.
Selain istilah tersebut diatas masih ada lagi istilah lain dalam kekerabatan masyarakat Jawa, hal ini dikemukakan oleh Bratawijaya 1993:21-23 yang
menyatakan istilah lain tersebut adalah keponakan atau ponakan. Mereka ini adalah anak-anak dari kakak ego baik yang berasal dari kakak ego yang laki-laki maupun
kakak ego yang perempuan, sebutan ponakan ini dipakai untuk menyebut anak-anak kakak ego baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Prunanperunan adalah
untuk menyebut anak-anak dari adik ego baik yang laki-laki maupun yang perempuan, baik anak adik ego itu laki-laki maupun perempuan. Misan adalah istilah
untuk menyebut antara sesama cucu dari orang yang bersaudara sekandung, Mindho adalah istikah untuk menyebut cucu ego dengan cucu saudara sepupu ego. Kemudian
ada lagi istilah kekerabatan yang terjadi, karena perkawinan yaitu : besan, mertua,
Universitas Sumatera Utara
ipe, peripean. Besan adalah orang tua dari pihak suami ego dengan orang tuanya sendiri atau sebaliknya; mertua adalah hubungan antara ego dengan orang tua
suamiistri. Sedangkan hubungan antara orang tua dengan pihak istrisuami anaknya disebut mantu; ipe adalah hubungan antara istrisuami dengan saudara sekandung
pihak suamiistri; peripean adalah hubungan antara sesama menantu Emi Sujayawati, 2000:30.
Masyarakat Jawa juga mengenal adanya kelompok kekerabatan yang dinamakan alur waris. Alur waris ini
merupakan suatu bentuk kelompok yang berasal dari satu nenek moyang, terdiri dari 6-7 angkatan atau lebih yang
berasal dari satu nenek moyang, sehingga diantara anggota kelompok kekerabatan tersebut sulit untuk saling
mengenal.
2.5 Sistem Religi