20
kaum bushi yang berkedudukan untuk melaksanakan kekuasaan politik, sedangkan yang berada di tingkat yang paling bawah adalah rakyat jelata.
Kelas Samurai atau Bushi yang memerintah pada saat itu bukan hanya memonopoli semua kekuasaan politik tetapi juga membedakan pola hidupnya
dengan cara-cara masyarakat biasa. Perbedaan secara sosial ini ditunjukkan dengan kewajiban para petani dan pengrajin serta para pedagang untuk mengabdi
dan memberi makan para samurai. Formalitas kehidupan sosial serta keterikatannya pada tradisi di masa ini menjadikan suatu keadaan yang tidak
terbuka untuk pembaharuan atau sedikit sekali memungkinkan adanya keragaman, hal ini dikarenakan kesetiaan bawahan terhadap atasan lebih ditekankan pada saat
ini Benedict, 1992 : 35 – 43. Keadaan ini sejalan dengan sejarah terbentuknya zaman Edo, Tokugawa
yang berhasil mengalahkan Keshogunan Toyotomi dalam perang Sekigahara, adalah dikarenakan kesetiaan pengabdian diri anak buahnya terhadap atasan,
Watsuji dalam Hamzon 1995 : 7 .
2.1.1. Struktur Pemerintahan Feodalis
Feodalisme merupakan istilah yang relatif baru, kata ini muncul pada abad pertengahan ke – 18. Secara hukum dan institusi kata ini lebih cenderung
disingkat menjadi feodal yang berarti melindungi hak dari aristokrasi tanah dan memungkinkan para penguasa untuk menerapkan kekuasaan secara acak terhadap
para petani. Dalam sejarah Jepang, sebelum memasuki zaman feodal sistem pemerintahan disebut dengan sistem Ritsuryo.
Prinsip dasar dari sistem ini yaitu :
Universitas Sumatera Utara
21
1. Seluruh tanah dikuasai oleh kaisar.
2. Didirikan administrasi pemerintahan yang berada di pusat.
3. Seluruh lahan pertanian disumbangkan ke pusat dan diberikan kepada
para penguasa tanah pemilik perorangan , atau lebih dikenal dengan istilah Han-den-shu-ju.
4. Lahan pertanian gabungan yang berasal dari 50 rumah dijadikan satu
menjadi dusun atau desa. 5.
Pemerintah membentuk pemerintahan lokal baru yang dipimpin oleh Koku–shi yang dipilih bukan berdasarkan hubungan klan melainkan
atas pertimbangan politik. Hal ini dilakukan untuk mengubah sistem klan tradisional dan memusatkan kekuasaan pada kaisar.
Dari sistem ini dapat diketahui bahwa Kaisar yang memegang kekuasaan tertinggi, para Kizoku bangsawan bertugas sebagai pelaksana administrasi
pemerintahan di pusat dan daerah, sementara kedudukan para samurai sebagai golongan yang disegani memiliki pengaruh yang sangat besar dalam bidang
politik dan ekonomi, sedangkan para petani dan pedagang berada di kelas yang terendah.
Sitem kepemilikan tanah secara pribadi belum dikenal pada saat ini maka sistem pemilikan tanah disebut dengan istilah Kochi Komin yaitu wilayah umum
dan masyarakat umum. Pada perkembangan selanjutnya lahirlah Sonraku kyodo tai yaitu kelompok kerjasama di daerah. Kelompok ini dipimpin oleh Kizoku.
Administrasi kelompok ini terpisah dari pemerintahan Ritsuryo. Karena adanya kebebasan menguasai Kubunden Sei yaitu sistem pembagian lahan pertanian,
maka banyak para petani yang meninggalkan kewajiban Kochikomin dan memilih
Universitas Sumatera Utara
22
bergabung dengan kelompok petani Kizoku tersebut. Tanah pertanian milik Kizoku ini disebut dengan Shoen. Shoen ini terbagi atas dua yaitu :
1. Immune Sho adalah wilayah pertanian bebas yaitu sebidang tanah yang
merupakan milik pemerintah yang kemudian diolah dengan sistem Ritsuryo dan dikontrol oleh Kaisar. Usaha ini kurang menghasilkan
bagi para petani untuk meningkatkan aktifitas produksi karena adanya tekanan dari pemerintah daerah. Diantaranya yaitu menyalahkan
gunakan penggunaan lahan pertanian untuk keuntungan sementara. Berdasarkan ini pemerintah meninjau kembali dan pada akhirnya
meresmikan sistem administrasi 2.
Sho of Private origin adalah Sho yang berasal dari kepemilikan pribadi, yaitu petani dapat mengolah kembali tanah pertanian yang
terbuang tanpa harus mendaftarkannya pada pemerintah. Namun keadaan ini dapat berakibat hilangnya tahan pertanian karena dicuri
oleh para perampok. Sebagai jalan untuk melindungi tanah mereka, para petani harus merelakan tanah mereka diberikan kepada orang
yang lebih kuat sebagai jaminan perlindungan tanah mereka.
Berbagai persaingan yang terjadi antara kelompok tani yang meninggalkan Kochikomin ini menyebabkan timbulnya berbagai peperangan yang pada akhirnya
terbentuk serdadu perang yang disebut Bushi. Bushi yang pada awalnya mengabdi pada tuannya Kizoku, lama kelamaan tidak bergantung lagi pada Kizoku. Para
kalangan Bushi ini kemudian berkumpul membentuk satu kekuatan yang kuat dengan istilah Bushi No Toryou. Hal ini kemudian memicu timbulnya permiliteran
Universitas Sumatera Utara
23
yang banyak menggunakan para Bushi sebagai serdadu dalam peperangan, diantaranya yaitu peperangan antar keluarga Kizoku yaitu Taira dan Minamoto
yang dikenal dengan istilah Hogen no ran dan Heiji no ran. Akhir dari peperangan inilah yang menghancurkan sistem Ritsuryo dan berubah menjadi
Ujizoku yaitu keluarga kerabat dan sistem Kochikomin berubah menjadi Shichi Shimin yang berarti kepemilikan tanah dan warga secara swasta, Nakamura
dalam Hamzon 1995 :12 – 13.
2.1.2. Sistem Budaya