Kerangka Teori Perilaku Junshi Para Tokoh Cerita Dalam Novel Kisah 47 Ronin Karya John Allyn

14 Kazt dan Rosenzweig dalam Danim Sudarwan 1979:52, telah sepakat bahwa ilmu pengetahuan tingkah laku perilaku telah menjadi ilmu scientific discipline. Perilaku bunuh diri menurut Hidayat dalam Kiblat 1996 : 43-45, ”Individu yang melakukan tindakan bunuh diri berarti telah kehilangan jiwa dan pikiran.” Dari hal ini dapat diartikan bahwa tindakan bunuh diri yang dilakukan orang tersebut berdasarkan ketidakmampuan untuk berfikir secara wajar dengan akal sehat, sehingga mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya agar lepas dari permasalahan yang dihadapinya. Emile Durkheim dalam Realitas Sosial 1985: 150 – 157, berpendapat bahwa perilaku bunuh diri merupakan salah satu gejala sosial. Perilaku bunuh diriJunshi, yang dilakukan masyarakat Jepang merupakan salah satu cara kematian yang dilakukan seorang pengikut untuk mengikuti kematian majikannya. Junshi yang dilakukan seorang bawahan kepada atasannya merupakan wujud dari kesetiaan bawahan kepada atasan. Tujuan penelitian perilaku dalam skripsi ini yaitu untuk memahami, menjelaskan kepada pembaca atau para peneliti-peneliti awal mengenai pola perilaku para tokoh cerita melakukan bunuh diri Junshi berdasarkan latar belakang kisah yang terjadi pada saat itu.

b. Kerangka Teori

Penelitian ini lebih banyak menggabungkan antara sastra dengan budaya. Dalam hal ini sastra yang merupakan medium perantara dalam menyampaikan ide lebih banyak berorentasi dalam hal kebudayaan. Ratna 2005 : 10, berpendapat Universitas Sumatera Utara 15 bahwa intensitas hubungan antara sastra dan kebudayaan dapat dijelaskan melalui dua cara, pertama yaitu sebagaimana terjadinya intensitas hubungan antara sastra dengan masyarakat, sebagai sosiologi sastra, kaitan antara sastra dan kebudayaan dalam hal ini dipicu oleh stagnasi strukturalisme. Kedua, yaitu hubungan antara sastra dan kebudayaan juga dipicu oleh lahirnya perhatian terhadap kebudayaan, sebagai studi kultural. Melville J.Herskovits dan Bronislaw Malinowski dalam Ratna 1997:25, berpendapat bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Melville J.Herskovits dalam Ratna 1997:25, mengartikan kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Wujud dari kebudayaan ini dapat berupa perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial , religi, seni dan lain-lain. Jadi dapat dikatakan bahwa sastra dan kebudayaan berbagi wilayah yang sama, yaitu aktivitas manusia tetapi dengan cara yang berbeda, sastra melalui kemampuan imajinasi dan kreativitas sedangkan kebudayaan lebih banyak melalui kemampuan akal sebagai kemampuan intelektualitas. Keterkaitan antara kedua hal ini tentu memiliki batasan tertentu, dalam proses analisis ini penulis menggunakan pandekatan historis, juga pendekatan semiotika. Pendekatan historis dalam hal ini dapat dihubungkan dengan teori tradisional. Teori ini berorientasi pada hal-hal sejarah dan makna yang terkandung dalam karya tersebut. Universitas Sumatera Utara 16 Namun dalam hal penelaahan karya sastra ini tetap berpatokan pada teks sastra, dalam hal ini adalah novel. Aminuddin 2000 : 46 , mengatakan bahwa pendekatan historis adalah pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, serta latar belakang peristiwa yang melatari cerita tersebut. Pendekatan semiotika merupakan pendekatan yang menggunakan unsur- unsur tanda dalam menganalisis. Hoed dalam Nurgiyantoro1998: 40 berpendapat bahwa semiotika merupakan ilmu atau metode analisis yang mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain-lain. Tanda-tanda ini dapat berupa gerakan anggota badan, mulut,mata, warna, bentuk, karya seni : sastra, lukis, patung, film, tari, musik dan lain-lain yang berada di sekitar kita. Faruk 1994 : 44 mendefinisikan bahwa semiotika ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai suatu tanda. Teori Mimesis dalam Aminuddin 2000 : 57 memiliki anggapan bahwa teks sastra pada dasarnya merupakan wakil atau penggambaran dari realitas. Maka penulis mencoba menjabarkan bagaimana keadaan zaman pada saat terjadi, berdasarkan teks novel. Penelaahan ini tidak hanya meneliti bagaimana peristiwa yang terjadi berdasarkan sejarah tapi juga bagaimana karakter tokoh atau perilaku tokoh yang ada pada karya tersebut dan merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat Jepang sendiri. Perilaku tokoh yang merupakan sentral point dalam skripsi ini akan penulis bahas sesuai dengan latar belakang sejarah, juga penjabaran mengenai Universitas Sumatera Utara 17 tanda-tanda yang terdapat dalam novel ini. Tanda ini berupa anggota gerakan tubuh atau karakter sifat manusia serta penggambaran realitas kehidupan yang ada pada saat itu.

I.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian