Sistem Budaya Feodalisme Zaman Edo

23 yang banyak menggunakan para Bushi sebagai serdadu dalam peperangan, diantaranya yaitu peperangan antar keluarga Kizoku yaitu Taira dan Minamoto yang dikenal dengan istilah Hogen no ran dan Heiji no ran. Akhir dari peperangan inilah yang menghancurkan sistem Ritsuryo dan berubah menjadi Ujizoku yaitu keluarga kerabat dan sistem Kochikomin berubah menjadi Shichi Shimin yang berarti kepemilikan tanah dan warga secara swasta, Nakamura dalam Hamzon 1995 :12 – 13.

2.1.2. Sistem Budaya

Bila dibandingkan dengan kebudayaan kelas samurai, maka kebudayaan Chonin atau kebudayaan pedagang lebih berkembang pada saat ini, hal ini dapat dikarenakan taraf hidup Chonin yang sangat mendukung. Bidang kesenian, teater, kabuki, dan joruri adalah seni yang banyak berkembang. Bisnis hiburan dan restaurant banyak bermunculan yang merupakan bagian dari kebudayaan Chonin. Haiku juga lahir pada masa ini, yang banyak menceritakan mengenai kehidupan pedagang. Bila dibandingkan dengan Tanka, Haiku jauh lebih diminati karena isinya mudah dimengerti bila dibandingkan Tanka yang jauh lebih rumit. Pada kalangan samurai, banyak yang melakukan studi Ranggaku yaitu ilmu-ilmu Belanda. Hal ini muncul dari adanya keinginan untuk belajar mengenai ilmu-ilmu empiris, matematika, geografi dan lain-lain. Beberapa contoh para samurai yang kemudian terkenal karena kepintarannya dalam ilmu ini yaitu Seki Takakazu 1642-1708, merupakan orang Jepang yang sangat ahli dalam bidang matematika, Ino Tadataka 1745-1818, orang Jepang pertama yang berhasil membuat peta Universitas Sumatera Utara 24 Jepang dari Kyushu sampai Hokkaido dengan alat ukur buatan sendiri. Sugita Genpaku orang Jepang yang berhasil menerjemahkan buku kedokteran Belanda ke dalam bahasa Jepang. Secara umum kebudayaan Tokugawa pada masa ini lebih banyak mengajarkan mengenai hubungan antara bawahan dan atasan. Pemahaman mengenai ini pertama kali diberikan pada kalangan Bushi, ajaran ini kemudian dirumuskan dalam Shido yaitu ajaran yang banyak mengandung nilai – nilai kepatuhan atau pengabdian. Watsuji dalam Hamzon 1995:44-45, mengartikan lima macam pemikiran mengenai etika kesadaran Gorin yang meliputi pengabdian seseorang yaitu : 1. Pengabdian pengikut terhadap tuannya 2. Pengabdian anak terhadap ayah 3. Pengabdian adik laki – laki terhadap kakak laki – laki 4. Pengabdian istri terhadap suami 5. Hubungan antar orang yang sederajat Demi kepentingan penerapan pemikiran inilah, maka agama Kristen dilarang berkembang, karena dianggap bertolak belakang. Agama Kristen yang mengajarkan kesamaan kedudukan manusia dihadapan Tuhannya ini sangat bertentangan dengan ajaran yang terkandung dalam Shido. Karena ini pulalah yang menjadikan salah satu alasan Jepang melakukan Seklusi atau penutupan negeri bagi dunia luar. Universitas Sumatera Utara 25 2.1.3. Sistem Pendidikan Secara garis besar, sistem pendidikan yang diutamakan pada zaman Edo adalah ajaran mengenai kesetiaan. Kesetiaan ini banyak diajarkan umumnya pada kalangan Bushi atau Samurai, namun dalam kenyataan kehidupan sehari-hari pun unsur kesetiaan ini banyak terwujud pada rakyat biasa. Kesetiaan atau kepatuhan dari bawahan kepada atasan yang banyak diajarkan pada kaum prajurit merupakan prinsip dasar pada ajaran agama Budha, walaupun pandangan beragama pada masyarakat Jepang bersifat Politheisme atau percaya kepada banyak Tuhan, namun Jepang tetap memasukkan unsur agama Buddha ini dalam ajaran mereka Shido, yang kemudian lebih diartikan menjadi sebuah keyakinan atau jalan hidup orang Jepang. Dalam pengajarannya sendiri, pendidikan kesetiaan yang mengambil unsur dari agama Budha yang diajarkan pada prajurit banyak menerapkan adanya Reinkarnasi yaitu suatu kepercayaan bahwa kita akan hidup atau terlahir kembali lagi di dunia setelah meninggal nanti, keyakinan ini sangat diterapkan pada prajurit untuk tidak takut kepada kematian.

2.1.4. Sistem Ekonomi