42
kemudian akan berakhir dengan Junshi yang dilakukan ke 47 Ronin sebagai pembuktian kesetiaan mereka pada atasan.
3.2. Kesetiaan Terhadap Shogun
Kisah 47 Ronin terjadi pada masa pemerintahan Tokugawa Tsunayoshi yaitu antara tahun 1608-1709. Tokugawa Tsunayoshi merupakan Shogun ke 5 dari
Dinasti Keluarga Tokugawa di Jepang. Tokugawa dilahirkan pada tanggal 23 February 1646 di Edo. Dia adalah anak dari Tokugawa Iemitsu.
Tokugawa Tsunayoshi merupakan Shogun yang memberi banyak perhatian dalam hal religi. Hal ini dapat terlihat ketika dalam masa
pemerintahannya, Tokugawa memasukkan ajaran Zhu Xi yang notebene merupakan bagian dari Neo-Konfusionisme http:id.Wikipedia.org. Ajaran ini
memberi makna tersendiri bagi Tsunayoshi untuk menjalankan kehidupan serta pemerintahannya berdasarkan peraturan dari dirinya. Salah satunya yaitu adanya
peraturan mengenai perlakuan terhadap binatang khususnya anjing. Anjing adalah binatang yang paling dilindungi pada masa pemerintahannya, hal ini berdasarkan
keyakinannya yang lahir pada tahun anjing. Apabila ia melindungi binatang tersebut, maka ia akan mendapat segala kemudahan, keyakinannya ini juga dipacu
dengan keinginannya untuk mempunyai anak. Atas dasar itulah, anjing mendapat prioritas yang berbeda, serta perlakuan selayaknya manusia. Karena perlakuannya
yang begitu khusus pada anjing, membuat Tsunayoshi mempunyai julukan sendiri yaitu Inu Kubo, Inu berarti anjing sedangkan Kubo adalah panggilan resmi untuk
seorang Shogun. Tsunayoshi meninggal pada tanggal 19 February 1709 di Edo
Universitas Sumatera Utara
43
pada usia 62 tahun. Ketegasan serta kedisplinannya terhadap peraturan memberi dampak tersendiri bagi anak buahnya.
Pengabdian anak buah dalam menjalani peraturan tersebut dapat terlihat pada bab 1 hal 10, pada saat sistem pertanian mengalami kerugian akibat Undang
– Undang Pelestarian Hidup yang diberlakukan Shogun, berikut merupakan percakapan antara Oishi dan Putri Asano :
Cuplikan 1 : Putri Asano
: ”Paman, mengapa pertanian ini tidak dirawat ? Apakah sebaiknya Paman laporkan pada Ayah karena para petani tidak melakukan tugas
sebagaimana mestinya ?”. Oishi tertawa perlahan. Belum sempat dia menjawab, gadis cilik itu melanjutkan,
Putri Asano : ” Mungkin sebaiknya kita jangan menyalahkan para petani
sebelum mendengar penjelasan mereka. Tapi apa alasan mereka menelantarkan ladang seperti itu ? ”.
Oishi : ” Mereka terpaksa, gadis kecil, berdasarkan Undang – Undang
Pelestarian Hidup, mereka dilarang membunuh bintang yang merusak ladang.”
Putri Asano : ” Kenapa ada larangan membunuh binatang, terutama yang benar
– benar mengganggu ?” Oishi
: ” Karena Shogun sudah melarang membunuh binatang. Dan karena kami setia pada Ayahmu sehingga kami tak berpikir untuk
mempermalukan beliau dengan melanggar perintah pemimpin-nya, yaitu Shogun .”
Universitas Sumatera Utara
44 Analisis :
Undang – undang pelestarian hidup yang dikeluarkan shogun dianggap sangat merugikan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Oishi serta Asano yang
menganggap Undang-Undang Pelestarian hidup ini dapat menyebabkan sistem perekonomian menjadi kacau. Undang-Undang yang melarang bagi siapa saja
yang membunuh binatang akan dihukum mati mengakibatkan para petani mengalami kerugian karena dilarang membunuh binatang hama seperti serigala,
musang, burung dan serangga. Peraturan ini juga memunculkan suatu keadaan masyarakat yang kurang harmonis, karena tidak ada lagi orang-orang yang
bermain pertandingan memanah untuk menghindari adanya pencabutan bulu-bulu angsa, tidak ada lagi perlombaan burung elang karena semua burung elang harus
dilepas, termasuk burung elang utama milik Shogun, lomba ketangkasan berkuda juga semakin menghilang karena kuku kuda tidak boleh dipotong dan surainya
tidak boleh dipangkas. Berbagai keadaan ini memicu menurunnya nilai-nilai moral masyarakat. Walaupun keadaan ini sangat bertentangan dengan para
samurai, namun sebagai pengikut yang setia dan patuh kepada atasan, peraturan ini tetap harus dilaksanakan sebagai wujud bakti pengikut kepada Shogun.
Kesetiaan terhadap peraturan Keshogunan ini adalah bukti kepatuhan seorang samurai.
Cuplikan 2 bab 2 hal 47 : Shogun
: ”...kau sudah tidak menghormati sopan santun di Istana ini? Asano
: ” maaf ,” Lord Asano sambil berlutut dan menunduk hingga menyentuh lantai.
Universitas Sumatera Utara
45
Asano : ” Hamba tidak punya alasan. ”
Shogun : ”Ada aturan untuk setiap kejadian,”. ”
yang dibuat dengan sangat hati-hati agar dipatuhi setiap orang. Aku tidak membuat pengecualian dalam hal ini – bahkan tidak untuk keluargaku....”.
” Tindak kejahatannya sudah jelas. Begitu juga hukumannya,...”
Analisis :
Asano yang semula memang sudah tidak menyukai Kira, akhirnya menusuk Kira setelah berbagai perlakuan Kira yang menyudutkan dan dengan
sengaja mempermalukan Asano. Perkataan Kira yang menyinggung istri Asano, menyulut rasa amarah Asano dan membuatnya dengan sengaja mengeluarkan
pedang di dalam Istana Shogun. Peraturan dalam Istana Shogun yang melarang untuk mengeluarkan pedang membuat Asano semakin tersudut dan bersalah.
Peraturan Keshogunan yang dibuat secara hati-hati agar dapat dipatuhi oleh seluruh pengikutnya menjadi aturan terikat dikalangan samurai yang kemudian
dapat berubah menjadi sanksi apabila dilanggar, hal ini sesuai dengan peraturan Keshogunan yang telah dibuat. Percakapan di atas adalah bukti kerasnya
peraturan Shogun kepada bawahannya bahkan tidak terkecuali untuk keluarga Shogun sendiri.
Peraturan tersebut ditetapkan bagi siapa saja yang melakukan kesalahan, dan hukuman itu diberikan kepada Asano yang dianggap telah melakukan
kesalahan dan melukai salah satu pejabat Koke yang sama sekali tidak melakukan perlawanan terhadap Asano. Kejadian ini membuat Shogun mengeluarkan
keputusan tegas untuk Asano yaitu hukuman mati, namun karena berbagai
Universitas Sumatera Utara
46
pertimbangan dan atas perlakuan Asano yang baik, membuat Shogun memberikan kesempatan kepada Asano untuk meninggal secara terhormat melalui upacara
agung Seppuku. Walaupun Asano merasa kesalahan tidak sepenuhnya berada pada dirinya,
namun ia tetap menerima hukuman tersebut, sebagai perwujudan pengabdiannya kepada atasan. Pengabdian, kepatuhan serta kesetiaan para samurai terhadap
Shogun tetap dijunjung tinggi meskipun terkadang berlawanan dengan anak buah, namun sebagai samurai yang berideologikan Bushido, melawan majikan
merupakan hal tabu dalam kode etik samurai dan sangat dihindari. Ketidaksenangan atau ketidakpuasan terhadap keputusan Shogun harus tetap
diterima. Hal ini juga dapat dilihat pada hal 94 bab 5, ketika utusan Shogun datang ke kastil Asano untuk mengambil alih kastil tersebut :
Cuplikan 3 : ...Sudah tiba waktunya mereka memberitahukan keluarga untuk berkemas,
dan hanya boleh membawa barang yang dapat dibawa sendiri. Dia menekankan bahwa mereka harus menaati perintah Shogun atas pengambil alihan sesuai isi
surat itu...
Analisis:
Keputusan Shogun untuk mengambil alih Kastil dapat diterima oleh para mantan samurai, penerimaan keputusan ini seiring dengan petisi yang diajukan
mantan samurai kepada pihak Keshogunan, dan berharap Shogun dapat mempertimbangkan petisi mereka. Namun Shogun adalah seseorang yang
Universitas Sumatera Utara
47
memegang etika dan aturan yang mengikatnya sebagai seorang pemimpin untuk bertindak adil, keputusannya menolak petisi itu membuat para mantan samurai
berang dan berniat membalaskan dendam mantan majikannya ysitu Asano. Dendam yang selama ini ditanggung para Ronin menimbulkan satu tindakan
tegas dari Shogun, bahwa dendam merupakan hal yang dilarang, sebagai konsekuensinya para Ronin menerima hukuman dari Keshogunan. Penetapan
hukuman ini juga diberikan oleh Shogun berdasarkan aturan yang berlaku. Walaupun masih dapat dipertimbangkan, namun Shogun tetap mengambil
keputusan tegas atas perilaku Adauchi tersebut. Percakapan antara Shogun dan Kepala Biara Ueno berikut, menunjukkan seorang yang Shogun tetap memegang
teguh prinsip, dan etika dalam menentukan hukuman yaitu pada hal 308-309, bab20.
Cuplikan 4 : Pendeta
: ”Ada undang- undang yang melarang balas dendam”, pendeta berambut putih itu dengan lembut mengingatkan .
Pendeta : ”Coba pikirkan akibat jika kita membebaskan pelanggar undang-
undang itu ”. Shogun
: ”Aku tak bermaksud membebaskan”. ”Namun sebagai pemimpin spiritual, mungkin anda dapat mengusulkan keringanan...”
Analisis :
Walaupun bentuk kesalahan para Ronin yang sudah melakukan balas dendam untuk majikannya membuat Shogun marah, namun Shogun tetap
Universitas Sumatera Utara
48
berusaha untuk berlaku adil dengan mempertimbangkan keputusan yang akan diberikan kepada para mantan samurai. Shogun berusaha untuk dapat memberikan
contoh yang terbaik untuk para samurai. Shogun yang dikenal sebagai pelindung
binatang sangat menjunjung tinggi kepatuhan terhadap segala aturan yang telah
ditetapkan, bahkan untuk keluarganya sendiri. Prinsipnya ini menjadi teladan bagi para pengikutnya bahwa setiap tindakan yang diperbuat harus dapat
dipertanggung jawabkan. Pengabdian kesetiaan Shogun dicontohkan dengan konsistensinya dalam mematuhi aturan-aturan yang dibuat, ia mengajarkan kepada
samurai bahwa segala peraturan yang ada, diterapkan untuk semua tanpa terkecuali termasuk dirinya sendiri. Orang yang telah melanggar aturan wajib
dihukum bahkan kepada Asano yang dianggap memiliki perilaku yang cukup baik dalam pemerintahannya. Perlakuan adil juga ditunjukkan Shogun dengan
mempertimbangkan segala masalah yang terjadi, pertimbangan ini menjadi suatu kewajiban bagi Shogun untuk dapat memutuskan hukuman tepat bagi samurai
yang bersalah.
3.3. Kesetiaan Terhadap Asano Takumi no Naganori