Dalam bagan struktur organisasi koperasi syariah terdiri dari rapat anggota, rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi,
keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat dimana tiap-tiap anggota mempunyai hak suara yang sama.
Kepengurusan koperasi syariah seperti pengurus dipilih oleh anggota koperasi syariah dalam rapat anggota dimana untuk pertama kalinya
susunan dan nama-nama pengurus dicatat dalam akta pendirian dan masa jabatannya paling lama 5 lima tahun. Pengurus minimal terdiri dari ketua
yang sejajar dengan dewan syariah dan dewan pengawas, sekretaris, dan bendahara .
Dalam mengelola koperasi syariah, pengurus dapat menunjuk pengelola yang dianggap cakap dan professional dengan jabatan manager
atau jika memungkinkan dan memiliki cakupan usaha yang luas maupun system organisasinya yang besar, maka manager tersebut dapat disetarakan
sebagai direktur, dan dibawahnya boleh disebut manager. Koperasi syariah dapat dikelola oleh seorang direktur yang dibantu oleh para manager
seperti manager unit jasa keungan syariah yang membawahi bagian operasional dan marketing. Dan manager sector riil yang membawahi
bagian perdagangan, produksi, dan jasa.
7. Manajemen Koperasi Syariah
a. Manajemen Umum
Koperasi syariah adalah termasuk lembaga keuangan yang harus dikelola secara amanah, professional, dan mandiri. Koperasi syariah
juga merupakan factor penting sebagai pendukung utama dalam mewujudkan pilar perekonomian suatu bangsa umat. Disamping itu
juga dituntut untuk melakukan berbagai inovasi dan menjalin sinergi dalam pengimplementasian berbagai program. Prestasi sebuah koperasi
syariah bukan semata-mata ditentukan oleh pendapatan atau laba saja, melainkan juga ditentukan oleh ketepatan penyalurannya dan
keberhasilan melakukan sinergi dengan lembaga sejenis.
5
Mengingat begitu pentingnya koperasi syariah, maka dibutuhkan suatu strategi dan sasaran koperasi syariah yang matang dan
dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Koperasi Syariah RKATKS sebagai acuan pengurus dalam melakukan
kegiatan operasional koperasi syariah. RKATKS dibuat oleh pengelola dan pengurus pada periode akhir tahun, sehingga awal tahun
sudah dapat digunakan sebagai acuan operasional.
6
b. Manajemen Resiko Koperasi Syariah
Resiko manajemen koperasi syariah pada unit jasa keuangan syariah memiliki 5 macam tingkat resiko yang terdiri atas :
1 Resiko likuiditas Kelancaran pengembalian investasi harus tetap dijaga
guna memperkecil resiko likuiditas koperasi syariah. Pemeliharaan likuiditas dapat dilakukan dengan menghitung
5
Tim Dakwatuna, “Ekonomi Syariah, Koperasi dalam Islam”,artikel di akses pada 10 januari 2010 dari
http:timdakwatuna.comekonomisyariahkoperasidalam islam
6
Kementrian negara koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia, Petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah, Jakarta, 2009,h.17
Cash Rasio CS : kas dan setara kas
Hutang lancar Financing Debt Ratio FDR :
total pembiayaan Penghimpunan dana
2 Resiko Pembiayaan Dalam memberikan pembiayaan perlu ditekankan analisa
pembiayaan yang cermat dengan memperlakukan prinsip kehati- hatian.
Pemantauan kepatuhan anggota pembiayaan harus senantiasa dapat dikontrol melalui kartu pembiayaan setiap
bulannya oleh bagian pembiayaan maupun manager koperasi syariah.
Pengikatan agunan dilakukan secara notariil setelah diadakan taksasi agunan dengan melihat NJOP bagi anggota
pembiayaan yang menyerahkan jaminan dalan bentuk SHM Sertifikat Hak Milik atau harga pasaran bagi BPKB kendaraan
mobil maupun motor setelah dibuktikan kebenarannya nomor mesin dengan BPKB nya.
3 Resiko Operasional Pembentukan Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva
CPPA harus dibentuk oleh manajemen koperasi syariah yakni sebesar 0,5 bagi setiap pembiayaan lancar, 10 bagi pembiayaan
yang kurang lancar, 50 bagi pembiayaan yang diragukan tingkat
pengembaliannya dan 100 bagi pembiayaan dengan kategori macet.
Setiap kali dewan pengawas menemukan transaksi yang tidak sesuai dengan rencana kerja yang dibuat pengurus koperasi
syariah ataupun terjadi penyimpangan dalam operasional oleh manajemen, maka harus segera melaporkan pada pengurus untuk
segera mengadakan perbaikan maupun pembenahan.
7
4 Resiko Umum Setiap akad-akad perjanjian sedapat mungkin dibuat
berdasarkan notariil, dan menyebutkan dalam klausul akad tersebut “apabila terjadi permasalahan dikemudian hari, maka
kedua belah pihak sepakat akan diselesaikan oleh BASYARNAS Badan Syariah Arbitrase Nasional” atau pengadilan agama
setempat. Pengelola koperasi syariah yang melayani anggotanya
dari berbagai lapisan masyarakat sangat rentan terhadap pembiayaan-pembiayaan bermasalah. Untuk itu perlu mengambil
langkah-langkah tertentu dalam bentuk prefentif yaitu dengan melakukan perubahan melalui Restructuring penataan kembali,
Rescheduling Penjadwalan kembali, dan Reconditioning Persyaratan kembali.
7
Muhammad, Manajemen dana bank syariah” Yogyakarta:Ekonosia,2004 cet 1,h.144
5 Resiko Kepengurusan dan Pengelolaan Pengurus dan pengelola koperasi syariah tidak boleh
mencampuri usaha-usaha koperasi dengan kepentingan usaha pribadi, saudara dan keluarganya. Usaha-usaha koperasi syariah
harus dilakukan secara independent tanpa dicampuri urusan pribadi pengurus maupun pengelola.
Pengurus dan pengelola harus memiliki kemampuan meningkatkan permodalan koperasi syariah, jika tidak maka
usahanya tidak akan berkembang. Dalam menjalankan operasional koperasi syariah
penanggung jawab bidang pembiayaan tidak boleh melakukan hal- hal yang cenderung menguntungkan pribadinya seperti meminta
atau menerima suatu pemberian sesuatu baik uang tips maupun dalam bentuk barang dari anggota yang terlibat dalam pembiayaan.
Dewan pengawas harus benar-benar melakukan fungsi pengawasan secara kontinu ataupun berkala, guna menghindari
resiko penyimpangan yang kemungkinan terjadi.
c. Manajemen Pemasaran