Stratetegi koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingkat Non Performing Financing ( NPF): studi kasus pada KJK Syariah Arrahmah cinere

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh : Aan Afrianti 205046100588

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MU’AMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

FINANCING (NPF)

(STUDI KASUS PADA KJK SYARIAH ARRAHMAH CINERE)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh:

Aan Afrianti 205046100588

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing 1 Pembimbing II

Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag Syahrul A’dam, M.Ag

NIP.150 318 308 NIP.

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MU’AMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 21 Juni 2010 Mengesahkan

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031021

PANITIA UJIAN

Ketua : Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (………...……….) NIP. 195505051982031021

Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA (………..……….) NIP.

Pembimbing 1 : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag (………..……….) NIP. 197407252001121001

Pembimbing II: DR. Syahrul A’dam, M.Ag (………..……….) NIP.197305032000031002

Penguji 1 : Yuke Rahmawati, SAg, MA (………...….) NIP. 197509032007011016

Penguji II : Dra. Nuriyah Taher, MM (………...…….) NIP.


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Juni 2010


(5)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan inayah-Nya tugas akhir skripsi ini dapat diselesaikan. Selanjutnya shalawat dan salam senantiasa kami persembahkan kepada Nabi Muhammad saw, yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar sekaligus menyempurnakan akhlak manusia melalui petunjuk Ilahi.

Dan tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM dan Bpk. Drs. H. Ahmad Yani, MA

3. Pembimbing penulis, Bpk Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. dan Bpk Syahrul A’dam, M.Ag. yang telah senantiasa memberikan waktu untuk berdiskusi dan memberikan saran hingga terselesaikan skripsi ini.

4. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan materi perkuliahan, ilmu, dan bimbingan akhlak semasa kuliah hingga selessai skripsi ini.


(6)

6. Perpustakaan Fakultas Syariah yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

7. Kepada Ayahanda tercinta Muhammad Sobri dan Ibunda tercinta Tati Ismayanti, Adik-adikku Yuli Anisah dan M. Rifqi Bachtiar, abangku Azis Sukma Dhiana S.Kom. Saudaraku Bpk. Sabil. yang tidak henti-hentinya mendoakan dan memberikan pengorbanan yang tak terhitung nilainya. Begitu juga kepada saudara-saudara lainnya yang telah memberikan bantuan moril dan materil yang tak ternilai, semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik…..Amin. 8. Teman-teman mahasiswa Jurusan Muamalat Program Non Reguler angkatan

2005 Abdul Alim, Taufik Hidayat, dan Erdi Marduwira yang memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Serta pihak-pihak lain yang memberikan bantuan, yang tidak mungkin disebutkan semua.

Demikian, semoga tugas akhir ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak. Apabila masih terdapat kekurangan mohon masukan dan saran, agar penulis dapat memperbaiki kekurangan tersebut di waktu yang akan datang……

Jakarta, 21 Juni 2010


(7)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 9 D. Review Studi terdahulu 10

E. Metode Penelitian 11

F. Sistematika Penulisan 14

BAB II LANDASAN TEORI

A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah 16 1. Pengertian Koperasi Jasa Keuaangan Syariah 16 2. Tujuan Koperasi Syariah 17 3. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah 17 4. Landasan Koperasi Syariah 20 5. Prinsip Operasional Koperasi Syariah 21 6. Struktur Organisasi Koperasi Syariah 24 7. Managemen Koperasi Syariah 25 B. Pembiayaan Bermasalah (NPF/ 30

Non Performing Financing)

1. Pengertian Pembiayaan 30 2. Pengertian Pembiayaan bermasalah 32

3. Tujuan Pembiayaan 34

4. Fungsi Pembiayaan 35


(8)

C. Strategi Pembiayaan Bermasalah 43 1. Pengertian Strategi 43 2. Strategi Fungsional Keungan 47 3. Strategi menekan tingginya tingkat 49

pembiayaan bermasalah

BAB III COMPANY PROFILE

A. Sejarah berdirinya dan perkembangan 62 KJK Syariah Arrahmah

B. Visi dan Misi 64

C. Managemen dan Organisasi 65 D. Produk yang ada di KJK Syariah Arrahmah 67

BAB IV STRATEGI KJK SYARIAH ARRAHMAH

DALAM MENEKAN TINGKAT NPF

A. Mekanisme pembiayaan pada KJK Syariah Arrahmah 85 B. Perhitungan Tingkat NPF pada KJKS Arrahmah 90

periode 31 Desember 2006, 2007 dan 2008

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan 93 bermasalah padaKJK Syariah Arrahmah

D. Strategi KJK Syariah Arrahmah dalam 96 menekan tingkat pembiayaan bermasalah (NPF)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 104


(9)

A. Latar Belakang

Sistem ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang dikembangkan berdasarkan syariah Islam sehingga banyak pula pihak yang menyebutnya ekonomi Islam. Di dunia, ekonomi syariah telah menjadi tren global dengan prinsip universalitasnya. Sementara itu, di Indonesia, beberapa tahun belakangan ini ekonomi syariah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan.

Keberadaan sistem ekonomi Islam berawal dari definisi atau pemahaman bahwa Islam merupakan sistem hidup yang mengatur semua sisi kehidupan, yang menjanjikan keselamatan dunia dan akherat bagi para penganutnya. Lebih dari satu abad sistem ekonomi modern (konvensional) telah melayani kepentingan manusia dalam memenuhi kebutuhan atau kepuasan mereka. Ekonomi modern tidak memiliki batasan improvisasi dalam berekonomi, kecuali mereka harus berhadapan dengan kekuatan pasar yang biasa diklaim sebagai invisible hand. Oleh sebab itu, tumpuan perhatian masalah ekonomi lebih ditujukan pada bagaimana mengatasi kondisi kelangkaan akan sumber daya ekonomi yang dihadapi setiap individu.1

1

Ali Sakti, Analisis teoritis ekonomi Islam jawaban atas kekacauan ekonomi modern. (Jakarta: Aqsa Publishing, 2007), cet 1


(10)

Dengan penduduk mayoritas muslim, perkembangan ekonomi syariah di negara kita seharusnya memiliki prospek yang cerah, apalagi ekonomi syariah juga menganut prinsip universalitas, artinya prinsip syariah ini juga dapat diperuntukkan bagi semua kalangan. Sebagai contoh, market share perbankan syariah di Indonesia masih sekitar 2,3%. Sementara itu, di Singapura yang berpenduduk nonmuslim, market share perbankan syariahnya mencapai 6,5%.2

Terwujudnya perkembangan lembaga keuangan syariah, selain karena ada kebutuhan di masyarakat juga karena berlakunya dual banking system dalam perbankan nasional. Sistem perbankan nasional telah menempatkan subsistem syariah sebagai alternatif dari subsistem konvensional, khususnya dalam pelayanan baik dalam untuk memenuhi kebutuhan (permintaan) dana maupun memanfaatkan kelebihan (penawaran) dana di masyarakat

Sebagai suatu sistem, perbedaannya terletak pada kaidah dan prinsip syariah yang digunakan sebagai landasan transaksinya. Mudahnya dalam sistem syariah tidak dikenal transaksi yang memakai dasar “perkiraan” maupun per-hitungan “bunga” (yang umumnya menjadi dasar perper-hitungan dalam bisnis keuangan–simpan pinjam secara konvensional).

Konsep bunga dalam ajaran Islam dianggap mengandung aspek (riba) yang diharamkan. Demikian pula dilarang untuk mengaplikasikan perlakuan transaksi yang sifatnya mengandung spekulasi dan juga ketidakjelasan.

2


(11)

Salah satu cara untuk mewujudkan pembangunan sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu tercapainya masyarakat yang adil dan makmur baik materiil maupun spirituil adalah berkoperasi. UUD 1945 menegaskan di dalam pembukaannya bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Penegasan diatas tidak terlepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan yaitu negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karena pembukaan UUD 1945 beserta seluruh pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalamnya menjiwai batang tubuh UUD, maka tujuan itupun dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal, seperti pasal 27,33,dan 34. namun demikianm diantara pasal-pasal tersebut yang paling pokok dan melandasi usaha-usaha pembangunan di bidang ekonomi adalah pasal 33.3

Koperasi sebagai sebuah lembaga ekonomi rakyat telah lama dikenal di Indonesia, bahkan Dr. Muhammad Hatta, salah seorang Proklamator Republik Indonesia yang dikenal sebagai Bapak Koperasi, mengatakan bahwa Koperasi adalah Badan Usaha Bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar kebersamaan hak dan kewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.

3

Muhammad firdaus, Agus Edhi Susanto, Perkoperasian, sejarah, teori, dan praktek, (Bogor : Ghalia Indonesia Anggota IKAPI, 2004), cet 2, h.37


(12)

Menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian, dalam Bab I, Pasal 1, ayat 1 dinyatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Tujuan pendirian Koperasi, menurut UU Perkoperasian, adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Koperasi syariah mulai diperbincangkan banyak orang ketika menyikapi semaraknya pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia. Baitul Maal Wattamwil yang dikenal dengan sebutan BMT yang dimotori pertama kalinya oleh BMT Bina Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu memberi warna bagi perekonomian kalangan akar rumput yakni para pengusaha mikro.4

Lembaga BMT yang memiliki basis kegiatan ekonomi rakyat dengan falsafah yng sama yaitu : dari anggota oleh anggota untuk anggota” maka berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992, berhak mnggunakan badan hukum koperasi, letak perbedaannya dengan koperasi konvensional salah satunya terletak pada teknis operasionalnya saja, Koperasi syariah mengharamkan bunga dan mengusung etika moral dengan melihat kaidah halal dan haram dalam melakukan usahanya.

4


(13)

Berangkat dari kebijakan pengelolaan BMT yang memfokuskan anggotanya pada sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana dan pendayagunaannya tersebut maka bentuk yang idealnya BMT adalah Koperasi Simpan Pinjam Syariah yang selanjutnya pada tahun 2004 oleh kementrian koperasi disebut KJKS (Koperasi Jasa keuangan Syariah). Berdasarkan keputusan Menteri Koperasi RI No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004. ”Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah”.

Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang sehat, baik, dan halal. Koperasi syari’ah sangat strategis dalam mengembangkan sumberdaya dan mendistribusikannya secara adil. Karena, mengeluarkan harta (asset) untuk diputar, diusahakan, dan diinvestasikan secara halal adalah kewajiban syariah. Uang dan harta bukan untuk ditimbun. membuat aset nganggur (idle) sama dengan memubadzirkan nikmat Allah dan tidak mensyukurinya.5

Berbagai produk layanan syariah didefinisikan dan diatur oleh Dewan Syariah Nasional melalui sejumlah fatwanya. Aplikasinya harus didukung oleh pemahaman kedua belah pihak yang bekerja sama, dan hasilnya diwujudkan melalui keputusan yang tercantum dalam “akad keuangan syariah”. Dalam kelembagaannya, koperasi jasa keuangan syariah secara rasional juga dituntut untuk bertindak hati-hati (prudent), karena mereka mengemban amanah

5


(14)

pengelolaan “milik anggotanya”, melalui penyelenggaraan berbagai upaya memanaj usahanya dengan efektif.

Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) kian menggembirakan. Kini setidaknya terdapat 3.900 LKMS atau baitul maal wattamwil (BMT), yang membiayai sekitar 3 juta orang pengusaha mikro dan super mikro di Indonesia.6 sebanyak 78,8 persen BMT memiliki aset antara Rp 50 juta-Rp 500 juta. Sebanyak 4,8 persen memiliki aset di atas Rp 1 miliar. Sisanya, 9,3 persen memiliki aset di bawah Rp 50 juta.7 Hingga kini total aset yang dimiliki LKMS diperkirakan mencapai Rp 3 triliun, dengan rasio pembiayaan terhadap simpanan melebihi 100 persen. Diperkirakan, dana masyarakat yang dihimpun BMT sebesar Rp 2,2 triliun.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah (selanjutnya disebut KJKS Arrahmah) merupakan lembaga keuangan syariah non bank, yang berdiri pada tanggal 5 Februari 2005 dengan modal awal kurang lebih 200 juta rupiah. Meskipun masih terbilang muda nasabah Koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah mencapai kurang lebih 3000 nasabah

Produk yang ditawarkan KJK Syariah Arrahmah meliputi Penghimpunan dana/investasi, seperti Simpanan multi guna, Simpanan qurban, Simpanan idul Fitri, simpanan pendidikan, simpanan siswa, dan Deposito Syariah dari

6

Saat Suharto, CEO Permodalan BMT ventura, artikel di akses pada 21 April 2010 dari http://bmtcenter.com/2008/04/bmtventura

7

Minako Sakai UNSW Australia, Harnessing Islamic Microfinance, Policy Briefs, Australia Indonesia Governance Research Partnership 2008, (Jakarta, 21 April 2010)


(15)

Masyarakat yang diberikan amanah dari Allah berupa keleluasaan rezeki dan bagi mereka yang menginginkan pertambahan nilai dananya secara aman, prospektif dan membawa keberkahan dalam kehidupan. Sedangkan produk pembiayaan meliputi pembiayaan modal kerja Murabahah, KPM (Kepemilikan Mobil/Motor) Murabahah Multiguna, dan Pembiayaan Ijarah.

Pada pertengahan tahun 2009 Koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah dinobatkan sebagai koperasi terbaik tahun 2009 tingkat Kota Depok. Dinilai sebagai yang terbaik karena memiliki laporan keuangan yang teratur dan menggunakan standar keuangan yang benar.8 Setiap bulannya koperasi jasa keuangan syariah arrahmah selalu melaporkan laporan keuangannya ke kantor pajak dan Departemen Koperasi. Berdasarkan laporan keuangan yang ada sampai Desember 2009 total asset KJKS Arrahmah mencapai Rp 3.112.862.000,- dengan jumlah pembiayaan mencapai Rp 1.827.539.000,- dan tingkat NPF kurang dari 5% setiap tahunnya.

Padahal, kalau dilihat dalam laporan keuangan di KJKS lain seperti halnya di KJKS A tingkat NPFnya antara 6% sampai 8% dengan jumlah pembiayaan setiap tahunnya sampai dengan Desember 2009 mencapai 3.243.994.269.-9

Berdasarkan dari latarbelakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai strategi yang digunakan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

8

Herry Setiawan, “Arrahmah Koperasi terbaik,”tabloid monitor depok,

Redaksi@jurnaldepok.com 27 Juli 2009

9


(16)

Arrahmah dalam menekan tingkat NPF dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam Menekan Tingkat NPF”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari judul diatas ada beberapa masalah yang bisa di identifikasi oleh penulis diantaranya :

a. Sebab munculnya pembiayaan bermasalah

b. Faktor yang mempengaruhi munculnya pembiayaan bermasalah c. Pengaruh adanya pembiayaan bermasalah terhadap dana nasabah d. Pengaruh adanya pembiayaan bermasalah terhadap total asset 2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan tidak terlalu meluas maka penulis merasa perlu untuk memberikan batasan masalah terhadap objek yang di kaji, adapun pembatasan masalah diantaranya:

a. Penulisan sekripsi ini hanya akan membahas tentang bagaimana strategi yang digunakan oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam Menekan Tingkat Non Performing Financing

b. Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah


(17)

3. Perumusan Masalah

a. Bagaimana Strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan Tingkat NPF?

b. Apakah strategi di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah efektif untuk menekan tingkat NPF?

c. Faktor apa saja yang mendukung atau menghambat upaya Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF

b. Untuk mengetahui tingkat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF

c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang di hadapi Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah

2. Manfaat penelitian

Manfataat dari hasil penelitian dan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Teoritis: penelitian ini berguna untuk memberikan informasi dan kontribusi bagi kalangan intelektual, pelajar, praktisi, akademisi


(18)

institusi dan masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh tentang strategi koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingkat NPF.

b. Praktis: Penulisan skripsi ini diharapkan menjadi input bagi Koperasi Jasa Keuangan Syariah lain dalam mengurangi tingkat pembiayaan bermasalah.

c. Kebijakan: Penulisan skripsi ini juga diharapkan sebagai bahan pengambilan keputusan oleh koperasi syariah khususnya koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah. Untuk lebih banyak belajar lagi mengenai pembiayaan bermasalah.

D. Review Studi terdahulu

Berdasarkan studi review terdahulu yang penulis lakukan dari beberapa literatur yang ada diantaranya:

1. Skripsi Rosidah tahun 1426 H/ 2005 M dengan judul Analisis SWOT Strategi BMT dalam peningkatan UKM yang isinya Kajian Skripsi ini membahas tentang analisa SWOT Strategi BMT Al Munawaroh dalam Peningkatan UKM Kajian Skripsi ini membahas tentang analisa SWOT Strategi BMT Al Munawaroh dalam Peningkatan UKM Persamannnya yang penulis maksudkan yaitu sama-sama membahas tentang strategi BMT ,


(19)

sedangkan letak perbedaannya pada masalah apa yang penulis teliti lebih terfokus dalam penekanan tingkat NPF.10

2. Skripsi Muhammad tahun 1424 H/ 2003 M dengan judul Analisa terhadap kesehatan Lembaga Mikro Syariah yang isinya membahas tentang cara menganalisa dan mengukur tingkat kesehatan BMT, Persamaannya yang penulis maksudkan yaitu sama-sama membahas tentang cara mengukur tingkat kesehatan BMT, sedangkan letak perbedaannya pada masalah apa yang mau diteliti (kajian) serta objek penelitiannya, sedangkan penulis lebih terfokus pada strategi dalam menekan tingkat NPF.11

E. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fungsi dari permasalahan yang ada12, seperti penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah, cara mengatasinya dan strategi yang digunakan dalam menekan tingkat pembiayaan bermasalah.

10

Rosidah.” Analisis SWOT Strategi BMT dalam peningkatan UKM” (UIN Jakarta, Skripsi) 2005

11

Muhammad, ” Analisa terhadap kesehatan Lembaga Mikro Syariah” (UIN Jakarta, Skripsi) 2003

12

www.Organisasi.org Kajian Wacana Bahasa Indonesia Kupas Tuntas Metode Penelitian Kualitatif Bag. 2 diakses pada 7 April 2010


(20)

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian menggunakan Studi kasus. Jenis pendekatan studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk kondisi dan lingkungan masa lalunya.13

Kasus yang diangkat dalam penelitian ini berkaitan dengan masalah strategi Koperasi Jasa Keuangan Syariah dalam menekan Tingkat NPF yang dilakukan KJKS Arrahmah Cinere.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang didapatkan secara langsung dari sumber aslinya seperti subyek yang diwawancarai.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari sumber yang kedua, seperti buku-buku dokumen atau arsip-arsip yang didapat dari KJKS Arrahmah. Seperti halnya buku petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah kementrian negara koperasi dan usaha kecil dan menengah republik indonesia tahun 2009, BMT dan Bank Islam Instrumen lembaga keuangan syariah.

4. Teknik Pengumpulan Data

13

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 23.


(21)

Dalam menyusun skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data dengan cara :

a. Studi Dokumentasi

Yaitu dengan membaca buku literatur yang relevan dengan topik masalah dalam penelitian ini, serta mempelajari dokumen-dokumen atau arsip-arsip koperasi syariah tentang pembiayaan bermasalah. Berupa data-data yang diperoleh melalui laporan rapat anggota tahunan koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah sebagai studi dokumentasi.

b. Wawancara (interview)

Dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait. Dalam hal ini tatap langsung dengan tokoh lembaga atau fungsionaris KJKS Arrahmah.

c. Studi Kepustakaan (library research)

Salah satu hal penting yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mempelajari beberapa literatur tetulis baik yang bersumber pada buku, jurnal, majalah, artikel, makalah, koran dan internet, maupun dari sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, yang dihimpun dari berbagai tempat.

5. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interprestasikan. Data yang diolah adalah data kualitatif,


(22)

sedangkan analisanya mempergunakan analisa deskriptif. Penulis akan menggambarkan hasil penelitian tersebut dengan logika akal dari data tersebut untuk mengambil sebuah kesimpulan.

6. Pedoman Penulisan Laporan

Penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.14

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan beberapa sub bab. Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini sistematika penulisannya secara lengkap:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi terdahulu, metode dan objek penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian koperasi syariah, manajemen strategi, pengertian pembiayaan dan dasar hukumnya, serta aspek kesehatan koperasi.

14


(23)

BAB III TINJAUAN UMUM KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH ARRAHMAH

Penulis akan menuliskan sejarah singkat Koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah, Struktur Organisasi Visi, Misi, produk simpanan, serta roduk pembiayaan.

BAB IV ANALISIS STRATEGI KOPERASI JASA KEUANGAN

SYARIAH DALAM MENEKAN TINGKAT NPF

Penulis akan membahas mengenai mekanisme pembiayaan pada koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah, pencapaian keberhasilan koperasi dalam menekan tingkat NPF, serta membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian. Selain itu juga berisi saran dari penulis selama melakukan penelitian


(24)

A. Koperasi Jasa Keuangan Syariah

1. Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil (Syariah).1

Koperasi syariah berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Membentuk koperasi memang diperlukan keberanian dan kesamaan visi dan misi di dalam intern pendiri. mendirikan koperasi syariah akan memerlukan perencanaan yang cukup bagus agar tidak berhenti di tengah jalan.

Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat (thayib) serta menguntungkan dengan system bagi hasil, dan tidak riba, perjudian (maysir) serta ketidak jelasan (ghoror). Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha koperasi. Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus dinyatakan sah berdasarkan fatwa dan

1

Kementrian Koperassi UKM RI, Petunjuk teknis program perkuatan Koperasi jasa keuangan syariah / Unit Jasa Keuangan Syariah untuk pemberdayaan usaha mikro (Jakarta, 2009) h.3


(25)

ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonnesia. Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.2

2. Tujuan Koperasi Syariah

Tujuan sistem koperasi syariah yaitu Mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai norma dan moral Islam, Menciptakan persaudaraan dan keadilan sesama anggota, Pendistribusian pendapatan dan kekayaan yang merata sesama anggota berdasarkan kontribusinya, Kebebasan pribadi dalam kemaslahatan social yang didasarkan pada pengertian bahwa manusia diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah, Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta turut membangun tatanan perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.3

3. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah

Dalam koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari keuntungan untuk kesejahteraan anggota, baik dengan cara tunai atau membungakan uang yang ada pada anggota. Para anggota yang meminjam tidak dilihat dari sudut pandang penggunaannya hanya melihat uang pinjaman kembali ditambah dengan bunga yang tidak didasarkan kepada kondisi hasil usaha atas penggunaan uang tadi. Bahkan bisa terjadi jika ada anggota yang

2

M Shodiq Mustika, “Koperasi syariah apa dan bagaimana”,artikel diakses pada 29, Agustus 2009 dari http://msodik.blogspot.com/koperasi-syariah-apa-dan-bagaimana

3


(26)

meminjam untuk kebutuhan sehari-hari (makan dan minum), maka pihak koperasi memberlakukannya sama dengan peminjam lainnya yang penggunaannya untuk usaha yang produktif dengan mematok bunga sebagai jasa koperasi.

Pada koperasi syariah hal ini tidak dibenarkan, karena setiap transaksi (tasharuf) di dasarkan atas penggunaan yang efektif apakah untuk pembiayaan atau kebutuhan sehari-hari. Kedua hal tersebut diperlakukan secara berbeda. Untuk usaha produktif, misalnya anggota akan berdagang maka dapat menggunakan prinsip bagi hasil (Musyarakah atau Mudharabah) sedangkan untuk pembelian alat transportasi atau alat-alat lainnya dapat menggunakan prinsip jual beli (Murabahah).

Berdasarkan peran dan fungsinya maka, Koperasi Syariah memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai Manajer Investasi

Manajer investasi yang dimaksud adalah, koperasi syariah dapat memainkan perannya sebagai agen atau sebagai penghubung bagi para pemilik dana. Koperasi syariah akan menyalurkan kepada calon atau anggota yang berhak mendapatkan dana atau bisa juga kepada calon atau anggota yang sudah ditunjuk oleh pemilik dana.

Umumnya, apabila pemilihan penerima dana (anggota atau calon anggota) di dasarkan ketentuan yang diinginkan oleh pemilik dana, maka koperasi syariah hanya mendapatkan pendapatan atas jasa agennya.


(27)

Misalnya jasa atas proses seleksi anggota penerima dana, atau biaya administrasi yang dikeluarkan koperasi atau biaya monitoring termasuk reporting. Kemudian apabila terjadi wanprestasi yang bersifat force major yakni bukan kesalahan koperasi atau bukan kesalahan anggota, maka sumber dana tadi (pokok) dapat dijadikan beban untuk resiko yang terjadi. Akad yang tepat untuk seperti ini adalah Mudharabah Muqayyadah. b. Sebagai Investor

Peran sebagai investor (Shahibul Maal) bagi koperasi syariah adalah jika sumber dana yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman dari pihak lain yang kemudian dikelola secara professional dan efektif tanpa persyaratan khusus dari pemilik dana, dan koperasi syariah memiliki hak untuk terbuka dikelolanya berdasarkan program-program yang dimilikinya. Prinsip pengelolaan dana ini dapat disebut sebagai Mudharabah Mutlaqah, yaitu investasi dana yang dihimpun dari anggota maupun pihak lain dengan pola investasi yang sesuai dengan syariah. c. Fungsi social

Konsep koperasi syariah mengharuskan memberikan pelayanan social baik kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada masyarakat dhu’afa. Kepada anggota yang membutuhkan pinjaman darurat (emergency loan) dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan pengembalian pokok (Al Qard) yang sumber dananya berasal dari modal maupun laba yang dihimpun. Dimana anggota tidak dibebankan bunga


(28)

dan sebagainya seperti koperasi konvensional. Sementara bagi anggota masyarakat dhuafa dapat diberikan pinjaman kebajikan dengan atau tanpa pengembalian pokok (Qardhul Hasan) yang sumber dananya dari dana ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh). Pinjaman qordhul hasan ini diutamakan sebagai modal usaha bagi masyarakat miskin agar usahanya menjadi besar, jika usahanya mengalami kemacetan, ia tidak perlu dibebani dengan pengembalian pokoknya.

Fungsi ini juga membedakan antara koperasi konvensional dengan koperasi syariah dimana konsep tolong menolong begitu kentalnya sesuai dengan ajaran Islam “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kamu tolong menolong dalam permusuhan dan

perbuatan dosa.” (QS Al-Maidah : 2)

4. Landasan Koperasi Syariah

a. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi JasaKeuangan Syariah

b. Koperasi syariah berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


(29)

d. Koperasi syariah berlandaskan syariah Islam yaitu al-quran dan as-sunnah dengan saling tolong menolong (ta’awun) dan saling menguatkan (takaful).4

5. Prinsip Operasional Koperasi Syariah

Koperasi syariah memiliki keluwesan dalam menerapkan akad-akad muamalah, yang umumnya sulit dipraktekan pada perbankan syariah karena adanya keterbatasan peraturan dari Bank Indonesia – PBI (Peraturan Bank Indonesia). Prinsip dasar operasional koperasi syariah tersebut dapat digambarkan berikut:

4

………“Koperasi Syariah”, artikel di akses pada 20 November 2009 dari


(30)

Jasa-jasa 1. Wakalah 2. Kafalah 3. Hawalah 4. Ijaroh Investasi Pembiayaan 1. Mudharabah 2. Musyarakah Jual Beli 1. Murabahah 2. Salam 3. Istishna Penempatan lainnya 1. Bank Syariah 2. Koperasi Syariah

Porsi Koperasi Syariah L/R SHU Berjalan

Sumber Dana Koperasi Syariah 1. Simpanan Sukarela

- Simp. Wadiah

- Simp. Berjangka (mudharabah) 2. Investasi pihak lain

- Investasi terikat - Investasi tidak terikat 3. Dana ZIS

- Zakat

- Infaq dan Shodaqoh 4. Modal Koperasi

- Simpanan pokok + wajib - Dana Hibah

- L/R SHU berjalan

55% Revenue Distribution 45% Bagi Hasil Porsi

1. Simp. Berjangka 2. Investasi pihak lain Penempatan lainnya

4. Bank Syariah 5. Koperasi Syariah

FEE Margin Bagi Hasil Bagi Hasil Bank/kop Bonus


(31)

syariah di peroleh dari simpanan sukarela seperti simpanan wadiah dan simpanan berjangka mudharabah, investasi pihak lain, dana zakat infaq dan shodaqoh, dan dari modal koperasi seperti simpanan pokok simpanan wajib, dana hibah dan laba rugi sisa hasil usaha berjalan. Dari sumber dana koperasi syariah tersebut kemudian disalurkan untuk pembiayaan seperti dalam bentuk jasa dengan akad pembiayaan wakalah, kafalah, hawalah, dan ijaroh yang kemudian akan mendapatkan fee. Dalam bentuk jual beli dengan akad pembiayaan murabahah, salam, dan istishna yang kemudian akan memperoleh margin. Dalam bentuk investasi pembiayaan dengan akad mudharabah dan musyarakah dengan porsi bagi hasil, dan penempatan lainnya seperti penempatan pada bank syariah dan koperasi syariah dengan mendapatkan bagi hasil dari bank syariah dan koperasi syariah. Dari hasil yang di peroleh seperti fee, margin dan bagi hasil maka distribusi pembagiannya 55% porsi koperasi syariah untuk laba rugi SHU berjalan, dan 45% untuk bagi hasil simpanan berjangka dan investasi pihak lain, dan bonus untuk penempatan pada bank syariah dan koperasi syariah.


(32)

6. Struktur Organisasi Koperasi Syariah

Contoh Bagan Organisasi Koperasi Syariah

RAT

Dewan Pengawas Dewan Syariah KETUA

Pengurus

Sekretaris Bendahara

Marketing

Perdagangan Manager

Unit Sektor Riil Manager

Unit Jasa Keuangan Syariah Pengelola

Jasa Produksi Direktur


(33)

anggota, rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat dimana tiap-tiap anggota mempunyai hak suara yang sama. Kepengurusan koperasi syariah seperti pengurus dipilih oleh anggota koperasi syariah dalam rapat anggota dimana untuk pertama kalinya susunan dan nama-nama pengurus dicatat dalam akta pendirian dan masa jabatannya paling lama 5 (lima) tahun. Pengurus minimal terdiri dari ketua yang sejajar dengan dewan syariah dan dewan pengawas, sekretaris, dan bendahara .

Dalam mengelola koperasi syariah, pengurus dapat menunjuk pengelola yang dianggap cakap dan professional dengan jabatan manager atau jika memungkinkan dan memiliki cakupan usaha yang luas maupun system organisasinya yang besar, maka manager tersebut dapat disetarakan sebagai direktur, dan dibawahnya boleh disebut manager. Koperasi syariah dapat dikelola oleh seorang direktur yang dibantu oleh para manager seperti manager unit jasa keungan syariah yang membawahi bagian operasional dan marketing. Dan manager sector riil yang membawahi bagian perdagangan, produksi, dan jasa.

7. Manajemen Koperasi Syariah a. Manajemen Umum

Koperasi syariah adalah termasuk lembaga keuangan yang harus dikelola secara amanah, professional, dan mandiri. Koperasi syariah


(34)

juga merupakan factor penting sebagai pendukung utama dalam mewujudkan pilar perekonomian suatu bangsa (umat). Disamping itu juga dituntut untuk melakukan berbagai inovasi dan menjalin sinergi dalam pengimplementasian berbagai program. Prestasi sebuah koperasi syariah bukan semata-mata ditentukan oleh pendapatan atau laba saja, melainkan juga ditentukan oleh ketepatan penyalurannya dan keberhasilan melakukan sinergi dengan lembaga sejenis.5

Mengingat begitu pentingnya koperasi syariah, maka dibutuhkan suatu strategi dan sasaran koperasi syariah yang matang dan dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Koperasi Syariah (RKATKS) sebagai acuan pengurus dalam melakukan kegiatan operasional koperasi syariah. RKATKS dibuat oleh pengelola dan pengurus pada periode akhir tahun, sehingga awal tahun sudah dapat digunakan sebagai acuan operasional.6

b. Manajemen Resiko Koperasi Syariah

Resiko manajemen koperasi syariah pada unit jasa keuangan syariah memiliki 5 macam tingkat resiko yang terdiri atas :

1) Resiko likuiditas

Kelancaran pengembalian investasi harus tetap dijaga guna memperkecil resiko likuiditas koperasi syariah.

Pemeliharaan likuiditas dapat dilakukan dengan menghitung

5

Tim Dakwatuna, “Ekonomi Syariah, Koperasi dalam Islam”,artikel di akses pada 10 januari 2010 dari http://timdakwatuna.com/ekonomisyariah/koperasidalamislam

6

Kementrian negara koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik Indonesia,


(35)

Hutang lancar

Financing Debt Ratio (FDR) : total pembiayaan Penghimpunan dana 2) Resiko Pembiayaan

Dalam memberikan pembiayaan perlu ditekankan analisa pembiayaan yang cermat dengan memperlakukan prinsip kehati-hatian.

Pemantauan kepatuhan anggota pembiayaan harus senantiasa dapat dikontrol melalui kartu pembiayaan setiap bulannya oleh bagian pembiayaan maupun manager koperasi syariah.

Pengikatan agunan dilakukan secara notariil setelah diadakan taksasi agunan dengan melihat NJOP bagi anggota pembiayaan yang menyerahkan jaminan dalan bentuk SHM (Sertifikat Hak Milik) atau harga pasaran bagi BPKB kendaraan mobil maupun motor setelah dibuktikan kebenarannya nomor mesin dengan BPKB nya.

3) Resiko Operasional

Pembentukan Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva (CPPA) harus dibentuk oleh manajemen koperasi syariah yakni sebesar 0,5% bagi setiap pembiayaan lancar, 10% bagi pembiayaan yang kurang lancar, 50% bagi pembiayaan yang diragukan tingkat


(36)

pengembaliannya dan 100% bagi pembiayaan dengan kategori macet.

Setiap kali dewan pengawas menemukan transaksi yang tidak sesuai dengan rencana kerja yang dibuat pengurus koperasi syariah ataupun terjadi penyimpangan dalam operasional oleh manajemen, maka harus segera melaporkan pada pengurus untuk segera mengadakan perbaikan maupun pembenahan.7

4) Resiko Umum

Setiap akad-akad perjanjian sedapat mungkin dibuat berdasarkan notariil, dan menyebutkan dalam klausul akad tersebut “apabila terjadi permasalahan dikemudian hari, maka kedua belah pihak sepakat akan diselesaikan oleh BASYARNAS (Badan Syariah Arbitrase Nasional)” atau pengadilan agama setempat.

Pengelola koperasi syariah yang melayani anggotanya dari berbagai lapisan masyarakat sangat rentan terhadap pembiayaan-pembiayaan bermasalah. Untuk itu perlu mengambil langkah-langkah tertentu dalam bentuk prefentif yaitu dengan melakukan perubahan melalui Restructuring (penataan kembali), Rescheduling (Penjadwalan kembali), dan Reconditioning (Persyaratan kembali).

7


(37)

Pengurus dan pengelola koperasi syariah tidak boleh mencampuri usaha-usaha koperasi dengan kepentingan usaha pribadi, saudara dan keluarganya. Usaha-usaha koperasi syariah harus dilakukan secara independent tanpa dicampuri urusan pribadi pengurus maupun pengelola.

Pengurus dan pengelola harus memiliki kemampuan meningkatkan permodalan koperasi syariah, jika tidak maka usahanya tidak akan berkembang.

Dalam menjalankan operasional koperasi syariah penanggung jawab bidang pembiayaan tidak boleh melakukan hal-hal yang cenderung menguntungkan pribadinya seperti meminta atau menerima suatu pemberian sesuatu baik uang tips maupun dalam bentuk barang dari anggota yang terlibat dalam pembiayaan.

Dewan pengawas harus benar-benar melakukan fungsi pengawasan secara kontinu ataupun berkala, guna menghindari resiko penyimpangan yang kemungkinan terjadi.

c. Manajemen Pemasaran

Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha koperasi syariah yang ditujukan untuk memperkenalkan produk yang ditawarkan, menentukan tingkat margin, bagi hasil dan fee, mempromosikan, dan mendistribusikan aktiva secara produktif yang


(38)

dapat memberikan keuntungan maksimal baik kepada stake holder maupun share holder potensial.8

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwasannya proses pemasaran koperasi syariah harus dimulai sebelum terjadinya akad-akad pembiayaan. keputusan-keputusan pemasaran dibuat untuk:

1. Memperkenalkan produk dan jasa koperasi syariah yang ditawarkan

2. Menentukan anggota, calon anggota dan masyarakat yang akan dibidik

3. Menentukan tingkat margin, bagi hasil dan fee sebagai agen 4. Memberikan kepuasan pada anggota maupun masyarakat luas

Pemasaran merupakan ujung tombak dari sebuah usaha, oleh karenanya, komponen-komponen pemasaran koperasi syariah harus memenuhi kriteria-kriteria berikut ini :

1. Analisa pasar (Sasaran pasar, pesaing, harga dan kemasan produk) 2. Strategi pemasaran

3. Periklanan yang berkaitan dengan produk koperasi syariah 4. Humas sebagai sarana sosialisasi produk

5. Anggota dan calon anggota atau masyarakat lain.

B. Pembiayaan Bermasalah (Npf/Non Performing Financing) 1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah : kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota, calon

8


(39)

pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah bagi hasil dan pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut. 9

Definisi lain tentang pembiayaan yaitu : pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan.10

Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang/tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang di biayai dengan imbalan atau bagi hasil. Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan, bagi bank berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan diperoleh melalui bunga. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah berupa imbalan/bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian pembiayaan (kredit) beserta persyaratannya.11

9

Kementrian Koperasi UKM RI, Petunjuk teknis program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro (P3KUM) pola syariah (Jakarta, 2007 ) h.4

10

Muhammad, manajemen pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta, UPP. AMM, YKPN, 2002) h. 17

11


(40)

Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administrative serta sertifikat wadiah Bank indonesia.12

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lai yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (pasal 1 Angka 12 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan)13

2. Pengertian Pembiayaan Bermasalah / NPF (Non Performing Financing)

Non Performing Financing (NPF) adalah: pembiayaan/kredit

bermasalah disebut NPF pada bank syariah/NPL pada bank konvensional, menggambarkan situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mangalami resiko kegagalan. Bahkan menunjukan kepada bank akan mengalami resiko kegagalan.14

12

Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003

13

BPRS AL SALAAM , Program Pendidikan Officer. Modul 7:Manajemen

Pembiayaan.(Jakarta, 2008) h. 94

14


(41)

bank yang menggambarkan besarnya tingkat pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan.15 Dalam bank konvensional dikenal dengan istilah Non Performing Loan (NPL). Menurut dowd Non Performing Loan

(NPL) adalah peluang kejadian dimana pihak lawan akan gagal melakukan pembayaran sesuai perjanjian.16 Ssednagkan menurut Andrea Szczesny dan Ralf Ewert, Non Performing Loan (NPL) adalah apabila telah terjadi satu atau lebih peristiwa-peristiwa yakni: debitur tidak ingin membayar kewajibannya secara penuh; adanya peristiwa kerugian pembiayaan seperti restrukturisasi karena kesulitan yang mengakibatkan penundaan pokok, debitur menunggak lebih dari 90 hari atas kewajibannya, debitur dinyatakan bangkrut atas usahanya. 17

Golin pun menjelaskan bahwa berdasarkan praktek internasional, suatu kredit dimana bunga atau pokok yang telah jatuh tempo lebih dari 90 hari di klasifikasikan sebagai non performing loan. 18 NPL sendiri biasanya diklasifikasikan kedalam tiga atau lebih regulator. Classified loan meliputi kredit yang dipertimbangkan sebagai substandard (kurang lancar), doubtful (diragukan), dan Loss (macet).

15

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, lampiran 14

16

Kevin Dowd, Beyond Value at Risk, The new science of risk management, (England: John Willey & Sons, 1998) h, 142

17

Michael K Ong, Credit Ratings, Methodologies, Rationale and Default Risk, (London; Risk Book, 2002) h, 36

18

Jonathan Golin, The Bank credit analisis handbook, A, Guide for analysis, Banker and Investor (Singapore: John Willey & Son, 2001) h. 161


(42)

3. Tujuan Pembiayaan

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stake holder, yakni:19

a. Pemilik

Dari sumber pendapatan, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.

b. Pegawai

Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya.

c. Masyarakat 1) Pemilik dana

Sebagai pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.

2) Debitur yang bersangkutan

Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna menjalankan usahanya (sector produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif) 3) Masyarakat umumnya-konsumen

Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya

19


(43)

Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan Negara, disamping itu akan diperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaan-perusahaan)

4. Fungsi Pembiayaan

Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat penerima, diantaranya:20

a. Meningkatkan daya guna uang

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam prosentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktifitas.

Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas/memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Pada asasnya melaluipembiayaan terdapat suatu usaha peningkatan produktifitas secara menyeluruh.

Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi masyarakat.

20

Muhammad, “Manajemen pembiayaan bank syariah”, (Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005) h.19, review buku Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar dan teknik manajemen kredit, (Jakarta, Bina Aksara, 1983)


(44)

b. Meningkatkan daya guna barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/goring, peningkatan utility dari padi menjadi beras, benang menjadi tekstil dan sebagainya. c. Meningkatkan peredaran uang

Pembiayaan yang disalurkan via rekening-rekening Koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya. Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik kualitatif apalagi secara kuantitatif.

d. Menimbulkan kegairahan berusaha

Setiap manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi yaitu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, akan tetapi peningkatan usaha tidaklan selaludiimbangi dengan peningkatan kemampuannya yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena itu pulalah maka pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya.


(45)

Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain: pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi prasarana, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.

f. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional

Bank sebagai lembaga kredit/pembiayaan tidak saja bergerak di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Amerika serikat yang telah sedemikian maju organisasi dan system perbankannya telah melebarkan sayap perbankannya ke seluruh pelosok dunia, demikian pula beberapa Negara maju lainnya.

Negara-negara kaya tayu yang kuat ekonominya, demi persahabatan antar Negara banyak memberikan bantuan kepada Negara-negara yang sedang berkembang atau yang sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat-syarat yang ringan yaitu bunga yang relative murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalui bantuan kredit antara begara, maka hubungan antar Negara pemberi and penerima kredit akan bertambah erat terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan.

5. Kategori pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing)

Berikut ini dibahas berbagai permasalahan mengenai criteria dan pedoman berkaitan dengan kualitas Aktiva Produktif Koperasi. Dari pembahasan ini akan diketahui aktiva produktif yang masuk kategori lancar dan macet. Sumber pembahasan mengacu kepada Peraturan Bank


(46)

Indonesia No 6/18/PBI/2004 tentang kualitas Aktiva Produktif, tanggal 1 juli 2004 disebutkan bahwa aktiva produktif adalah penanaman dana Bank Syariah dalam bentuk (1) Pembiayaan (2) Piutang (3) Qard (4) Penem patan (5) Penyertaan modal (6) Penyertaan modal sementara (7) sertifikat Wadiah Bank Indonesia.21

Sedangkan Aktiva Produktif berupa pembiayaan, piutang, penempatan dana pada bank lain, dan Ijarah menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/18/PBI/2004 dikategorikan bermasalah yang dapat menyebabkan Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan dengan kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3) dan Macet (Kol 4).

6. Perhitungan Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing adalah suatu rasio yang

membandingkan tingkat pembiayaan bermasalah (pembiayaan yang dikualifikasikan) terhadap total pembiayaan yang diberikan. 22

Perhitungan Non Performing Financing (NPF) ada 2 macam yakni: 23

1. NPF (Gross) : Perbandingan antara pembiayaan yang memiliki Kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3). Macet (Kol 4) dibandingkan dengan Total Pembiayaan yang disalurkan.

RUMUS :

NPF (Gross) = Pembiayaan kol 2-4 X 100%

Total Pembiayaan

21

www.bi.go.id di akses pada 10 Januari 2010

22

Ibid

23


(47)

Kualitas Kurang Lancar (Kol 2), Diragukan (Kol 3), Macet (Kol 4) dikurangi dengan PPAP Khusus Kol 2-4 dibandingkan dengan total Pembiayaan yang disalurkan.

RUMUS:

Keterangan:

NPF (Neto) = (Pembiayaan kol 2-4) – (PPAP Kol 2-4) X 100% Total Pembiayaan

a. Pembiayaan yang diberikan merupakan pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kepada bank lain) b. Pembiayaan bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi

PPAP)

7. Skema proses penyaluran pembiayaan

Menolak Menyetujui

INISIASI

Identifikasi dan analisi resiko pembiayaan

DOKUMENTASI

Kelengkapan dokumentasi pembiayaan, jaminan, perijinan, jatidiri, dll

KOMITE PEMBIAYAAN

PENCAIRAN

Kontrol atas transaksi dan administrasi pembiayaan


(48)

Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh bagian pembiayaan dalam memperoleh calon anggota penerima pembiayaan yaitu Walk in Client dan solitasi. Walk in Client adalah calon anggota pembiayaan datang ke kantor koperasi syariah untuk mendapatkan pelayanan dan jasa. Biasanya calon anggota pembiayaan yang diperoleh dengan cara tersebut sebagian besar adalah memiliki cukup beresiko tinggi.ada kemungkinan calon anggota/masyarakat yang datang tersebut biasanya sudah pernah mengajukan pembiayaan di koperasi atau di bank lain dan permohonannya ternyata ditolak sehingga datang mengajukan permohonan tersebut ke koperasi syariah. Untuk itu prinsip kehati-hatian sangat diperlukan pihak pengelola, walaupun calon anggota pembiayaan mengeluarkan bermacam-macam dalih.24

Agar dana pembiayaan koperasi syariah aman dan manguntungkan, sebaiknya petugas pembiayaan mencari anggota pembiayaan yang di sebut solitasi. Kata lain dari solitasi adalah tindakan menjemput bola. Petugas pembiayaan harus pro aktif dalam mencari calon anggota pembiayaan pilihan dan sesuai criteria yang layak untuk dibiayai harus memenuhi syarat 6 C yaitu :25

1) Character behaviour (karakter akhlaknya)

Karakter ini dapat dilihat dari interaksi kehidupan keluarga dan para tetangganya. Untuk mengetahui lebih dalam adalah dengan bertanya

24

Arison Hendri “Penanganan pembiayaan bermasalah”, modul pelatihan pada Induk koperasi Syariah 22-23 Februari 2010

25

Andi pangeran hamzah “Upaya hukum penyelesaian pembiayaan bermasalah” modul pelatihan pada Induk koperasi syariah 23 Januari 2010


(49)

karakter/akhlaknya dari si calon penerima pembiayaan. 2) Condition of economy (kondisi usaha)

Usaha yang dijalankan calon anggota pembiayaan harus baik, dalam arti mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, menutupi biaya operasi usaha dan kelebihan dari hasil usaha dapat menjadi penambah modal usaha untuk berkembang. Apalagi kelak mendapat pembiayaan dari koperasi syariah maka usaha tersebut dapat tumbuh lebih baik dan akhirnya mampu untuk melunasi kewajibannya.

3) Capacity (kemampuan manajerial)

Calon anggota pembiayaan mempunyai kemampuan manajerial, handal dan tangguh dalam menjalankan usaha. Biasanya seorang wiraswasta sudah dapat mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dari usahanya apabila sudah berjalan minimal dua tahun. Oleh karena itu kebijakan yang berlaku dikoperasi syariah sebaiknya apabila calon anggota pembiayaan tersebut belum menjalankan usaha sejenis minimal dua tahun maka tidak dapat diproses permohonan pembiayaannya.

4) Capital (modal)

Calon anggota pembiayaan harus mampu mengatur keuangannya dengan baik. Pengusaha harus dapat menyisihkan sebagian keuntungan usahanya untuk menambah modal sehingga skala usahanya dapat ditingkatkan. Satu hal yang perlu diwaspadai adalah apabila usaha calon anggota pembiayaan yang sebagian besar struktur


(50)

permodalannya berasal dari luar (bukan modal sendiri) maka hal ini akan menimbulkan kerawanan pembiayaan bermasalah.

5) Collateral (jaminan)

Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota pembiayaan dimana sumber utama pelunasan pembiayaan nantinya dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya. Untuk mengatasi kemungkinan sulitnya pembayaran kembali kepada koperasi syariah maka perlu dikenakan jaminan. Pertama sebagai pengganti pelunasan pembiayaan apabila nasabah sudah tidak mampu lagi. Namun demikian koperasi syariah tidak dapat langsung mengambil alih jaminan tersebut, tetapi memberikan tangguh atau tenggang waktu untuk mencari alternative lain yang disepakati bersama dengan anggotanya. Kedua sebagai pelunasan pembayaran apabila anggotanya melakukan tindakan wanprestasi.

6) Constrain (keadaan yang menghambat)

Ketepatan pemberian modal usaha sangat berkaitan pula dengan iklim/musim suatu usaha tertentu. Sebagai contohnya meskipun seseorang berpengalaman dalam berdagang es kelapa muda, akan tetapi jika ia diberikan pembiayaan usaha pada saat musim hujan maka dapat dipastikan pengembalian angsuran kepada koperasi syariah akan bermasalah. Demikian halnya dengan pedagang buah yang memiliki musim tersendiri, tidak tepat jika diberikan pembiayaan usaha dengan jangka waktu yang lebih dari dua bulan. Karena musim buah-buahan paling lama 3 bulan.


(51)

1. Pengertian strategi

Istilah strategi diawali atau bersumber dan populer didunia militer. Kata strategi berasal dari kata yunani yaitu Strategos, yang berarti jendral, militer dan gabungan kata stratos (tentara) ogo (memimpin)26

Menurut Webster's New Dictionary, Strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar, mengarahkan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum pertempuran yang sebenarnya dengan musuh.27 Sehingga penggunaan istilah strategi lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara atau teknik untuk memenangkan peperangan.28

Seiring dengan berkembangnya zaman dan pola pikir manusia, strategi militer seringkali di adopsi dan diterapkan dalam lembaga profit maupun non profit. Banyak terdapat kesamaan antara strategi bisnis/non bisnis dengan strategi militer. Diantaranya lembaga profit/non profit maupun militer berusaha untuk menggunakan kekuatan-kekuatan mereka sendiri dalam menggempur kelemahan lawan. Seperti yang diungkapkan Carl Van Clausewitz 1780-1831 bahwa "strategi terbaik selalu menjadi amat kuat, mula-mula secara umum kemudian dengan tujuan tertentu tidak

26

Fred R. David. Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indoneia (Jakarta: Indeks, 2004) h. 15

27

Ibid

28

Hadari Nawawi, Manajemen strategi. Organisasi Non Profit bidang pemerintahan


(52)

ada hukum yang lebih jelas dan lebih sederhana untuk strategi selain menyatukan kekuatan".29

Memang sangat jelas pengertian tentang strategi diatas, namun perlu didefinisikan dan dirumuskan tentang pengertian strategi yang mengarah kebidang bisnis/non bisnis, berikut dibawah ini beberapa pengertian tentang strategi bisnis/non bisnis:

1. Strategi merupakan suatu upaya bagaimana tujuan-tujuan perencanaan dapat dicapai dengan mempergunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh suatu lembaga/perusahaan disamping diusahakan pula untuk mengatasi kesulitan serta tantangan-tantangan yang ada.

2. Strategi sebagai seperangkat tujuan dan rencana tindakan yang spesifik, yang apabila dicapai akan memberikan suatu keunggulan kompetitif yang diharapkan.30

3. Strategi merupakan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya

Strategi saja tidak cukup, dibutuhkan pengetahuan/manajemen yang memungkinkan perusahaan/lembaga mencapai tujuannya. Manajemen strategilah yang lebih tepat supaya strstegi-strategi perusahaan/lembaga dapat terlaksana dengan baik.

29

Warren J. Keegan, Manajemen pemasaran Global, Terjemah Alexander Sindoro & Tanty Syahlena Tarigan, (Jakarta : PT. Index Kelompok Gramedia, 2003)

30

Blocher. Dkk, Manajemen Biaya terjemahan A. Suty Ambarrianii (Jakarta: Salemba Empat, 2000)


(53)

(1996), Istilah strategis menunjukan bahwa manajemen strategis memiliki proses manajemen yang lebih luas hingga pada tingkat yang lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks keberadannya di lingkungan eksternal dan internalnya.31

Proses manajemen berskala besar dan berkecakupan luas telah menjadi semakin canggih setelah perang dunia II. Proses ini merupakan reaksi terhadap meningkatnya ukuran dan jumlah perusahaan yang ikut serta dalam persaingan, terhadap meluasnya peran pemerintah sebagai pembeli, penjual, pembuat peraturan, dan pesaing dalam sistem perusahaan bebas (free enterprise sistem). Dan terhadap meningkatnya keterlibatan bisnis dalam perdagangan internasional.

Penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen terjadi di tahun 1970-an, ketika "perencanaan jangka panjang", "manajemen usaha baru", "perencanaan, pemrograman, peranggaran", dan "kebijakan bisnis" diramu menjadi satu. Pada saat yang sama, penekanan yang sama diberikan pada peramalan lingkungan dan pertimbangan-pertimbangan eksternal dalam merumuskan dan mengimplementasikan rencana. Ancangan yang bersifat menyeluruh ini dikenal sebagai manajemen strategik (strategis) atau perencanaan strategik (strategis).

Aspek keunggulan yang menguatkan dipilihnya pendekatan model manajemen strategis, yaitu :

31

Muhammad Ismail Yusanto, Muhammad Karebet Widjajakusuma. Manajemen


(54)

1. Fokus manajemen

Model manajemen strategis berhubungan dengan kejutan-kejutan strategis dan perkembangan yang cepat dari ancaman (threat) dan kesempatan (opportunity). Maksudnya, pendekatan tersebut memberikan penekanan pada upaya prediksi lingkungan yang dinamis serta pertimbangan-pertimbangan eksternal dalam merumuskan dan mengimplementasikan rencana organisasi. (Wahyudi, 1996 ; Pearce dan Robinson, 1997)

2. Cakupan proses

Model manajemen strategi memiliki cakupan proses manajemen berskala besar dan luas. Proses ini merupakan reaksi terutama terhadap meningkatnya ukuran dan jumlah organisasi pemain industri yang ikut serta dalam proses pembentukannya. Luasnya proses cakupan manajemen strategis membawa organisasi pada tingkat yang lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks keberadaannya di lingku an eksternal dan internalnya.

3. Membangkitkan kesadaran bersama

Pernyataan strategis mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana harus ”bersaing”, ”melawan” siapa; dan untuk maksud (purpose) apa. Dengan demikian manajemen strategis memberikan sekumpulan keputusan dan tindakan strategis untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997)


(55)

Sebagai sebuah proses manajemen atas fungsi keputusan para manajer, manajemen strategis yang menghubungkan tiga faktor kunci, yakni lingkungan kegiatan perusahaan, sumber daya yang dimiliki yang siap melayani serta harapan dan tujuan berbagai kelompok dengan penunjang untuk kelangsungan hidupnya (Faukkner dan Johnson, 1995)

5. Proses Perkembangan

Hingga saat ini, Manajemen strategis dapat dicatat sebagai puncak penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen yang terjadi sejak tahun 1970-an, ketika model ”perencanaan jangka panjang” (Long range planning), ”perencanaan, pemrograman, peranggaran” atau ”anggaran dan kontrol keuangan” (Budgeting and Financial Controlling), dan ”kebijakan bisnis” diramu menjadi satu (Wahyudi, 1996; Pearce dan Robinson, 1997).32

2. Strategi fungsional keuangan

Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan, dimana fungsi manajemen keuangan meliputi penghimpunan dan pendayagunaan dana. Oleh karena itu, manajemen keuangan sering dipadankan dengan manajemen aliran dana (Husnan, 1994, Anoraga dan Soegiastuti, 1996). Atas dasar ini, strategi fungsional keuangan memiliki

32


(56)

titik berat pada dua hal, yakni strategi untuk penghimpunana dana dan strategi untuk pendayagunaaan dana.

Penghimpuanan dana lazimnya berasal dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan. Sumber dana internal meliputi :

a. Penggunaan laba perusahaan b. Penggunaan dana cadangan

c. Pengguanaan laba yang tidak dibagi

Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan berasal dari : a. Modal pemilik perusahaan

b. Dana pihak lain, baik berupa pinjaman, hibah atau kerjasama syarikah

Pendayagunaan dana perusahaan biasanya dibagi dalam pendayagunaan jangka pendek dan jangka panjang. Pendayagunaan jangka pendek ditunjukan sebagai aktiva lancar dan diwujudkan dalam bentuk kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan yang jangka panjang ditunjukan dengan aktiva tetap dan diwujudkan sebagai aset tanah, bangunan dan peralatan.33

Disamping anjuran untuk mencapai nilai efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kedua fungsi tersebut, Islam sangat menekankan (mewajibkan) aspek kehalalannya.

"Kedua telapak kaki seorang anak adam dihari kiamat masih belum

beranjak sebelum ditanya kepadanya mengenai 5 (lima perkara) : tentang

umurnya, apa yang dilakukannya, tenntang masa mudanya, apa yang

33


(57)

belanjakan, dan tentang ilmunya, apa yang dia kerjakan dengan ilmunya

itu." (HR Ahmad )

3. Strategi menekan tingginya tingkat pembiayaan bermasalah

Strategi menekan tingginya tingkat pembiayaan bermasalah yaitu cara sebuah perusahaan dalam mengurangi tingginya tingkat pembiayaan bermasalah yang ada, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Sebelum membahas tentang strategi menekan tingginya tingginya tingkat pembiayaan bermasalah kita harus mengetahui tentang:

1. kelayakan pemberian pembiayaan.

proses pemberian pembiayaan bank syariah / koperasi syariah kepada nasabah-nasabahnya sangat memperhatikan aspek-aspek teknik administrative. Adapun aspek-aspek yang sangat diperhatikan atau sebagai dasar pertimbangan pembiayaan adalah:34

a. Surat permohonan pembiayaan

Dalam surat permohonan berisikan jenis pembiayaan yang diminta nasabah, untuk berapa lama, berapa limit/plafond yang diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan berasal dari mana. Disamping itu, surat diatas dilampiri dengan dokumen pendukung, antara lain: identitas pemohon, legalitas (akta pendirian/perubahan, surat keputusan menteri, perijinan-perijinan, bukti kepemilikan agunan (jika diperlukan).

34

Muhammad, manajemen pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta, UPP. AMM, YKPN, 2002) h. 43


(58)

b. Proses evaluasi

Dalam penilaian suatu permohonan, bank syariah / koperasi syariah tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian serta aspek lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil analisis yang cermat dan akurat.

2. Pengamanan pembiayaan

Pembiayaan di bank syariah / koperasi syariah tidak selamanya dapat berjalan lancer, namun juga timbul pembiayaan yang bermasalah. Jika terdapat pembiayaan bermasalah, maka perlu dilakukan upaya pengamanan pembiayaan baik sebelum maupun sesudah realisasi pembiayaan diberikan.

Pengamanan pembiayaan di koperasi syariah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Sebelum realisasi pembiayaan

Dalam tahapan ini berdasarkan persetujuan nasabah, bank melakukan penutupan asuransi dan/atau pengikatan agunan (jika diperlukan). Setelah ini selesai, baru pembiayaan dapat dicairkan.

b. Setelah realisasi pembiayaan

Bagi bank, pencairan pembiayaan barulah akhir episode permohonan yang selanjutnya merupakan awal pemeliharaan dan pemantauan pembiayaan. dalam tahap awal pencairan, dana diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan dalam


(59)

“bocor”dalam arti lari ke hal-hal diluar kesepakatan. Selanjutnya, bank melakukan pembianaan dan control atas aktivitas bisnis nasabah.35

Untuk pengamanan pembiayaan, koperasi syariah dapat membuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan aspek: 1) Batas pemberian pembiayaan

Dalam penyaluran pembiayaan koperasi syariah akan memperhatikan batas-batas pemberian pembiayaan, hal penting yang perlu diperhatikan adalah ketentuan

financing deposit ratio yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

2) Batas maksimal penyertaan modal

Berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia yang dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 5/10/PBI/2003, pasal 5 butir 1 dan 2, diatur tentang batas maksimum penyertaan modal bank syariah dalam aktivitas pembiayaan. ketentuan ini menunjukan sifat unik bank syariah dalam kaitan pembiayaan. keunikan tersebut adalah bahwa bank syariah dapat memiliki rasio

35


(60)

pembiayaan mencapai financing deposit ratio (FDR) diatas 100%, yaitu paling tinggi 110%.36

3) Rambu-rambu kesehatan bank

Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 yang merupakan penyempurnaan Undang-Undang No. 7 tahun 1992, telah dengan tegas menentukan bahwa kegiatan kegiatan usaha bank bagi hasil, harus memperhatikan prinsip kehati-hatian yang dalam operasionalnya dan rambu-rambu kesehatan bank, yang secara tegas menentukan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatatn bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha bank.

Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas pembiayaan. secara umum kolektibilitas pembiayaan dikategorikan menjadi lima macam, yaitu:

1. Lancar atau kolektibilitas 1

2. Kurang lancar atau kolektibilitas 2 3. Diragukan atau kolektibilitas 3

4. Dalam perhatian khusus atau kolektibilitas 4

36


(61)

Dengan penjelasan sebagai berikut :37

Lancar

1. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bagi hasil/profit margin, karena penarikan

2. Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi:

a. Belum melebihi 1 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan masa angsurannya kurang dari 1 bulan, atau

b. Belum melebihi 3 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan masa angsurannya bulanan, dua bulanan, atau tigabulanan, atau c. Belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang

masaangsurannya ditetapkan 4 bulanan atau lebih 3. Terdapat tunggakan bagi hasil /profit margin, tetapi:

a. Belum melampaui 1 bulan bagi pembiayaan yang sama angsurannya kurang dari 1 bulan

b. Belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan

4. Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja

37


(62)

Kurang lancar

1. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang :

a. Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi pembiayaan dengan angsuran kurang dari 1 bulan, atau

b. Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan.

c. Malampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulanan atau lebih

2. Terdapat tunggakan bagi hasil/profit margin, tetapi

a. Melampaui 1 bulan, tetapi belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan dengan masa angsuran kurang 1 bulan, atau

b. Melampaui 3 bulan, tetapi belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan

3. Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja

Diragukan

Pembiayaan digolongkan diragukan apabila pembiayaan yang bersangkutan tidak memenuhi criteria lancer dan kurang lancer, seperti tersebut pada krteria lancer dan kurang lancer dan tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan, bahwa:


(63)

sekurang-kurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bagi hasil/profit margin, atau

2. Pembiayaan tidak dapat diselamatkan tetapi agunannnya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dari hutang peminjam

Macet

Pembiayaan digolongkan macet apabila:

1. Tidak memenuhi criteria lancer, kurang lancer dan diragukan atau 2. Memenuhi criteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21 bulan

sejak digolongkan diragulan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan, atau

3. Pembiayaan tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) atau telah diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit atau kalah di Badan Arbitrase Syariah.

Penanganan pembiayaan bermasalah merupakan bagian yang tidak dapat dihindari dalam proses pembiayaan.ada dua hal penting yang dibahas yaitu :38

a. Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah

Resiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebutmaka bank syariah harus mampu manganalisis penyebab

38


(64)

permasalahannya. Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasah di bank syariah dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1. Analisa sebab kemacetan, analisis sebab-sebab kemacetan

pembiayaan dapat dilakukan pada aspek internal dan eksternal berikut:

a. Aspek internal

a. Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut b. Manajemen kurang baik atau kurang rapih c. Laporan keuangan tidak lengkap

d. Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan

e. Perencanaan yang kurang matang

f. Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut

b. Aspek eksternal

a. Aspek pasar kurang mendukung

b. Kemampuan daya beli masyarakat kurang c. Kebijakan pemerintah

d. Pengaruh lain di luar usaha e. Kenakalan peminjam 2. Menggali potensi peminjam

Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada


(65)

digunakan. hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Adakah peminjam memiliki kecakapan lain? b. Adakah peminjam memiliki usaha lainnya? c. Adakah penghasilan lain peminjam?

3. Melakukan perbaikan akad (remedial)

4. Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk : pembiayaan al-Qardul Hasan, Murabahah, atau Mudharabah

5. Penundaan pembayaran

6. Rescheduling (memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan margin tertentu)

7. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil

Dari hasil survei yang dilakukan pada koperasi syariah ditemukan, bahwa dalam proses penanganan pembiayaan dilakukan sesuai dengan kolektibilitas pembiayaan, sebagai berikut:

1. Pembiayaan lancer, dilakukan dengan cara: a. Pemantauan usaha nasabah

b. Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan 2. Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara:

a. Pembinaan anggota

b. Pemberitahuan dengan surat teguran

c. Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan kepada nasabah


(66)

d. Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat dilakukan dengan

reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.

3. Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara: a. Membuat surat teguran atau peringatan

b. Kunjungan lapangan atau silaturami oleh bagian pembiayaan kepada nasabah secara lebih sungguh-sungguh

c. Upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran, juga dapat dilakukan dengan

reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil

4. Pembiayaan diragukan atau macet, dilakukan dengan cara:

a. Dilakukan rescheduling, yaitu menjadwal kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran.

b. Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil usaha

c. Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk pembiayaan al-Qardhul hasan.


(67)

Jaminan yang dijaminkan nasabah kepada koperasi syariah dapat dilakukan penalti atau penyitaan. Masalah penyitaan atau eksekusi jaminan di bank syariah sangat tergantung pada kebijakan manajemen. Ada yang melakukan eksekusi, namun adda pula yang tidak melakukan eksekusi jaminan nasabah yang mengalami kemacetan pembiayaan. kebanyakan bank syariah lebih memberlakukan upaya rescheduling, reconditioning, dan pembiayaan ulang dalam bentuk al-Qardhul hasan dan jaminan harus tetap ada sebagai persyaratan jaminannya.39

Kalaupun dengan terpaksa harus dilakukan dengan penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada nasabah memang nakal dan tidak mengembalikan pembiayaan. namun tetap dilakukan dengan cara-cara sebagaimana yang diajarkan menurut ajaran Islam, atau strategi collection langsung, seperti:

1. Simpati : sopan, menghargai, dan focus ke tujuan penyitaan 2. Empati : menyelami keadaan nasabah, bicara seakan untuk

kepentingan nasabah, membangkitkan kesadaran nasabah untuk mengembalikan utangnya.

3. Menekan : tindakan ini dilakukan jika dua tindakan sebelumnya tidak diperhatikan.

39

Jonker sihombing, Tanggung jawab yuridis bankir atas kredit macet nasabah


(68)

Apabila cara ketiga juga tidak diacuhkan oleh nasabah, maka cara-cara yang ditempuh adalah dengan terpaksa untuk :

1. Menjual barang jaminan

Prosedur yang dijalankan dalam hal ini adalah jika sebelumnya telah diadakan perjanjian atau di dalam akad secara tertulis untuk menjual barang jaminan. Jika nilai jaminan tidak sebanding dengan nilai yang dipinjamkan maka dari salah satu dari kedua belah pihak harus menutupinya. Prosedur penjualan barang jaminan adalah dijual kemudian dikonversikan lalu ditutupi.

2. Menyita barang yang senilai dengan nilai pinjaman

Prosedur ini hanya dapat dilakukan jika sebelumnya telah ada perjanjian secara tertulis untuk menyita barang yang senilai dengan nilai peminjaman.

Dalam prosedur proses pembiayaan koperasi syariah salah satunya yaitu melalui pengawasan pembiayaan. pengawasan pembiayaan dilakukan dan menjadi tanggung jawab bagian penyaluran pembiayaan, dengan langkah sebagai berikut:

a. Tunggakan angsuran lebih dari 44 hari dilakukan dengan langkah-langkah ditagih melalui telepon, dan diberikan surat peringatan 1 (satu).

b. Jatuh tempo lebih dari 60 hari dilakukan dengan langkah-langkah ditagih melalui telepon, diberikan surat peringatan 2 (dua),


(69)

kewajiban, kunjungan ke anggota pembiayaan untuk menagih pembayaran dan atau mencari solusi penyelesaian kewajiban, memeriksa kembali status dan kelengkapan dokumen pembiayaan dan jaminan.

c. Jatuh tempo lebih dari 74 hari dilakukan dengan langkah-langkah ditagih melalui telepon, diberikan surat peringatan 3 (tiga) atau terakhir.

d. Jatuh tempo lebih dari 90 hari dilakukan dengan langkah-langkah ditagih melalui telepon, memanggil anggota pembiayaan untuk membicarakan pembayaran kewajiban, kunjungan ke anggota pembiayaan untuk menagih pembayaran dan atau mencari solusi penyelesaian kewjiban, dilakukan upaya nonlegal melalui surat internal nonlegal, eksternal agency atau write off, atau dilakukan upaya hukum jika diperlukan.


(70)

A. Sejarah berdirinya dan Perkembangan KJK Syariah Arrahmah

Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah (selanjutnya disebut KJK Syariah Arrahmah) didirikan pada tanggal 5 Februari 2005 atas ide dan gagasan mulia yang diprakarsai oleh Ibu Ratih Puspita, SH. dan Ibu Ika Yuliana, S.Kom., dan beberapa orang yang memiliki kualitas, berpengalaman dan mempunyai perhatian penuh dalam pengelolaan lembaga keuangan mikro.1

Pendirian tersebut telah tertuang dalam akta Pendirian No. 10, tertanggal 30 April 2005 yang dibuat oleh Notaris Betty Supartini, SH., yang berkedudukan di Depok dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Pendirian KJK Syariah Arrahmah No. 424, tertanggal 26 Mei 2005 sebagai landasan izin operasional. Arrahmah menuju cita-cita menjadi koperasi terbaik yang dikelola dengan sistem keuangan syariah, berkualitas, dipercaya, sehat dan menguntungkan bagi semua pihak yang berkepentingan. 2

Perjalanan membangun sistem keuangan syariah melalui Arrahmah sedikit banyak telah memberikan manfaat yang baik bagi umat. Sebagian masyarakat terutama masyarakat pengusaha kecil dan mikro telah memanfaatkan jasa

1

Wawancara pribadi dengan bapak Rudiana. Cinere, 24 Desember 2009

2

Wawancara Pribadi dengan bapak Rudiana. Cinere, 24 Desember 2009


(1)

101

pembiayaan minimal telah satu tahun berada dalam kolektibilitas diragukan atau macet, calon anggota tidak kooperatif dan sulit untuk ditemui, usaha yang dibiayai sudah tidak ada dan/atau tidak memiliki prospek.

e. Denda dan ganti rugi

Denda keterlambatan pembayaran kewajiban pembiayaan adalah denda yang dibebankan kepada nasabah pembiayaan yang terlambat membayar kewajibannya kepada bank.

Ganti rugi/ta’widh adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh nasabah untuk menutup kerugian koperasi syariah yang terjadi akibat pelanggaran atau kekeliruan. Besarnya ganti rugi (ta’wid) adalah sebesar kerugian riil bank.

Strategi yang dilakukan KJKS Arrahmah dalam menekan tingginya tingkat Non Performing Financing (NPF) yang disebutkan di atas sudah cukup efektif, yang dapat dilihat dari penurunan tingkat Non Performing Financing (NPF) dari tahun 2006 sebesar 3,3%, tahun 2007 sebesar 3%, dan tahun 2008 sebesar 2,3%. Namun demikian penekanan tingkat Non Performing Financing (NPF) seharusnya dapat lebih dioptimalkan, yaitu dengan meningkatkan upaya-upaya dalam mengatasi pembiayaan bermasalah yang ada.seperti A/O harus tajam dalam menganalisa awal, tidak mudah percaya dengan calon anggota. Harus


(2)

102

diadakan suvey bagi anggota, apapun usahanya, bertanya dengan tetangganya, diprioritaskan bagi anggota yang berdomisili tetap, usaha sudah berjalan dan perputaran dananya cepat, sehingga angsuran harian dan atau mingguan dapat dijalankan.

Adanya jaminan pembiayaan, apapun bentuknya harus menggunakan jaminan, karena hal tersebut akan menjadi ikatan antara KJK Syariah Arrahmah dan anggota (seperti ijazah, BPKB, Surat Kepemilikan Kios, Tempat Usaha, dll.), pemberian penghargaan bagi anggota yang cicilannya bagus, dan sangsi bagi anggota yang bermasalah. Dalam mengangsur, anggota diharuskan untuk menabung, yang akan berfungsi sebagai jaminan apabila anggota tersebut tidak membayar angsuran, sehingga tabungan tersebut dapat diambil sebagai angsuran dan melakukan binaan terhadap usaha calon anggota.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila A/O dalam mengajukan proposal pembiayaan mematuhi prosedur/SOP pembiayaan yang ada, maka kecil kemungkinan pembiayaan tersebut akan bermasalah. Kunjungan silaturrahmi yang sering dilakukan A/O terhadap calon anggota akan lebih memudahkan A/O dalam mengawasi calon anggotanya, apabila sewaktu-waktu usaha calon anggotanya berhenti.

Ketika pembiayaan calon anggota sudah bermasalah, pihak KJK Syariah Arrahmah dapat melakukan penyelamatan dan penyehatan


(3)

103

terhadap usaha calon anggota melalui Penjadwalan kembali (Rescheduling), Persyaratan kembali (Reconditioing), Penataan kembali (Restructuring) dengan terus mengawasi perkembangan usaha calon anggota


(4)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab kesimpulan ini penulis mencoba untuk menyimpulkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah mengenai strategi koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingginya tingkat Non Performing Finencing (NPF).

Strategi koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah dalam menekan Tingkat Non Performing Financing (NPF) yaitu selalu mematuhi SOP pengajuan pembiayaan yang telah ditetapkan perusahaan, memberikan hadiah bagi anggota yang pembiayaannya lancar, sering melakukan kunjungan ke anggota, melakukan binaan terhadap usaha anggota, dan sering bersilaturrahmi dengan anggota.

Strategi yang diterapkan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah sudah cukup efektif berdasarkan laporan keuangan KJKS Arrahmah yaitu dari tahun 2006 tingkat NPF nya sebesar 3,3%, pada tahun 2007 sebesar 3%, dan pada tahun 2008 sebesar 2,3%.walaupun tidak terlalu signifikan tetapi mengalami penurunan setiap tahunnya antara 0,3% hingga 0,7%.

Faktor-faktor yang mendukung atau menghambat upaya Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF yaitu : factor yang menghambat diantaranya Faktor Intern, seperti Kurang tajamnya analisa, kondisi usaha bermasalah, tidak layak dibiayai, pengikatan jaminan lemah. Kurang


(5)

105

informasi, reputasi calon anggota buruk, rumah atau tempat usaha kontrakan, orang pendatang. Monitoring kurang, tidak ada waktu, terlalu yakin, kredit masih lancar. Karyawan yang ikut bermain dengan nasabah untuk mengejar target delivery sehingga menaikan nilai jaminan, menaikan kebutuhan kredit calon anggota. Faktor Ekstern seperti : Itikad yang kurang baik dari calon anggota, Lemahnya kemampuan berusaha, Penyimpangan penggunaan dana, Usaha yang dijalankan relatif baru, Tidak mampu menanggulangi masalah/kurang kuasai usahanya, Meninggalnya calon anggota, Anggota kelurga sakit.

Sedangkan faktor yang mendukung upaya Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dalam menekan tingkat NPF yaitu adanya silaturrahmi antara pihak Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah dengan calon anggota, sehingga memudahkan pihak koperasi jasa keuangan syariah Arrahmah dalam memantau perkembangan usaha calon anggota.

B. Saran dan Rekomendasi

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

Bagi KJKS Arrahmah, Harus lebih sering lagi bersilaturrahmi kepada calon anggota, agar dapat mengetahui apakah usaha yang dijalankan calon anggota masih berjalan atau tidak. Bagian PKM (penanganan pembiayaan bermasalah) harus lebih serius lagi dalam menangani pembiayaan bermasalah, Lebih sering melakukan pelatihan-pelatihan bagi karyawan tentang penanganan pembiayaan bermasalah. agar tingkat NPF bisa lebih di tekan lagi.


(6)

106

Bagi akademis, adanya seminar-seminar tentang pembiayaan bermasalah, cara mencegahnya dan cara penanganannya. Penelitian ini membahas strategi koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingkat Non Performing Financing (NPF), namun penulis merasa perlu ada penelitian lanjutan mengenai tanggung jawab yuridis koperasi jasa keuangan syariah atas pembiayaan bermasalah dan cara mengatasinya.

Bagi masyarakat, agar lebih bisa bertanggung jawab dan disiplin atas kewajibannya terhadap pembiayaan yang diberikan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Analisis Pengaruh Non Performing Financing Pembiayaan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah

0 12 7

Strategi dan kendala pengembangan usaha koperasi jasa keuangan Syariah (studi pada koperasi mitra Indonesia di Kota Cileungsi kabupaten Bogor)

3 19 137

Rancangan bangun sistem informasi pembiayaan Mudharabah untuk pemberian modal bagi usaha kecil menengah : studi kasus koperasi jasa keuangan syariah ei mubarok

0 5 229

Akad istishna dalam pembiayaan rumah pada bank syariah mandiri :studi kasus pada bank syariah mandiri kantor cabang pembantu cinere

4 38 87

kesusaian Syariah mekanisme operasional koperasi jasa keuangan Syariah Amanah dan koperasi jasa keuangan Syariah BMT al-Fath

6 59 73

Stratetegi koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingkat Non Performing Financing ( NPF): studi kasus pada KJK Syariah Arrahmah cinere

1 17 114

Pengaruh Debt Financing,Equity Financing dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Perbankan syariah (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)

0 10 139

Pengaruh Financing To Deposits Ratio dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

2 23 70

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

0 0 11