STRATEGI PEMBIAYAAN BERMASALAH LANDASAN TEORI

C. STRATEGI PEMBIAYAAN BERMASALAH

1. Pengertian strategi

Istilah strategi diawali atau bersumber dan populer didunia militer. Kata strategi berasal dari kata yunani yaitu Strategos, yang berarti jendral, militer dan gabungan kata stratos tentara ogo memimpin 26 Menurut Websters New Dictionary, Strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan operasi-operasi militer berskala besar, mengarahkan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum pertempuran yang sebenarnya dengan musuh. 27 Sehingga penggunaan istilah strategi lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara atau teknik untuk memenangkan peperangan. 28 Seiring dengan berkembangnya zaman dan pola pikir manusia, strategi militer seringkali di adopsi dan diterapkan dalam lembaga profit maupun non profit. Banyak terdapat kesamaan antara strategi bisnisnon bisnis dengan strategi militer. Diantaranya lembaga profitnon profit maupun militer berusaha untuk menggunakan kekuatan-kekuatan mereka sendiri dalam menggempur kelemahan lawan. Seperti yang diungkapkan Carl Van Clausewitz 1780-1831 bahwa strategi terbaik selalu menjadi amat kuat, mula-mula secara umum kemudian dengan tujuan tertentu tidak 26 Fred R. David. Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indoneia Jakarta: Indeks, 2004 h. 15 27 Ibid 28 Hadari Nawawi, Manajemen strategi. Organisasi Non Profit bidang pemerintahan Yogyakarta Gajah Mada University Press 2003 h. 29 ada hukum yang lebih jelas dan lebih sederhana untuk strategi selain menyatukan kekuatan. 29 Memang sangat jelas pengertian tentang strategi diatas, namun perlu didefinisikan dan dirumuskan tentang pengertian strategi yang mengarah kebidang bisnisnon bisnis, berikut dibawah ini beberapa pengertian tentang strategi bisnisnon bisnis: 1. Strategi merupakan suatu upaya bagaimana tujuan-tujuan perencanaan dapat dicapai dengan mempergunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh suatu lembagaperusahaan disamping diusahakan pula untuk mengatasi kesulitan serta tantangan-tantangan yang ada. 2. Strategi sebagai seperangkat tujuan dan rencana tindakan yang spesifik, yang apabila dicapai akan memberikan suatu keunggulan kompetitif yang diharapkan. 30 3. Strategi merupakan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya Strategi saja tidak cukup, dibutuhkan pengetahuanmanajemen yang memungkinkan perusahaanlembaga mencapai tujuannya. Manajemen strategilah yang lebih tepat supaya strstegi-strategi perusahaanlembaga dapat terlaksana dengan baik. 29 Warren J. Keegan, Manajemen pemasaran Global, Terjemah Alexander Sindoro Tanty Syahlena Tarigan, Jakarta : PT. Index Kelompok Gramedia, 2003 30 Blocher. Dkk, Manajemen Biaya terjemahan A. Suty Ambarrianii Jakarta: Salemba Empat, 2000 Dalam konteks manajemen, menurut Wright,Kroll, dan Parnel 1996, Istilah strategis menunjukan bahwa manajemen strategis memiliki proses manajemen yang lebih luas hingga pada tingkat yang lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks keberadannya di lingkungan eksternal dan internalnya. 31 Proses manajemen berskala besar dan berkecakupan luas telah menjadi semakin canggih setelah perang dunia II. Proses ini merupakan reaksi terhadap meningkatnya ukuran dan jumlah perusahaan yang ikut serta dalam persaingan, terhadap meluasnya peran pemerintah sebagai pembeli, penjual, pembuat peraturan, dan pesaing dalam sistem perusahaan bebas free enterprise sistem. Dan terhadap meningkatnya keterlibatan bisnis dalam perdagangan internasional. Penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen terjadi di tahun 1970-an, ketika perencanaan jangka panjang, manajemen usaha baru, perencanaan, pemrograman, peranggaran, dan kebijakan bisnis diramu menjadi satu. Pada saat yang sama, penekanan yang sama diberikan pada peramalan lingkungan dan pertimbangan-pertimbangan eksternal dalam merumuskan dan mengimplementasikan rencana. Ancangan yang bersifat menyeluruh ini dikenal sebagai manajemen strategik strategis atau perencanaan strategik strategis. Aspek keunggulan yang menguatkan dipilihnya pendekatan model manajemen strategis, yaitu : 31 Muhammad Ismail Yusanto, Muhammad Karebet Widjajakusuma. Manajemen Strategis Perspektif Syariah Jakarta : Khairul Bayaan, 2003 h. 3 1. Fokus manajemen Model manajemen strategis berhubungan dengan kejutan- kejutan strategis dan perkembangan yang cepat dari ancaman threat dan kesempatan opportunity. Maksudnya, pendekatan tersebut memberikan penekanan pada upaya prediksi lingkungan yang dinamis serta pertimbangan-pertimbangan eksternal dalam merumuskan dan mengimplementasikan rencana organisasi. Wahyudi, 1996 ; Pearce dan Robinson, 1997 2. Cakupan proses Model manajemen strategi memiliki cakupan proses manajemen berskala besar dan luas. Proses ini merupakan reaksi terutama terhadap meningkatnya ukuran dan jumlah organisasi pemain industri yang ikut serta dalam proses pembentukannya. Luasnya proses cakupan manajemen strategis membawa organisasi pada tingkat yang lebih tepat dalam penentuan misi dan tujuan organisasi dalam konteks keberadaannya di lingku an eksternal dan internalnya. 3. Membangkitkan kesadaran bersama Pernyataan strategis mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana harus ”bersaing”, ”melawan” siapa; dan untuk maksud purpose apa. Dengan demikian manajemen strategis memberikan sekumpulan keputusan dan tindakan strategis untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan Pearce dan Robinson, 1997 4. Menghubungkan peran fktor-faktor kunci organisasi Sebagai sebuah proses manajemen atas fungsi keputusan para manajer, manajemen strategis yang menghubungkan tiga faktor kunci, yakni lingkungan kegiatan perusahaan, sumber daya yang dimiliki yang siap melayani serta harapan dan tujuan berbagai kelompok dengan penunjang untuk kelangsungan hidupnya Faukkner dan Johnson, 1995 5. Proses Perkembangan Hingga saat ini, Manajemen strategis dapat dicatat sebagai puncak penyempurnaan paling penting dalam proses manajemen yang terjadi sejak tahun 1970-an, ketika model ”perencanaan jangka panjang” Long range planning, ”perencanaan, pemrograman, peranggaran” atau ”anggaran dan kontrol keuangan” Budgeting and Financial Controlling, dan ”kebijakan bisnis” diramu menjadi satu Wahyudi, 1996; Pearce dan Robinson, 1997. 32

2. Strategi fungsional keuangan

Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan, dimana fungsi manajemen keuangan meliputi penghimpunan dan pendayagunaan dana. Oleh karena itu, manajemen keuangan sering dipadankan dengan manajemen aliran dana Husnan, 1994, Anoraga dan Soegiastuti, 1996. Atas dasar ini, strategi fungsional keuangan memiliki 32 Ibid, h.3 titik berat pada dua hal, yakni strategi untuk penghimpunana dana dan strategi untuk pendayagunaaan dana. Penghimpuanan dana lazimnya berasal dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan. Sumber dana internal meliputi : a. Penggunaan laba perusahaan b. Penggunaan dana cadangan c. Pengguanaan laba yang tidak dibagi Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan berasal dari : a. Modal pemilik perusahaan b. Dana pihak lain, baik berupa pinjaman, hibah atau kerjasama syarikah Pendayagunaan dana perusahaan biasanya dibagi dalam pendayagunaan jangka pendek dan jangka panjang. Pendayagunaan jangka pendek ditunjukan sebagai aktiva lancar dan diwujudkan dalam bentuk kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Sedangkan yang jangka panjang ditunjukan dengan aktiva tetap dan diwujudkan sebagai aset tanah, bangunan dan peralatan. 33 Disamping anjuran untuk mencapai nilai efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kedua fungsi tersebut, Islam sangat menekankan mewajibkan aspek kehalalannya. Kedua telapak kaki seorang anak adam dihari kiamat masih belum beranjak sebelum ditanya kepadanya mengenai 5 lima perkara : tentang umurnya, apa yang dilakukannya, tenntang masa mudanya, apa yang 33 Ibid., h.82 dilakukannya, tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa dia belanjakan, dan tentang ilmunya, apa yang dia kerjakan dengan ilmunya itu. HR Ahmad

3. Strategi menekan tingginya tingkat pembiayaan bermasalah

Strategi menekan tingginya tingkat pembiayaan bermasalah yaitu cara sebuah perusahaan dalam mengurangi tingginya tingkat pembiayaan bermasalah yang ada, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Sebelum membahas tentang strategi menekan tingginya tingginya tingkat pembiayaan bermasalah kita harus mengetahui tentang: 1. kelayakan pemberian pembiayaan. proses pemberian pembiayaan bank syariah koperasi syariah kepada nasabah-nasabahnya sangat memperhatikan aspek-aspek teknik administrative. Adapun aspek-aspek yang sangat diperhatikan atau sebagai dasar pertimbangan pembiayaan adalah: 34 a. Surat permohonan pembiayaan Dalam surat permohonan berisikan jenis pembiayaan yang diminta nasabah, untuk berapa lama, berapa limitplafond yang diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan berasal dari mana. Disamping itu, surat diatas dilampiri dengan dokumen pendukung, antara lain: identitas pemohon, legalitas akta pendirianperubahan, surat keputusan menteri, perijinan- perijinan, bukti kepemilikan agunan jika diperlukan. 34 Muhammad, manajemen pembiayaan Bank Syariah Yogyakarta, UPP. AMM, YKPN, 2002 h. 43 b. Proses evaluasi Dalam penilaian suatu permohonan, bank syariah koperasi syariah tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian serta aspek lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil analisis yang cermat dan akurat. 2. Pengamanan pembiayaan Pembiayaan di bank syariah koperasi syariah tidak selamanya dapat berjalan lancer, namun juga timbul pembiayaan yang bermasalah. Jika terdapat pembiayaan bermasalah, maka perlu dilakukan upaya pengamanan pembiayaan baik sebelum maupun sesudah realisasi pembiayaan diberikan. Pengamanan pembiayaan di koperasi syariah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Sebelum realisasi pembiayaan Dalam tahapan ini berdasarkan persetujuan nasabah, bank melakukan penutupan asuransi danatau pengikatan agunan jika diperlukan. Setelah ini selesai, baru pembiayaan dapat dicairkan. b. Setelah realisasi pembiayaan Bagi bank, pencairan pembiayaan barulah akhir episode permohonan yang selanjutnya merupakan awal pemeliharaan dan pemantauan pembiayaan. dalam tahap awal pencairan, dana diarahkan pada pembiayaan sebagaimana diajukan dalam permohonan persetujuan bank, dan jangan sampai “bocor”dalam arti lari ke hal-hal diluar kesepakatan. Selanjutnya, bank melakukan pembianaan dan control atas aktivitas bisnis nasabah. 35 Untuk pengamanan pembiayaan, koperasi syariah dapat membuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan aspek: 1 Batas pemberian pembiayaan Dalam penyaluran pembiayaan koperasi syariah akan memperhatikan batas-batas pemberian pembiayaan, hal penting yang perlu diperhatikan adalah ketentuan financing deposit ratio yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2 Batas maksimal penyertaan modal Berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia yang dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 510PBI2003, pasal 5 butir 1 dan 2, diatur tentang batas maksimum penyertaan modal bank syariah dalam aktivitas pembiayaan. ketentuan ini menunjukan sifat unik bank syariah dalam kaitan pembiayaan. keunikan tersebut adalah bahwa bank syariah dapat memiliki rasio 35 Ibid., h.49 pembiayaan mencapai financing deposit ratio FDR diatas 100, yaitu paling tinggi 110. 36 3 Rambu-rambu kesehatan bank Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 yang merupakan penyempurnaan Undang-Undang No. 7 tahun 1992, telah dengan tegas menentukan bahwa kegiatan kegiatan usaha bank bagi hasil, harus memperhatikan prinsip kehati-hatian yang dalam operasionalnya dan rambu-rambu kesehatan bank, yang secara tegas menentukan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatatn bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha bank. Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi hasilprofit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas pembiayaan. secara umum kolektibilitas pembiayaan dikategorikan menjadi lima macam, yaitu: 1. Lancar atau kolektibilitas 1 2. Kurang lancar atau kolektibilitas 2 3. Diragukan atau kolektibilitas 3 4. Dalam perhatian khusus atau kolektibilitas 4 36 Peraturan Bank Indonesia No.510PBI2003 tanggal 11 Juni 2003, Pasal 5 butir 1 2 5. Macet atau kolektibilitas 5 Dengan penjelasan sebagai berikut : 37 Lancar 1. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bagi hasilprofit margin, karena penarikan 2. Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi: a. Belum melebihi 1 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan masa angsurannya kurang dari 1 bulan, atau b. Belum melebihi 3 bulan, bagi pembiayaan yang ditetapkan masa angsurannya bulanan, dua bulanan, atau tigabulanan, atau c. Belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masaangsurannya ditetapkan 4 bulanan atau lebih 3. Terdapat tunggakan bagi hasil profit margin, tetapi: a. Belum melampaui 1 bulan bagi pembiayaan yang sama angsurannya kurang dari 1 bulan b. Belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan 4. Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja 37 Diadopsi dari SE BI No. 264BPPP Kurang lancar 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang : a. Melampaui 1 bulan dan belum melampaui 2 bulan bagi pembiayaan dengan angsuran kurang dari 1 bulan, atau b. Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan bulanan, dua bulanan atau tiga bulanan. c. Malampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulanan atau lebih 2. Terdapat tunggakan bagi hasilprofit margin, tetapi a. Melampaui 1 bulan, tetapi belum melampaui 3 bulan bagi pembiayaan dengan masa angsuran kurang 1 bulan, atau b. Melampaui 3 bulan, tetapi belum melampaui 6 bulan bagi pembiayaan yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan 3. Terdapat cerukan karena penarikan tetapi jangka waktunya belum melampaui 15 hari kerja Diragukan Pembiayaan digolongkan diragukan apabila pembiayaan yang bersangkutan tidak memenuhi criteria lancer dan kurang lancer, seperti tersebut pada krteria lancer dan kurang lancer dan tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan, bahwa: 1. Pembiayaan masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang-kurangnya 75 dari hutang peminjam termasuk bagi hasilprofit margin, atau 2. Pembiayaan tidak dapat diselamatkan tetapi agunannnya masih bernilai sekurang-kurangnya 100 dari hutang peminjam Macet Pembiayaan digolongkan macet apabila: 1. Tidak memenuhi criteria lancer, kurang lancer dan diragukan atau 2. Memenuhi criteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragulan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan, atau 3. Pembiayaan tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara BUPN atau telah diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi kredit atau kalah di Badan Arbitrase Syariah. Penanganan pembiayaan bermasalah merupakan bagian yang tidak dapat dihindari dalam proses pembiayaan.ada dua hal penting yang dibahas yaitu : 38 a. Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah Resiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebutmaka bank syariah harus mampu manganalisis penyebab 38 Anonimous, Pedoman pengelolaan bank syariah Jakarta : LPPBS, 1993 h.168 permasalahannya. Analisis dan penyelesaian pembiayaan bermasah di bank syariah dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1. Analisa sebab kemacetan, analisis sebab-sebab kemacetan pembiayaan dapat dilakukan pada aspek internal dan eksternal berikut: a. Aspek internal a. Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut b. Manajemen kurang baik atau kurang rapih c. Laporan keuangan tidak lengkap d. Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan e. Perencanaan yang kurang matang f. Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut b. Aspek eksternal a. Aspek pasar kurang mendukung b. Kemampuan daya beli masyarakat kurang c. Kebijakan pemerintah d. Pengaruh lain di luar usaha e. Kenakalan peminjam 2. Menggali potensi peminjam Anggota yang mengalami kemacetan dalam memenuhi kewajiban harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi penyebab kemacetan usaha atau angsuran. Untuk itu perlu digali potensi yang ada pada peminjam agar dana yang telah digunakan lebih efektif digunakan. hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Adakah peminjam memiliki kecakapan lain? b. Adakah peminjam memiliki usaha lainnya? c. Adakah penghasilan lain peminjam? 3. Melakukan perbaikan akad remedial 4. Memberikan pinjaman ulang, mungkin dalam bentuk : pembiayaan al-Qardul Hasan, Murabahah, atau Mudharabah 5. Penundaan pembayaran 6. Rescheduling memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan margin tertentu 7. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil Dari hasil survei yang dilakukan pada koperasi syariah ditemukan, bahwa dalam proses penanganan pembiayaan dilakukan sesuai dengan kolektibilitas pembiayaan, sebagai berikut: 1. Pembiayaan lancer, dilakukan dengan cara: a. Pemantauan usaha nasabah b. Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan 2. Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara: a. Pembinaan anggota b. Pemberitahuan dengan surat teguran c. Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian pembiayaan kepada nasabah d. Upaya preventif dengan penanganan rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran. Juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil. 3. Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara: a. Membuat surat teguran atau peringatan b. Kunjungan lapangan atau silaturami oleh bagian pembiayaan kepada nasabah secara lebih sungguh-sungguh c. Upaya penyehatan dengan cara rescheduling, yaitu penjadwalan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran, juga dapat dilakukan dengan reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil 4. Pembiayaan diragukan atau macet, dilakukan dengan cara: a. Dilakukan rescheduling, yaitu menjadwal kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran. b. Dilakukan reconditioning, yaitu memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil usaha c. Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk pembiayaan al-Qardhul hasan. b. Penyitaan barang jaminan pembiayaan Jaminan yang dijaminkan nasabah kepada koperasi syariah dapat dilakukan penalti atau penyitaan. Masalah penyitaan atau eksekusi jaminan di bank syariah sangat tergantung pada kebijakan manajemen. Ada yang melakukan eksekusi, namun adda pula yang tidak melakukan eksekusi jaminan nasabah yang mengalami kemacetan pembiayaan. kebanyakan bank syariah lebih memberlakukan upaya rescheduling, reconditioning, dan pembiayaan ulang dalam bentuk al-Qardhul hasan dan jaminan harus tetap ada sebagai persyaratan jaminannya. 39 Kalaupun dengan terpaksa harus dilakukan dengan penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada nasabah memang nakal dan tidak mengembalikan pembiayaan. namun tetap dilakukan dengan cara-cara sebagaimana yang diajarkan menurut ajaran Islam, atau strategi collection langsung, seperti: 1. Simpati : sopan, menghargai, dan focus ke tujuan penyitaan 2. Empati : menyelami keadaan nasabah, bicara seakan untuk kepentingan nasabah, membangkitkan kesadaran nasabah untuk mengembalikan utangnya. 3. Menekan : tindakan ini dilakukan jika dua tindakan sebelumnya tidak diperhatikan. 39 Jonker sihombing, Tanggung jawab yuridis bankir atas kredit macet nasabah Bandung: PT Alumni, 2009 h.68 Apabila cara ketiga juga tidak diacuhkan oleh nasabah, maka cara- cara yang ditempuh adalah dengan terpaksa untuk : 1. Menjual barang jaminan Prosedur yang dijalankan dalam hal ini adalah jika sebelumnya telah diadakan perjanjian atau di dalam akad secara tertulis untuk menjual barang jaminan. Jika nilai jaminan tidak sebanding dengan nilai yang dipinjamkan maka dari salah satu dari kedua belah pihak harus menutupinya. Prosedur penjualan barang jaminan adalah dijual kemudian dikonversikan lalu ditutupi. 2. Menyita barang yang senilai dengan nilai pinjaman Prosedur ini hanya dapat dilakukan jika sebelumnya telah ada perjanjian secara tertulis untuk menyita barang yang senilai dengan nilai peminjaman. Dalam prosedur proses pembiayaan koperasi syariah salah satunya yaitu melalui pengawasan pembiayaan. pengawasan pembiayaan dilakukan dan menjadi tanggung jawab bagian penyaluran pembiayaan, dengan langkah sebagai berikut: a. Tunggakan angsuran lebih dari 44 hari dilakukan dengan langkah- langkah ditagih melalui telepon, dan diberikan surat peringatan 1 satu. b. Jatuh tempo lebih dari 60 hari dilakukan dengan langkah-langkah ditagih melalui telepon, diberikan surat peringatan 2 dua, memanggil anggota pembiayaan untuk membicarakan pembayaran kewajiban, kunjungan ke anggota pembiayaan untuk menagih pembayaran dan atau mencari solusi penyelesaian kewajiban, memeriksa kembali status dan kelengkapan dokumen pembiayaan dan jaminan. c. Jatuh tempo lebih dari 74 hari dilakukan dengan langkah-langkah ditagih melalui telepon, diberikan surat peringatan 3 tiga atau terakhir. d. Jatuh tempo lebih dari 90 hari dilakukan dengan langkah-langkah ditagih melalui telepon, memanggil anggota pembiayaan untuk membicarakan pembayaran kewajiban, kunjungan ke anggota pembiayaan untuk menagih pembayaran dan atau mencari solusi penyelesaian kewjiban, dilakukan upaya nonlegal melalui surat internal nonlegal, eksternal agency atau write off, atau dilakukan upaya hukum jika diperlukan.

BAB III COMPANY PROFILE

A. Sejarah berdirinya dan Perkembangan KJK Syariah Arrahmah

Koperasi Jasa Keuangan Syariah Arrahmah selanjutnya disebut KJK Syariah Arrahmah didirikan pada tanggal 5 Februari 2005 atas ide dan gagasan mulia yang diprakarsai oleh Ibu Ratih Puspita, SH. dan Ibu Ika Yuliana, S.Kom., dan beberapa orang yang memiliki kualitas, berpengalaman dan mempunyai perhatian penuh dalam pengelolaan lembaga keuangan mikro. 1 Pendirian tersebut telah tertuang dalam akta Pendirian No. 10, tertanggal 30 April 2005 yang dibuat oleh Notaris Betty Supartini, SH., yang berkedudukan di Depok dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Pendirian KJK Syariah Arrahmah No. 424, tertanggal 26 Mei 2005 sebagai landasan izin operasional. Arrahmah menuju cita-cita menjadi koperasi terbaik yang dikelola dengan sistem keuangan syariah, berkualitas, dipercaya, sehat dan menguntungkan bagi semua pihak yang berkepentingan. 2 Perjalanan membangun sistem keuangan syariah melalui Arrahmah sedikit banyak telah memberikan manfaat yang baik bagi umat. Sebagian masyarakat terutama masyarakat pengusaha kecil dan mikro telah memanfaatkan jasa 1 Wawancara pribadi dengan bapak Rudiana. Cinere, 24 Desember 2009 2 Wawancara Pribadi dengan bapak Rudiana. Cinere, 24 Desember 2009 62

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Analisis Pengaruh Non Performing Financing Pembiayaan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Syariah

0 12 7

Strategi dan kendala pengembangan usaha koperasi jasa keuangan Syariah (studi pada koperasi mitra Indonesia di Kota Cileungsi kabupaten Bogor)

3 19 137

Rancangan bangun sistem informasi pembiayaan Mudharabah untuk pemberian modal bagi usaha kecil menengah : studi kasus koperasi jasa keuangan syariah ei mubarok

0 5 229

Akad istishna dalam pembiayaan rumah pada bank syariah mandiri :studi kasus pada bank syariah mandiri kantor cabang pembantu cinere

4 38 87

kesusaian Syariah mekanisme operasional koperasi jasa keuangan Syariah Amanah dan koperasi jasa keuangan Syariah BMT al-Fath

6 59 73

Stratetegi koperasi jasa keuangan syariah dalam menekan tingkat Non Performing Financing ( NPF): studi kasus pada KJK Syariah Arrahmah cinere

1 17 114

Pengaruh Debt Financing,Equity Financing dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Perbankan syariah (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)

0 10 139

Pengaruh Financing To Deposits Ratio dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)

2 23 70

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

0 0 11