Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang dengan menggoyang-goyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih
kurang 5 mm sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam oven, buka tutupnya. Pengeringan dilakukan pada suhu penetapan yaitu 105
o
C hingga diperoleh bobot tetap lalu ditimbang. Sebelum setiap pengeringan, botol
dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar Depkes RI, 2000.
b. Kadar Air
Pengukuran kadar air dilakukan dengan cara kurang lebih 3 gram ekstrak dimasukkan dan ditimbang seksama dalam wadah yang telah
ditara. Ekstrak dikeringkan pada suhu 105
o
C selama 5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai
perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25 .
c. Kadar Abu
Lebih kurang 2 g sampai 3 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang
telah dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan perlahan- lahan hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Jika arang tidak dapat
hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Dipijarkan sisa abu dan kertas saring dalam krus yang sama.
Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak dan dinyatakan
dalam bb Depkes RI, 2000.
3.6.5. Perhitungan rendemen
Perhitungan rendemen dilakukan dengan menghitung jumlah ekstrak kental yang didapat terhadap jumlah serbuk kering sebelum dilakukan ekstraksi
kemudian dikalikan 100.
3.7. Rancangan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur ssd, berumur 2-3 bulan dengan berat badan 180-250 gram diaklimatisasi selama 2
minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama proses adaptasi, dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat badan.
Hewan uji dipillih sebanyak 30 ekor tikus putih jantan secara acak untuk dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing terdiri dari 3 ekor.
Penentuan jumlah tikus tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus federer: Rumus Federer : n-19-1
≥ 15 n-19-1
≥15 8n = 15+8
N ≥ 2.88~ 3
Dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah ulangan minimal dari tiap perlakuan. Adapun pembagian kelompok adalah sebagai berikut
3.7.1. Pembagian kelompok perlakuan Tabel 2. Kelompok perlakuan pada metode toleransi glukosa oral
Kelompok hewan
Perlakuan Jumlah
tikus KN
Diberi air suling 3
K+ Diberi akarbose + lar.glukosa 1 gkg bb
3 KN
Diberi air suling + lar.glukosa 1 gkg bb 3
D1 Diberi dosis 300 mgkg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 gkg bb
3 D2
Diberi dosis 600 mgkg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 gkg bb 3
D3 Diberi dosis 1200 mgkg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 gkg bb
3 E1
Diberi dosis 300 mgkg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 gkg bb 3
E2 Diberi dosis 600 mgkg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 gkg bb
3 E3
Diberi dosis 1200 mgkg bb G.verrucosa + lar.glukosa 1 gkg bb 3
Tabel 3. Kelompok perlakuan pada metode induksi aloksan
Kelompok hewan
Perlakuan Jumlah
tikus KN
Diberi air suling 3
K+ Diinduksi aloksan, diberi glibenklamid
3 KN
Diinduksi aloksan, diberi air suling 3
D1 Diinduksi aloksan, diberi dosis 300 mgkg bb G.verrucosa
3 D2
Diinduksi aloksan, diberi dosis 600 mgkg bb G.verrucosa 3
D3 Diinduksi aloksan, diberi dosis 1200 mgkg bb G.verrucosa
3 E1
Diinduksi aloksan, diberi dosis 300 mgkg bb K. alvarezii 3
E2 Diinduksi aloksan, diberi dosis 600 mgkg bb K. alvarezii
3 E3
Diinduksi aloksan, diberi dosis 1200 mgkg bb K. alvarezii 3
Keterangan : KN : Kontrol normal
K+ : Kontrol positif K- : Kontrol negatif
D1 : Dosis rendah G. verrucosa D2 : Dosis sedang G. verrucosa
D3 : Dosis tinggi G. verrucosa E1 : Dosis rendah K. alvarezii
E2 : Dosis sedang K. alvarezii E3 : Dosis tinggi K. Alvarezii
3.7.2. Persiapan Hewan percobaan diaklimatisasi
30 ekor tikus putih Rattus novergicus jantan dari jenis Sprague Dawley dengan berat 180-250 gram dibagi menjadi 10 kelompok. Masing masing
kelompok terdiri dari 3 tikus. Sebelum penelitian ini dimulai, hewan uji diaklimatisasi selama kurang lebih 2 minggu, diberi pakan pellet, diberi air
minum yang bersumber dari air tanah, dan dipuasakan sehari sebelum mendapat perlakuan. Selama perlakuan, diberikan pakan dan minum.
3.8. Pembuatan sediaan dosis uji
Dosis yang digunakan pada ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak K.alvarezii adalah dosis 300 mgkg bb, 600 mgkg bb dan 1200 mgkg bb yang
kemudian dikonversikan ke dalam dosis tikus masing-masing menjadi 60 mg200 gr bb, 120 mg200 gr bb, dan 240 mg200 gr bb.
1 Dosis akarbose sebagai kontrol pembanding Acarbose diberikan dalam bentuk larutan sesuai dosis oral efektif pada
manusia, yaitu, 50 mg60 kg bb yang dikonversikan , yaitu dosis untuk setiap 200g bb tikus menjadi 1,02 mg.
2 Dosis glibenklamid sebagai kontrol pembanding Glibenklamid diberikan dalam bentuk larutan sesuai dosis oral efektif pada
manusia, 5 mg60 kg bb yang dikonversikan, yaitu dosis untuk setiap 200g bb tikus menjadi 0,1 mg.
3 Dosis Aloksan Dosis aloksan secara intravena yang digunakan dalam percobaan ini
adalah 100 mgkg bb atau untuk tikus dengan berat badan 200g adalah 20 mg200 gr bb.
4 Dosis Glukosa Dosis glukosa yang digunakan dalam percobaan ini untuk meningkatkan
kadar gula darah adalah 1 gkg bb, dalam larutan dengan konsentrasi 50
3.9. Pengambilan Darah dan Pengaruh Kadar Glukosa Darah
Sebelum pengambilan darah, tikus dimasukkan ke dalam kandang kecil sedemikian hingga tidak dapat bergerak. Kemudian ekor tikus dibersihkan dengan
alkohol 70. Selanjutnya diambil darah secara intravena melalui ujung ekor dan diukur kadar gula darah dengan alat glukometer.
3.10. Uji pendahuluan pada metode induksi aloksan
Uji pendahuluan merupakan upaya peningkatan kadar glukosa darah dengan menginduksi tikus dengan aloksan. Pada hari ke-0 diukur glukosa darah,
setelah penginduksian tersebut, kadar glukosa darah tikus dikontrol pada hari ke- 3,8 dan 14 untuk meyakinkan bahwa aloksan dengan dosis tersebut menyebabkan
pankreas. Uji pendahuluan dilakukan dengan cara : 1 Larutan aloksan disuntikan di bagian ekor tikus pada 10 kelompok tikus.
Setelah penyuntikan diberi makan dan minum seperti biasa kemudian setelah 2 jam dilakukan lagi pengambilan sampel darah sebagai kadar
glukosa darah minggu ke-1 2 Pada hari ke-3 diamati berat badan tikus. Kadar glukosa darah diukur
secara kuantitatif. Kemudian ditunggu selama 6 hari untuk menstabilkan hiperglikemia pada tikus.
3 Pada hari ke-8 diamati berat badan tikus. Kadar glukosa darah diukur secara kuantitatif. Kemudian ditunggu selama 6 hari untuk menstabilkan
hiperglikemia pada tikus. 4 Hari ke-14 dilakukan pengambilan darah. Hasil pengukuran kadar glukosa
darah ditetapkan sebagai kadar glukosa darah hiperglikemia awal.
3.11. Kelompok Perlakuan