PEMBAHASAN Uji efek penurunan glukosa darah ekstrak etanol ganggang (Gracilaria verrucosa) dan (Kappaphycus alvarezii) dengan metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan

52

BAB V PEMBAHASAN

Pada penelitian uji aktivitas penurunan glukosa darah dengan metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan ini menggunakan ekstrak etanol 70 G. verrucosa dan K. alvarezii. Kedua sampel uji ini termasuk ke dalam famili gangang merah. Ganggang merah telah lama diketahui menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologi yang luas Vallinayagam et al, 2009. Sampel uji G. verrucosa dan K. alvarezii yang didapat dari tambak di Desa Tenjo Ayu ini dicuci hingga bersih dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, kemudian setelah kering sampel uji dirajang sehingga menjadi serbuk simplisia. Serbuk simplisia dari kedua sampel uji ini kemudian dideterminasi di LIPI Oceanografi untuk memastikan kesesuaian nama dan famili dari bahan yang akan diteliti. Serbuk G. verrucosa dan K. alvarezii kemudian diekstraksi dengan metode maserasi. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak zat aktif dari tanaman dengan cara merendam serbuk simplisia dengan cairan pengekstrak yang sesuai dengan temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini paling sering dilakukan karena pengerjaannya yang mudah, peralatan yang sederhana, dan kemampuan mengekstraksi dengan baik. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 70. Pemilihan etanol 70 ini karena pelarut ini sangat baik dan dapat menarik senyawa polar maupun non-polar secara optimal. Sampel uji dimaserasi dengan etanol 70 sebanyak 300 gram untuk setiap sampel uji. Ekstraksi dengan cara maserasi ini dilakukan 4-5 hari sampai pelaut terlihat jernih. Kemudian masing-masing hasil maserasi kedua ganggang merah dipekatkan dengan vaccum rotavapor yang kemudian menghasilkan ekstrak kental. Pada G. verrucosa didapatkan rendemen sebanyak 11 atau seberat 33 gram sedangkan K. alvarezii didapatkan rendemen sebesar 4 atau seberat 12 gram. Sebelum dilakukan pengujian pada hewan uji, kedua ekstrak dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui senyawa-senyawa yang tertarik ke dalam pelarut etanol 70. Dari penapisan yang dilakukan, diketahui bahwa G. verrucosa mengandung senyawa saponin, triterpenoid dan flavonoid, sedangkan K. alvarezii mengandung senyawa alkaloid dan flavonoid. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mampu menurunkan kadar glukosa darah. Flavonoid diketahui sebagai antioksidan yang baik, aktivitas antioksidan juga mampu bekerja sebagai antibakteri, antikanker, dan antidiabetes Fard et al, 2011. Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus jantan galur wistar berumur 2 bulan dengan berat badan 150-200 gram. Semua kelompok hewan uji diaklitimasi selama 14 hari agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selama pemeliharaan semua tikus diberi makan dan minum dengan takaran yang sama. Hewan uji yang dipilih adalah tikus yang sehat dengan ciri-ciri bulu bersih, mata jernih bersinar dan setelah diaklitimasi berat badan meningkat. Pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa darah pada kedua ganggang merah ini menggunakan 2 metode, yaitu metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan. Hewan uji dikelompokan menjadi 9 kelompok, masing-masing 3 ekor pada setiap kelompok. Kelompok kontrol normal diberi perlakuan dengan pemberian air suling, kelompok kontrol positif untuk metode toleransi glukosa oral diberi akarbosa, sedangkan kontrol positif untuk metode induksi aloksan diberi glibenklamid, kelompok kontrol negatif hanya diberi suspensi CMC, 3 kelompok uji G. verrucosa dan 3 kelompok uji K. alvarezii, masing-masing diberikan dosis rendah 300 mgkg bb, dosis sedang 600 mgkg bb, dan dosis tinggi 1200 mgkg bb. Ekstrak dan kontrol positif yang akan dicekokan kepada hewan uji, sebelum pengujian disuspensikan dengan CMC 1. Hewan uji dipuasakan selama 16 jam sebelum perlakuan, sehingga saat diberi perlakuan akan terlihat peningkatan kadar glukosa darahnya, meningkatkan rasa lapar pada tikus sehingga pada saat tikus diberi perlakuan mau menelan sediaan uji dengan mudah dan juga penurunan dan kenaikan kadar glukosa darah yang terjadi tidak dipengaruhi apapun selain sediaan uji dan glukosa yang diberikan. Metode toleransi glukosa oral bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan ekstrak etanol G. verrucosa dan ekstrak etanol K. alvarezii dalam menekan peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh setelah pemberian glukosa yang besar. Sebagai pembanding digunakan akarbosa dengan mekanisme kerja menghambat enzim α-glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus, sehingga pembentukan dan penyerapan glukosa dihambat, dosis akarbosa yang digunakan adalah dosis yang dikonversikan dari dosis efektif manusia yaitu 4,5 mgkg bb. Pada menit ke-0 kadar glukosa darah diperiksa dan ditetapkan sebagai kadar glukosa darah puasa. Setiap kelompok hewan uji diberikan ekstrak terlebih dahulu sebelum terjadi efek hiperglikemia yang diakibatkan pemberian glukosa secara oral. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kemampuan ekstrak dalam menghambat absorpsi glukosa dalam tubuh yang kadar glukosa darahnya melambung tinggi. Meningkatnya kadar glukosa darah secara nyata pada menit ke-30 di setiap kelompok kontrol dan uji. Pada menit ke-60, kelompok kontrol dan uji telah mengalami penurunan kadar glukosa darah. Persentase penurunan terbesar terjadi pada kelompok dosis tinggi K. alvarezii, dapat dilihat pada tabel 5. Penurunan ini terus terjadi hingga menit ke-180. Berdasarkan tabel 16, BNT menunjukkan pada menit ke-0 kelompok kontrol normal tidak ada perbedaan bermakna antara seluruh kelompok. Pada menit ke-30, kelompok kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok kontrok dan uji. Ini dikarenakan pada menit ke-30 ini seluruh hewan uji mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh glukosa yang diberikan. Pada menit ke-60, 90, 120, dan 150, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis rendah, dosis sedang, dan kontrol positif. Namun berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok dosis tinggi G. verrucosa. Ini menunjukkan bahwa kelompok dosis rendah dan dosis sedang G. verrucosa mampu menurunkan kadar glukosa darah hingga rentang normal. Pada metode induksi aloksan, setiap kelompok hewan uji diinduksi dengan aloksan monohidrat dengan dosis 100 mgkg BB. Pemberian aloksan ini akan merusak pankreas hewan ujidapus, agen sitotoksiknya secara cepat dan selektif merusak kemampuan sel β dalam memproduksi insulin sehingga insulin yang dihasilkan pankreas hanya sedikit. Setelah penginduksian aloksan kemudian ditunggu selama 2 minggu untuk memastikan kerusakan permanen sebagian fungsi pankreas hewan uji dan kenaikan kadar glukosa darah hewan uji. Semua kelompok yang disuntikan aloksan monohidrat secara intravena memperlihatkan peningkatan kadar glukosa 200mgdl dibandingkan dengan kontrol normal. Dari penampakan fisik, tikus yang mengalami hiperglikemia mengalami penurunan berat badan dan keadaan kandang tikus menjadi lebih lembab dan berbau tidak sedap daripada kandang kelompok tikus normal. Pada pengujiannya, setiap kelompok uji dicekokkan ekstrak setiap hari dan diperiksa kadar glukosa darah pada hari ke-1 sebagai kadar glukosa awal lalu diperiksa kembali pada hari ke-4,8, dan 15. Sebagai pembanding digunakan glibenklamid, karena glibenklamid mampu menstimulasi sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa selama makan, sehingga pemberian ke hewan uji satu kali sehari sesuai dengan pemberian larutan uji. Dosis yang digunakan 0,45 mgkg bb. Dosis tersebut digunakan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia, yaitu 5 mghari yang kemudian dikonversi ke dosis tikus. Pada hari ke-4, 8 dan 15, kadar glukosa darah kontrol normal masih tetap dalam rentang normal sedangkan kontrol negatif mengalami hiperglikemia yang semakin parah. Tikus yang daya tahan tubuhnya tidak kuat sangat beresiko mengalami kematian, sehingga harus selalu dijaga agar waktu untuk tikus kontrol negatif dipuasakan tepat dan tidak menimbulkan kematian. Untuk kelompok kontrol positif dan kelompok uji, terlihat penurunan kadar glukosa darah secara bertahap pada hari ke-4, 8, dan 15 setelah perlakuan. Keadaan fisik juga mengalami perbaikan berupa peningkatan berat badan. Dari persentase penurunan kadar glukosa darah, penurunan yang paling cepat dan stabil terjadi pada kelompok dosis tinggi G. verrucosa dan dosis tinggi K. alvarezii. Berdasarkan pada tabel 24, Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan ekstrak G. verrucosa, kecuali kontrol positif dan kontrol negatif. Ini dikarenakan kadar hiperglikemia pada kontrol negatif dan kontrol positif tidak terlalu tinggi, tetapi masih dalam keadaan hiperglikemia seperti kelompok dosis uji. Maka ini menunjukkan bahwa seluruh kelompok dosis uji, kontrol positif, dan kontrol negatif telah mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh aloksan yang diinduksikan. Pada hari ke-4, kelompok kontrol normal dan kontrol positif tidak berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan berdasarkan pada tabel 24, bila dilihat dari nilai signifikansi  ≤ 0,05. Namun pada hari ke-15 kelompok control negative berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan. Ini dikarenakan kelompok kontrol positif dan dosis uji telah mengalami penurunan kadar glukosa darah dalam rentang normal, sedangkan kontrol negatif tidak mengalami penurunan. kelompok dosis sedang G. verrucosa dapat menurunkan kadar glukosa darah dalam rentang normal dan tidak berbeda secara bermakna dengan kontrol positif. Pada tabel 29, menjelaskan uji BNT dari uji aktivitas K. alvarezii dengan metode induksi aloksan. Pada hari ke-1, kelompok kontrol normal tidak berbeda secara bermakna dengan seluruh kelompok perlakuan, kecuali kontrol positif dan kontrol negatif. Ini dikarenakan kadar hiperglikemia pada kontrol negatif dan kontrol positif tidak terlalu tinggi, tetapi masih dalam keadaan hiperglikemia seperti kelompok dosis uji. Ini menunjukkan bahwa seluruh kelompok dosis uji, kontrol positif, dan kontrol negatif telah mengalami hiperglikemia yang diakibatkan oleh aloksan yang diinduksikan. Pada hari ke-4, ke-8, dank ke-15, kelompok kontrol normal dan kontrol positif tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok dosis sedang dan tinggi K. alvarezii bila dilihat dari nilai signifikansi  ≤ 0,05. Namun berbeda secara bermakna dengan kelompok kontrol negatif, dosis rendah K. alvarezii. Dari data statistik yang diperoleh memperlihatkan bahwa kelompok dosis sedang dan dosis tinggi K. alvarezii dapat menurunkan kadar glukosa darah hingga rentang normal. 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN