Na-CMC Wade, 1994 Aloksan TINJAUAN PUSTAKA

konsentrasi berkurang kira-kira 15 jam. Pasien yang usia lanjut membutuhkan dosis yang lebih kecil. Sebagian pasien mengontrol dengan insulin dapat juga dikontrol dengan glibenklamid.

2.10. Na-CMC Wade, 1994

Sinonim : Carboxymethylcellulosum natricum, carboxymethyl sodium, cellulose gum USP XXII mendeskripsikan Na-CMC sebagai garam natrium sodium dari policarboxy metyl ether dari selulosa. Bobot molekul : 90.000 – 700.000 Pemerian : serbuk warna putih, tidak berbau, serbuk bergranul Kelarutan : praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter dan toluene, mudah terdispersi dalam air pada seluruh temperature membentuk larutan koloid yang bening. Stabilitas : Na-CMC stabil, materi higroskopik pada kondisi lembab. Na- CMC dapat menyerap air dalam kuantitas yang besar pada tablet hal ini diasosiasikan dengan penurunan kekerasan tablet. OTT : Larutan asam, garam besi terlarut, beberapa logam alumunium, merkuri, seng, xanthan gum. Aplikasi : Na-CMC biasa digunakan pada formula oral dan topical Tabel.1 kegunaan dan konsentrasi Na-CMC Kegunaan Konsentrasi Emulsi Agent 0,25 – 1,0 Agen pembentuk gel 4,0 – 6,0 Pengikat tablet 1,0 – 6,0 Larutan oral 0,1 – 1,0

2.11. Aloksan

Rumus Molekul : C 4 H 2 N 2 O 4 Nama lain : 2,4,5,6H 1 ,H 3 -pyrimidinetetrone 2,4-5,6 tetraoxohexahydropyrimidine, mesoxalylurea,mesoxalycarbamide Rumus kimia : Gambar 3. Rumus bangun aloksan Injeksi aloksan ke dalam hewan menyebabkan penurunan dari sel β pada pulau langerhans yang sangat kecil. Sejak sel ini disintesis olehh hormon insulin, aloksan sering digunakan untuk induksi diabetes pada percobaan hewan Halliwel et al, 1999. Aloksan terdapat dalam tiga bentuk senyawa, yaitu aloksan anhidrat, aloksan monohidrat, aloksan tetrahidrat. Aloksan mempunyai bentuk hablur Kristal, tidak berair, warna merah muda pada suhu 230 o C dan tidak stabil pada suhu 256 o C. LD50 pada dosis 200mgkg bb secara intravena. Sebagai diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya 65mgkg BB, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya szkudelski, 2001. Penyimpanan pada suhu rendah dalam wadah tidak tembus cahaya dan tertutup rapat. Aloksan yang berwarna merah jambu kelarutannya dalam air berkurang.Hal ini dapat terjadi aloksan disimpan pada suhu kamar dan dibiarkan kontak dengan udara dengan kelembaban tinggi Windolz et al, 1983. Keadaan diabetes permanen pada hewan percobaan dapat dicapai dengan pemberian dosis aloksan yang optimum. Sebelum mencapai keadaan tersebut, hewan akan mengalami beberapa tahapan yang fluktuatif dimana terjadi fase hiperglikemia, fase hipoglikemia dan kadang-kadang secara spontan kembali normal bahkan dapat terjadi kematian. Adapun fase-fase yang terjadi adalah : Pertama : Setelah 5 sampai 19 menit pemberian aloksan secara intravena akan terjadi fase hipoglikemia awal dimana saraf otonom akan mempengaruhi sel beta pancreas agar melepaskan insulin yang tersimpan sehingga insulin masuk ke peredaran darah dan mnyebabkan hipoglikemia. Fase ini berlangsung singkat namun dapat berakibat fatal pada hewan. Kedua : dalam fase ini mula-mula terjadi stimulasi orhtosimpatik dimana terjadi kekurangan insulin yang disebabkan adanya inhibisi sekresi insulin dalam sel-sel beta pancreas. Fase ini berlangsung 30 sampai 120 menit setelah pemberian aloksan. Dalam fase ini kadang-kadang kadar glukosa dalam darah mencapai 6 gdl. Ketiga : pada fase ini terjadi hipoglikemia sekunder dan kadang terjadi konvulsi pada hewan. Pada fase ini kadar glukosa darah menurun dan mencapai keadaan yang lebih gawat dari semula. Tahap yang terjadi antara jam ketoga atau jam kesepuluh setelah pemberian aloksan secara intravena yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Untuk keadaan fatal dianjurkan pemberian glukosa. Keempat : fase terjadinya hiperglikemia awal permanen. Pada fase ini hewan menjadi hiperglikemia permanen. Terjadi setelah 2 sampai 8 jam setelah pemberian aloksan secara intravena. Tetapi pada fase ini hewan dapat pula mnejadi normal kembali secara spontan setelah selang waktu tersebut. Oleh karena itu sebaiknya pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan setelah tahap keempat tersebut atau hari ke-3. Diperkirakan sindrom diabetes permanen terjadi akibat rusaknya sebagian sel-sel beta pulau Langerhans, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa hanya fungsi sel-sel beta langerhans saja yang ambang rangsangnya menurun.

2.12. Simplisia