Analisis Penentuan Waktu Istirahat Pendek Berdasarkan Beban Kerja Fisik dan Asupan Energi pada Bagian Balling Press di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate

(1)

ANALISIS PENENTUAN WAKTU ISTIRAHAT PENDEK BERDASARKAN BEBAN KERJA FISIK DAN ASUPAN ENERGI

PADA BAGIAN BALLING PRESS DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

YUDHA WIBOWO NIM. 080403226

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Penulis melaksanakan Tugas Akhir di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang bergerak dibidang pembuatan crumb rubber. Tugas Akhir ini berjudul “Analisis Penentuan Waktu Istirahat Pendek Berdasarkan Beban Kerja Fisik dan Asupan Energi pada Bagian Balling Press di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate.”

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini ke depan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Medan, Desember 2010


(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Aulia Ishak, S.T., M.T. dan Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, M.M. selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri USU.

3. Ir. Poerwanto, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Ir. Anizar, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II dalam pelaksanaan Tugas Akhir yang telah memberikan banyak pengajaran baru bagi penulis dan memberikan motivasi yang sangat berharga.

4. Kedua orang tuaku yang tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan dengan penuh cinta serta ketiga saudaraku Wisnu Wardhana, Erna Wati dan Yuana Widianing Serta, karena berkat doa restu serta dukungan material kepada penulis hingga terselesainya Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Didi Syahputra ST dan Bapak Fernando Gultom ST selaku

pembimbing perusahaan, serta Bapak Jaman SH yang telah memberikan kami izin untuk melakukan penelitian di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate. 6. Bang Mijo, Kak Dina, Buk Ani, Bang Ridho atas bantuan dan tenaga yang


(6)

7. Seluruh staff dan karyawan PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate yang telah memberikan bantuan baik berupa informasi dan dukungan moril dalam melakukan penelitian

8. Teman-teman terbaikku Randy Cardo, Riza, Ade, Yudha Aditya, Febrian, Tiwi, Dwi, Arma, Daud, Benedict, Margaret dan Ivan yang selalu memberikan semangat, canda dan tawa, serta berbagi dalam keadaan susah dan senang.

9. Semua teman-teman seperjuangan stambuk 2005, dan seluruh senior dan junior yang mendukung dan memberi semangat kepada penulis.

10.Seluruh yang pernah memberikan spesial semangat kepada penulis Irene Anastasya SKg, Utami Sartika SST, Briptu Ulpa Rizki, Yana Septi Wahani, Damayanti semoga di kemudian hari tuhan membalas kebaikan anda.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

ABSTRAK... iii

I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1

1.2. Perumusan Masalah... I-3 1.3. Tujuan Penelitian... I-3 1.4. Batasan Masalah dan Asumsi... I-3 1.5. Manfaat Penelitian... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Laporan... I-5


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha... II-4 2.3. Lokasi Perusahaan... II-5 2.4. Daerah Pemasaran... II-6 2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan Sekitar... II-6 2.6. Organisasi dan Manajemen... II-8 2.7. Tenaga Kerja dan Jam Kerja... II-10 2.7.1. Tenaga Kerja... II-10 2.7.2. Jam Kerja... II-12 2.8. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya... II-13 2.8.1. Sistem Pengupahan... II-13 2.8.2. Fasilitas Lainnya... II-14

III TINJAUAN PUSTAKA... III-1

3.1. Definisi Ergonomi... III-1 3.2. Tujuan Ergonomi... III-2 3.3. Konsep Keseimbangan dalam Ergonomi... III-2 3.4. Fisiologi... III-5 3.5. Beban Kerja... III-6


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja... III-6 3.5.2. Penilaian Beban Kerja Fisik... III-8 3.6. Kelelahan Kerja... III-12 3.6.1. Proses Terjadinya Kelelahan... III-15 3.6.2. Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan... III-16 3.7. Konsumsi Oksigen... III-17 3.8. Total Metabolisme... III-17 3.9. Energi... III-19

3.9.1. Sejarah Energi... III-19 3.9.2. Bentuk Energi... III-20 3.9.3. Satuan Energi... III-21 3.9.4. Kebutuhan Energi... III-22 3.10. Basal Metabolisme... III-23 3.10.1. Pengertian... III-23 3.10.2. Pengukuran Basal Metabolisme... III-23 3.11. Pemulihan Energi Saat Istirahat... III-25 3.12. Waktu Istirahat... III-26 3.13. Pengaruh Wajtu Kerja dan Waktu Istirahat... III-29


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.14. Penentuan Waktu Istirahat dengan Menggunakan

Pendekatan Fisiologis... III-29 3.15. Dasar-dasar Sampling... III-30

3.15.1. Populasi... III-30 3.15.2. Unit Sampel... III-31 3.15.3. Teknik Penarikan Sampel... III-31 3.15.4. Ukuran Sampel... III-35

IV METODOLOGI PENELITIAN... IV-1

4.1. Jenis Penelitian... IV-1 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian... IV-1 4.3. Kerangka Konsep... IV-1 4.4. Identifikasi Variabel Penelitian... IV-2 4.5. Objek Penelitian……….. IV-5 4.6. Populasi... IV-5 4.7. Sumber Data... IV-5 4.8. Instrumen Penelitian... IV-7 4.9. Pelaksanaan Penelitian... IV-7 4.10.Metode Pengolahan Data... IV-8 4.11.Analisis Pemecahan Masalah……… IV-10 4.12.Kesimpulan dan Saran... IV-10


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1

5.1. Pengumpulan Data... V-1 5.1.1. Tahapan Prosedur Kerja... V-1 5.1.2. Data Jam Kerja... V-2 5.1.3. Data Umur dan Berat Badan... V-2 5.1.4. Data Denyut Nadi... V-3 5.2. Pengolahan Data... V-15 5.2.1. Perhitungan Jumlah Energi dalam Menu Makanan... V-15 5.2.2. Uji Keseragaman Data... V-18 5.2.3. Uji Kecukupan Data... V-25 5.2.4. Penilaian Beban Kerja... V-28 5.2.5. Perhitungan Konsumsi Energi Pekerja... V-32 5.2.6. Perhitungan Konsumsi Oksigen... V-36 5.2.7. Perhitungan Energi Metabolisme Basal... V-38 5.2.8. Perhitungan Lamanya Waktu Istirahat... V-39

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH... VI-1

6.1. Jumlah Masukan dan Keluaran Energi pada Kondisi Saat Ini VI-1 6.2. Jumlah Konsumsi Oksigen pada Saat Ini... VI-7 6.3. Frekuensi dan Lamanya Waktu Istirahat yang Ada Saat Ini.. VI-8


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.4. Penilaian Beban Kerja Metode Tidak Langsung... VI-8 6.5. Pemecahan Masalah... VI-9 6.5.1. Penentuan Waktu Istirahat... VI-10 6.6. Perbandingan Metode Kerja Aktual dengan Metode

Kerja Usulan... VI-13

VII KESIMPULAN DAN SARAN... VII-1

7.1. Kesimpulan dan Saran... VII-1 7.2. Saran... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Lokasi Divisi Perkebunan PT. BSRE... II-3 2.2. Jumlah Karyawan PT. BSRE Bulan Januari 2010... II-11 2.3. Jumlah Karyawan PT. BSRE Bulan Februari 2010... II-12 3.1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi

Suhu Tubuh dan Denyut Jantung... III-8 3.2. Konsumsi Oksigen Maksimum (VO2 max) mL/(Kg-min)... III-9 3.3. Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasarkan % CVL... III-11 3.4. Rumus untuk Menaksir Nilai Angka Metabolisme Basal... III-25 5.1. Data Umur dan Berat Badan Pekerja... V-3 5.2. Data Denyut Nadi Pekerja 1

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-4 5.3. Data Denyut Nadi Pekerja 2

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-4 5.4. Data Denyut Nadi Pekerja 3

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-4 5.5. Data Denyut Nadi Pekerja 4

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-5 5.6. Menu Makanan Pekerja 1... V-7 5.7. Menu Makanan Pekerja 2... V-9 5.8. Menu Makanan Pekerja 3... V-11


(14)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.9. Menu Makanan Pekerja 4... V-13 5.10. Perhitungan Jumlah Energi Pekerja 1 yang Masuk dari Makanan V-15 5.11. Hasil Perhitungan Jumlah Energi yang Masuk dari Makanan

Pekerja 1... V-17 5.12. Hasil Perhitungan Jumlah Energi yang Masuk dari Makanan

Pekerja 2... V-17 5.13. Hasil Perhitungan Jumlah Energi yang Masuk dari Makanan

Pekerja 3... V-17 5.14. Hasil Perhitungan Jumlah Energi yang Masuk dari Makanan

Pekerja 4... V-18 5.15. Uji Keseragaman Data Denyut Nadi Pekerja 1

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-20 5.16. Uji Keseragaman Data Denyut Nadi Pekerja 2

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-21 5.17. Uji Keseragaman Data Denyut Nadi Pekerja 3

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-22 5.18. Uji Keseragaman Data Denyut Nadi Pekerja 4


(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.19. Hasil Uji Kecukupan Data Denyut Nadi Pekerja 1

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-26 5.20. Hasil Uji Kecukupan Data Denyut Nadi Pekerja 2

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-26 5.21. Hasil Uji Kecukupan Data Denyut Nadi Pekerja 3

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-27 5.22. Hasil Uji Kecukupan Data Denyut Nadi Pekerja 4

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-28 5.23. Rekapitulasi Denyut Nadi Pekerja 1

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-29 5.24. Rekapitulasi Denyut Nadi Pekerja 2

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-29 5.25. Rekapitulasi Denyut Nadi Pekerja 3

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-30 5.26. Rekapitulasi Denyut Nadi Pekerja 4

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-31 5.27. Rekapitulasi % CVL dan Kriteria Tindakan Setiap Operator... V-32


(16)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.28. Konsumsi Energi Pekerja 1

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-33 5.29. Konsumsi Energi Pekerja 2

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-33 5.30. Konsumsi Energi Pekerja 3

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-34 5.31. Konsumsi Energi Pekerja 4

(Senin - Sabtu Tanggal 25 s/d Oktober 2010)... V-34 5.32. Konsumsi Energi Pekerja 1 Tiap jam Waktu Pengamatan... V-35 5.33. Konsumsi Energi Pekerja 2 Tiap jam Waktu Pengamatan... V-35 5.34. Konsumsi Energi Pekerja 3 Tiap jam Waktu Pengamatan... V-35 5.35. Konsumsi Energi Pekerja 4 Tiap jam Waktu Pengamatan... V-36 5.36. Jumlah Konsumsi Oksigen Pekerja 1 per harinya... V-37 5.37. Jumlah Konsumsi Oksigen Pekerja 2 per harinya... V-37 5.38. Jumlah Konsumsi Oksigen Pekerja 3 per harinya... V-38 5.39. Jumlah Konsumsi Oksigen Pekerja 4 per harinya... V-38 5.40. Waktu Istirahat yang dibutuhkan Pekerja 1... V-40 5.41. Waktu Istirahat yang dibutuhkan Pekerja 2... V-41


(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.42. Waktu Istirahat yang dibutuhkan Pekerja 3... V-41 5.43. Waktu Istirahat yang dibutuhkan Pekerja 4... V-42 6.1. Jumlah Energi yang dikeluarkan Pekerja 1 pada Saat Bekerja... VI-1 6.2. Jumlah Energi yang dikeluarkan Pekerja 2 pada Saat Bekerja... VI-2 6.3. Jumlah Energi yang dikeluarkan Pekerja 3 pada Saat Bekerja... VI-2 6.4. Jumlah Energi yang dikeluarkan Pekerja 4 pada Saat Bekerja... VI-3 6.5. Perbandingan Jumlah Energi yang dikeluarkan dengan Jumlah

Energi yang Terkandung dalam Makanan per harinya Pekerja 1.. VI-3 6.6. Perbandingan Jumlah Energi yang dikeluarkan dengan Jumlah

Energi yang Terkandung dalam Makanan per harinya Pekerja 2.. VI-4 6.7. Perbandingan Jumlah Energi yang dikeluarkan dengan Jumlah

Energi yang Terkandung dalam Makanan per harinya Pekerja 3.. VI-4 6.8. Perbandingan Jumlah Energi yang dikeluarkan dengan Jumlah

Energi yang Terkandung dalam Makanan per harinya Pekerja 4.. VI-5 6.9. Perbandingan Total Kebutuhan Energi dengan Jumlah Energi


(18)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

6.10. Perbandingan Total Kebutuhan Energi dengan Jumlah Energi

yang Terkandung dalam Makanan per harinya untuk Pekerja 2.. VI-6 6.11. Perbandingan Total Kebutuhan Energi dengan Jumlah Energi

yang Terkandung dalam Makanan per harinya untuk Pekerja 3.. VI-6 6.12. Perbandingan Total Kebutuhan Energi dengan Jumlah Energi

yang Terkandung dalam Makanan per harinya untuk Pekerja 4.. VI-7 6.13. Hasil Penilaian Beban Kerja Metode Tidak Langsung... VI-8 6.14. Waktu Istirahat yang dibutuhkan Pekerja 1... VI-9 6.15. Waktu Istirahat yang dibutuhkan Pekerja 2... VI-10 6.16. Waktu Istirahat yang dibutuhkan Pekerja 3... VI-10 6.17. Waktu Istirahat yang dibutuhkan Pekerja 4... VI-11 6.18. Total Waktu Istirahat yang diusulkan... VI-11 6.19. Perbandingan Metode Kerja Aktual dengan


(19)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate... II-9 3.1. Konsep Dasar Keseimbangan dalam Ergonomi... III-3 3.2. Proses Metabolisme Tubuh………... III-18 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian... IV-7 5.1. Layout Area Kerja Operator Bagian Balling Press……….. V-6 5.2. Peta Kontrol Denyut Nadi 07.00 Senin s/d Sabtu Pekerja 1... V-20 5.3. Peta Kontrol Denyut Nadi 07.00 Senin s/d Sabtu Pekerja 2... V-22 5.4. Peta Kontrol Denyut Nadi 07.00 Senin s/d Sabtu Pekerja 3... V-23 5.5. Peta Kontrol Denyut Nadi 07.00 Senin s/d Sabtu Pekerja 4... V-24


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Pembagan Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1 2. Poto Kegiatan Pekerja ... L-2 3. Menu Makanan Pekerja ... L-3 4. Peta Kontrol Denyut Nadi Pekerja ... L-4 5. Komposisi Zat Gizi Makanan ... L-5 6. Form TA ... L-6 7. Surat Penjajakan ... L-7 8. Surat Balasan ... L-8 9. SK Tugas Sarjana ... L-9 10. Lembar Asistensi ... L-10


(21)

ABSTRAK

PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Istirahat yang diberikan oleh operator PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate kepada pekerjanya adalah dari jam 12.00 – 13.30, walaupun istirahat yang diberikan 11/2 jam tetapi dengan beban kerja yang begitu berat secara terus-menerus maka akan lebih baik lagi diselingi dengan pemberian istirahat pendek serta asupan energi yang sesuai sehingga pekerja akan tidak mudah mengalami kelelahan dini.

Pemulihan energi sangat penting diperhatikan karena selama proses kerja terjadi kelelahan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemulihan energi adalah istirahat. Pekerja dengan beban kerja berat membutuhkan periode dan frekuensi istirahat yang berbeda dengan pekerja dengan beban kerja yang ringan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lamanya waktu istirahat berdasar beban kerja pada bagian balling press. Penelitian ini dilakukan pada 4 orang pekerja. Data yang digunakan adalah data denyut nadi dan asupan energi pekerja selama bekerja, data berat badan dan umur. Perbedaan beban kerja dapat berdasarkan denyut nadi dan konsumsi oksigen. Dari hasil perhitungan bahwa rerata tertinggi dari denyut nadi kerja (DNK) ada pada pekerja 1 dengan nilai 120,9 denyut per menit, sedangkan beban kardiovaskuler (% CVL) ada pada pekerja 3 dengan nilai 39,6 % yang tergolong dalam kategori beban kerja sedang, karena 100-125 denyut per menit dan 30 % - 60 % CVL. Maka dari pengolahan data didapat kesimpulan waktu timbulnya kelelahan dini pekerja sekitar pukul 10.00 – 11.00 dan 15.00 WIB. Hal ini berarti perlu diberikan istirahat pendek pada jam - jam tersebut selama 10 menit.

Dengan adanya waktu istirahat pendek pada jam tersebut, maka pekerja dapat menghilangkan kelelahan dini dan rasa bosan yang timbul dengan cara makan makanan ringan atau melakukan peregangan pada bagian - bagian tubuh. Kata Kunci : waktu istirahat pendek, beban kerja fisik, asupan energi.


(22)

ABSTRAK

PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Istirahat yang diberikan oleh operator PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate kepada pekerjanya adalah dari jam 12.00 – 13.30, walaupun istirahat yang diberikan 11/2 jam tetapi dengan beban kerja yang begitu berat secara terus-menerus maka akan lebih baik lagi diselingi dengan pemberian istirahat pendek serta asupan energi yang sesuai sehingga pekerja akan tidak mudah mengalami kelelahan dini.

Pemulihan energi sangat penting diperhatikan karena selama proses kerja terjadi kelelahan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemulihan energi adalah istirahat. Pekerja dengan beban kerja berat membutuhkan periode dan frekuensi istirahat yang berbeda dengan pekerja dengan beban kerja yang ringan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lamanya waktu istirahat berdasar beban kerja pada bagian balling press. Penelitian ini dilakukan pada 4 orang pekerja. Data yang digunakan adalah data denyut nadi dan asupan energi pekerja selama bekerja, data berat badan dan umur. Perbedaan beban kerja dapat berdasarkan denyut nadi dan konsumsi oksigen. Dari hasil perhitungan bahwa rerata tertinggi dari denyut nadi kerja (DNK) ada pada pekerja 1 dengan nilai 120,9 denyut per menit, sedangkan beban kardiovaskuler (% CVL) ada pada pekerja 3 dengan nilai 39,6 % yang tergolong dalam kategori beban kerja sedang, karena 100-125 denyut per menit dan 30 % - 60 % CVL. Maka dari pengolahan data didapat kesimpulan waktu timbulnya kelelahan dini pekerja sekitar pukul 10.00 – 11.00 dan 15.00 WIB. Hal ini berarti perlu diberikan istirahat pendek pada jam - jam tersebut selama 10 menit.

Dengan adanya waktu istirahat pendek pada jam tersebut, maka pekerja dapat menghilangkan kelelahan dini dan rasa bosan yang timbul dengan cara makan makanan ringan atau melakukan peregangan pada bagian - bagian tubuh. Kata Kunci : waktu istirahat pendek, beban kerja fisik, asupan energi.


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini terdiri dari beberapa proses, diantaranya karet dikeringkan dari mesin dryer, kemudian crumb biscuit dibongkar dari trolley lalu diangkat menuju meja dengan jarak 2 meter lalu meletakkan crumb biscuit di atas meja (sebanyak 28 kali) dengan frekuensi 5-6 kali permenit lalu ditimbang dengan berat 35 kg, kemudian crumb biscuit diangkat ke mesin press, sehingga dari penelitian ini dapat mengetahui tingkat beban kerja dari masing-masing pekerja yang bekerja dengan posisi berdiri. Istirahat yang diberikan oleh operator PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate kepada pekerjanya adalah dari jam 12.00 – 13.30, walaupun istirahat yang diberikan 11/2 jam tetapi dengan beban kerja yang begitu berat secara terus-menerus maka akan lebih baik lagi diselingi dengan pemberian istirahat pendek serta asupan energi yang sesuai sehingga pekerja akan tidak mudah mengalami kelelahan dini.

Hubungan antara waktu bekerja dan istirahat menentukan efisiensi dan produktivitas kerja. Menurut Suma’mur (1998), pada suatu penelitian terhadap pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau berat, produktivitas mulai menurun sudah 4 jam bekerja. Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula


(24)

di dalam darah, untuk hal ini istirahat setengah jam sesudah 4 jam kerja terus-menerus sangat penting artinya. Istirahat pendek sering dilakukan juga lebih baik daripada melakukan istirahat satu kali dalam waktu yang panjang (Sedamayanti, 1996).

Faktor pemulihan energi sangat penting diperhatikan karena selama proses kerja terjadi kelelahan, hal ini diakibatkan oleh dua hal yaitu kelelahan fisiologis dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan faal tubuh. Perubahan faal tubuh dari kondisi segar menjadi letih akan mempengaruhi keoptimalan kinerja pekerja. Pemulihan kondisi faal tubuh untuk kembali pada kondisi segar selama beraktivitas merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemulihan energi adalah istirahat. Pekerja yang bekerja dengan beban kerja berat tentunya membutuhkan periode dan frekuensi yang berbeda dengan pekerja yang bekerja dengan beban kerja ringan. Apabila lamanya waktu istirahat tidak sesuai dengan beban kerja yang diberikan akan menyebabkan pekerja berada dalam kondisi yang tidak optimal. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan dampak yang negatif, seperti waktu pengerjaan yang lebih lama, terjadinya produk cacat, timbulnya kecelakaan kerja dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kesesuaian jam kerja dengan waktu istirahat berdasarkan beban kerja fisik maupun asupan energi pada PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate.


(25)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan permasalahan yang dapat ditentukan adalah :

1. Mencari alternatif jam istirahat untuk memulihkan kondisi pekerja dengan melibatkan beberapa fungsi fisiologis.

2. Melihat energi yang dikeluarkan oleh pekerja per harinya

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian yang akan dilakukan adalah merancang waktu istirahat pendek berdasarkan beban kerja fisik sehingga dapat mengurangi kelelahan yang dirasakan oleh pekerja pada PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menilai beban kerja pekerja dan mengklasifikasikan beban kerja

2. Mengetahui tingkat konsumsi energi bagi pekerja pada bagian balling press dan menilai asupan makanan.

3. Menentukan lama waktu istirahat pendek bagi pekerja pada bagian balling press.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan hanya di DX Factory pada bagian balling press.


(26)

2. Penilaian beban kerja dilakukan berdasarkan metabolisme tubuh yang meliputi denyut nadi atau denyut jantung.

3. Penentuan lama waktu istirahat pendek menggunakan pendekatan fisiologis berdasarkan persamaan Murrel.

4. Asupan makanan pekerja sesuai yang dikonsumsi dan hanya selama 6 hari waktu pengamatan.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pekerja yang diamati adalah pekerja yang bekerja dalam kondisi normal serta sehat secara jasmani dan rohani.

2. Mekanisme dan aktivitas setiap stasiun pada perusahaan berjalan normal. 3. Proses produksi tidak mengalami perubahan.

4. Tidak ada perubahan metode kerja selama penelitian berlangsung.

5. Pekerja dengan jujur mengisi lembar pengamatan mengenai asupan makanan sehari-hari.

6. Takaran makanan yang telah dibakukan beratnya yang sesuai dari daftar komposisi bahan makanan.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi bagi perusahaan untuk menentukan lama waktu istirahat pendek yang sesuai bagi pekerja.


(27)

2. Memberikan masukan bagi tenaga kerja mengenai manfaat waktu istirahat bagi kesehatannya maupun dalam menjaga ketahanan serta kapasitas kerjanya.

3. Masukan bagi instansi terkait yaitu Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Kesehatan tentang pentingnya penerapan waktu istirahat pendek di samping waktu istirahat yang telah ditentukan, dalam upaya peningkatan kesehatan kerja dan peningkatan produktivitas.

4. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis serta berkelanjutan.

5. Bagi peneliti sebagai bahan penambah wawasan aplikasi keilmuan.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan. Pada Bab I diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika laporan. Di dalam Bab II berisi gambaran ringkas dan padat tentang objek studi meliputi sejarah perusahaan, bidang usaha, struktur organisasi, proses produksi, pemasaran dan ringkasan lain. Dalam Bab III Memuat penjelasan tentang konsep dan dasar untuk memecahkan masalah penelitian dan pedoman untuk pembahasan masalah, antara lain konsep ergonomi, beban kerja, perhitungan konsumsi energi, pemulihan waktu istirahat dan penentuan waktu istirahat dengan menggunakan metode pendekatan fisiologis. Pada Bab IV berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan


(28)

penjelasan tiap tahapan secara ringkas. Pada Bab V diuraikan tentang pengumpulan dan pengolahan data untuk mendapatkan hasil yang akan dipakai untuk membahas dan menyajikan hasil-hasil analisa dari hasil pengolahan data-data.

Adapun data yang dikumpulkan pada bab ini meliputi: 1. Denyut nadi

2. Berat badan dan umur 3. Konsumsi oksigen .

4. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Fisiologis.

Pada Bab VI akan diuraikan tentang hasil yang diperoleh dari analisa data dan pemecahan yang dilakukan pada bab sebelumnya. Dalam Bab VII berisi kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian serta saran yang perlu bagi perusahaan secara ringkas dan padat.


(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Crumb rubber yang diolah oleh PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate akan diekspor ke Jepang sebagai bahan baku pembuatan ban. Ban Bridgestone akan dipasarkan ke berbagai negara Asia, Afrika dan Amerika.

PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate yang terletak di Dolok Merangir, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dibeli oleh perusahaan Goodyear pada tahun 1916. Perusahaan ini dibeli dari Vrenide Indice Coltounderneeming (VICO). Vrenide Indice Coltounderneeming merupakan perusahaan Belanda yang dipimpin oleh J.J. Blandeing. Pada Tahun 1917 didirikan pabrik dan kemudian, pada tahun 1927 didirikan Planing Research dan Chemical Research.

PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate mengalami beberapa perubahan dan diantaranya adalah perubahan perluasan perusahaan, peralihan kepemilikan dan perubahan nama. Berikut sejarah terhadap perubahan perluasan perusahaan maupun peralihan kepemilikan, serta nama perusahaan.

a. Perluasan Perusahaan dan Perpanjangan HGU

1. Pada Tahun 1967 Kebun Naga Raja dan Dolok Hulu yang sebelumnya milik PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) dikuasai oleh Goodyear.


(30)

2. Pada tanggal 1 Oktober 1977, Perkebunan PT. Haboko Tea Coy, yang sebelumnya dikuasai oleh oleh PT. Lonsum diurus atau diusahai oleh Goodyear , dan pada tanggal 1 Januari 1982 PT. Haboko Tea Coy resmi berubah nama menjadi NV. Goodyear Sumatra Plantations, LTD.

3. Kebun Naga Raja diusahai berdasarkan SK Ditjen Agraria No.SK.2/ HGU/80 tanggal 2 Januari 1980 dan sertifikat HGU. No 1 Tanggal 15 Oktober 1082 dan telah memperoleh perpanjangan selama 25 tahun sesuai dengan SK. Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 114/HGU/BPN/1997 tanggal 16 September 1997 seluas 2.846,73 Hektar.

4. Kebun Dolok Merangir dan Dolok Hulu dikuasai berdasarkan SK. Menteri Dalam Negeri Nomor : 3/HGU/DA/80 dan telah memperoleh perpanjangan selama 25 tahun seluas 11.226,38 Hektar. Namun setelah diukur secara kadasteral dengan mengeluarkan seluas 202,87 Hektar untuk Kawasan Industri Simalungun (KIS) dan perluasan wilayah Ibukota Kecamatan Tapian Dolok, kantor imigrasi P.Siantar serta peruntukan jalan, maka luas area HGU PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate di Kabupaten Simalungun menjadi seluas 11.023,553 Hektar. 5. Kebun Aek Tarum diusahai berdasarkan Hak Guna Usaha No. 1/Perk. A.

Tarum Haboko dan telah memperoleh perpanjangan selama 25 Tahun sesuai dengan SK. Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 149/HGU/BPN/97 tanggal 9 Desember 1997 seluas 4.238,88 Hektar.


(31)

b. Peralihan Kepemilikan dan Perubahan Nama Perusahaan

Kepemilikan saham perusahaan PT. Goodyear Sumatra Plantations sebanyak 1.900.000 saham beralih kepada Bridgestone Corporation (Jepang) dengan nama perusahaan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate yang merupakan badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia sejak tanggal 9 Agustus 2005.

Peralihan kepemilikan dan perubahan nama perusahaan tersebut tercantum dalam keputusan sekuler pada Akte Notaris No. 80, persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. No. C-02853 HT.01.04.TH.2005 tanggal 2 Pebruari 2005 dan persetujuan Badan Koordinasi penanaman modal R.I. No. 236/B.2/A6/2005 tanggal 4 Oktober 2005. Peralihan kepemilikan perusahaan dan nama perusahaan telah diumumkan melalui Harian Media Indonesia dan Suara Pembaharuan tanggal 1 September 2005.

Saat ini PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate mempunya 5 divisi perkebunan. Divisi perkebunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1. Lokasi Divisi Perkebunan PT. BSRE

No Divisi Lokasi

1. Divisi I Naga Raja

2. Divisi II Dolok Meragir

3. Divisi III Dolok Ulu

4. Divisi IV Dolok Ulu

5. Divisi V Aek Tarum


(32)

PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate saat ini memiliki pabrik pengolahan crumb rubber seluas 106.537,58 m2. Pabrik pengolahan crumb rubber terbagi atas 5 factory, yaitu :

1. DM Factory (Dolok Merangir Factory)

2. DX Factory (Dolok Merangir Expansion Factory) 3. FOOM Factory

4. NB1 (New Bridgestone 1) 5. NB2 (New Bridgestone 2)

DM factory, DX factory serta Foom factory merupakan factory yang didirikan oleh PT. Goodyear Sumatra Plantations. Factory NB1 dan NB2 merupakan factory yang didirikan oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate menghasilkan crumb rubber yang merupakan bahan baku pembuatan ban. Peningkatan produksi yang dilakukan oleh PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate membuat masyarakat sekitar terpacu untuk menanam karet. Harga jual karet pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate sangat tinggi, oleh karena itu masyarakat sekitar lebih tertarik menjual kepada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate dari pada perusahaan sejenis yang ada di lingkungan sekitar. Harga Jual karet yang tinggi dikarenakan perusahaan sangat bergantung pada penjualan karet dari masyarakat. Sekitar 65% bahan baku untuk proses produksi berasal dari karet masyarakat.

Selain bergerak dalam bidang penjualan dan pengolahan karet, PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate juga bergerak pada bidang perkebunan karet.


(33)

Hasil perkebunan karet dari PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate hanya memenuhi 35% dari kebutuhan bahan baku. Saat ini PT. Bridgestone meiliki 5 Divisi perkebunan yaitu di daerah Naga Raja, Dolok Ulu, Dolok Merangir dan Aek Tarum. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku saat ini PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate berupaya menambah divisi perkebunannya.

2.3. Lokasi perusahaan

Letak pabrik pengolahan crumb rubber PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah sebagai berikut :

Desa : Dolok Merangir Kecamatan : Dolok Batu Nanggar Kabupaten : Simalungun

Provinsi : Sumatera Utara

Adapun Batas-batas pabrik pengolahan crumb rubber PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah sebagai berikut :

Sebelah timur : Kebun karet PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Sebelah barat : Pemukiman penduduk

Sebelah utara : Kebun karet PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Sebelah selatan : Perumahan Karyawan


(34)

2.4. Daerah Pemasaran

Crumb Rubber yang dihasilkan oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate, merupakan bahan baku pembuatan ban. Sebelum crumb rubber dikirim ke Jepang, terlebih dahulu akan dikirim ke Singapura. Bridgestone corporation Singapura menentukan kuantitas bahan baku yang diperlukan oleh Bridgestone Corporation di Yokohama, Jepang. Daerah pemasaran ban Bridgestone meliputi wilayah Asia, negara-negara di Amerika seperti Amerika Serikat, Kanada dan Brazil serta beberapa negara di kawasan Afrika. Untuk pasar kawasan Eropa ban Bridgestone masih bersaing dengan ban sejenis.

Kawasan Asia merupakan pasar yang paling potensial bagi ban Bridgestone, hal ini dikarenakan harga ban Ban bridgestone dapat dijangkau oleh konsumen di Asia selain kualitas produk yang baik. Pemesanan bagi pasar Asia dilakukan pada Bridgestone Corporation Singapura, sedangkan bagi pasar Indonesia dilakukan di Kantor cabang Bridgestone Corporation di Jakarta dan Medan.

Saat ini Bridgstone merupakan satu-satunya pabrikan ban yang dipakai pada Formula 1 (F1) dan Moto GP, kedepannya Bridgestone Corporation dapat bersaing di pasar Eropa dengan ban sejenis.

2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan Sekitar

Keberadaan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate di lingkungan sekitar memberikan dampak ekonomi serta dampak sosial dan budaya. Dampak ekonomi diantaranya, keberadaan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate membuka


(35)

lapangan pekerjaan bagi masyarkat sekitar. Jenis pekerjaan tersebut diantaranya, tenaga kerja keamanan, tenaga kerja di pabrik maupun tenaga kerja diperkebunan. Dampak ekonomi lainnya adalah, adanya kegiatan jual beli karet antara PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate dengan masyarakat sekitar. Tingginya harga karet pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate membuat masyarakat lebih tertarik menjualnya pada perusahaan ini ketimbang perusahaan sejenis.

Dampak sosial budaya diantaranya, perbaikan jalan disekitar areal PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate. Adanya kerjasama perusahaan dengan masyarakat sekitar dengan adanya kegiatan bakti sosial. Kerja sama juga dilakukan oleh perusahaan dengan perusahaan sekitar mengenai pelatihan karyawan tentang keselamatan kerja.

Mengenai dampak lingkungan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate telah menerapkan sistem ISO 14000 mengenai manajemen lingkungan. Untuk penaganan bau akibat pengolahan crumb rubber PT. Bridgestone memakai Air Scrubber. Air Scrubber merupakan peralatan yang digunakan untuk menyerap kadar bau yang terkandung dalam gas buang, sehingga bau-bauan dapat di minimalisir. Limbah hasil proses produksi crumb rubber berbentuk limbah cair yaitu air pencucian crumb rubber. Sebelum dibuang dan dialirkan ke sungai air pencucian akan diolah terlebih dahulu dengan sistem lagoon dan sistem active sludge, sehingga air tidak mengandung bahan kimia serta bakteri.


(36)

2.6. Organisasi dan Manajemen 2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit) kerja dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut dikoordinasikan. Selain daripada itu, struktur organisasi juga menunjukkan spesialiasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah, dan penyampaian laporan.

Suatu sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda memerlukan struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumberdaya dengan cara yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang ada didalam organisasi dapat diarahkan sehingga mendorong mereka melaksanakan aktifitas masing-masing dengan baik dan mendukung tercapainya sasaran perusahaan dengan efektif dan efisien.

Struktur organisasi dari PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate berbentuk struktur organisasi campuran lini, fungsional dan staff. Sruktur lini merupakan struktur dimana didalamnya terdapat pembagian kerja berdasarkan wilayah /divisi kebun dan kantor Medan dan Jakarta. Struktur fungsional merupakan struktur organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada bawahan berdasarkan fungsi-fungsi kerja dengan keahlian khusus, dan hubungan staff merupakan hubungan atasan dengan staff khusus. Struktur Organisasi PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(37)

2.7. Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.7.1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate terdiri atas beberapa bagian. Bagian tersebut diantaranya, bagian Factory meliputi processing, engineering, QC (Quality Control), transportasi dan head office. Bagian lain diantaranya, bagian lapangan, rumah sakit dan keamanan. Perekrutan tenaga kerja diatur oleh perusahaan, demikian juga penempatannya (tenaga kerja tetap atau dikontrak sesuai dengan kebutuhan). Tenaga kerja kontrak biasanya berasal dari tenaga kerja lokal dan pada level karyawan, upahnya dibayar berdasarkan hari kerja (Daily Paid).

Tenaga kerja asing ditempatkan pada level Top Management, yaitu pada posisi President Director, Director serta Factory Manager. Pada saat ini President Director dijabat oleh G.L. Igot, Production Director oleh Joji Yatsunami, Finance Director oleh Seiji Inoue dan Factory Manager dijabat oleh Hajime Kondo. Proses perekrutan tenaga kerja asing dilakukan oleh pimpinan perusahaan Bridgestone di Tokyo Jepang. Pada saat ini pimpinan perusahaan Bridgestone di Jepang dipimpin oleh Shigeo Watanabe sebagai Chairman Of The Board.

Tenaga kerja pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate dikelompokkan berdasarkan Pimpinan, staff serta karyawan. Berdasarkan sistem pembayaran karyawan dikelompokkan menjadi 3, yaitu karyawan tetap, karyawan lepas dan free labor. Karyawan tetap biasanya digaji setiap bulannya (monthly paid), sedangkan karyawan lepas digaji setiap harinya (daily paid) dan free labor digaji


(38)

setiap 2 minggu sekali atau pada periode pembayaran yang telah ditentukan. Jenis pekerja free labor tidak memiliki keterkaitan dengan perusahaan apabila periode pekerjaannya telah selesai.

Jumlah karyawan pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate setiap bulannya berubah, hal ini diakibatkan perubahan jumlah karyawan tidak tetap yang berubah setiap bulannya. Jumlah tenaga kerja pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate pada akhir Januari 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.2. dan jumlah karyawan pada akhir Februari 2010 pada Tabel 2.3.

Tabel 2.2. Jumlah Karyawan PT. BSRE Bulan Januari 2010

No Bagian Jumlah (Orang)

1 Exprative 5

2 Full Staff 84

3 Staff Contract 5

4 GRD Training 1

5 Apprentice 75

6 MP Contract 5

7 Karyawan

a. Monthly Paid (MP) 4122

b. Daily Paid (DP) 1266

Jumlah 5.563


(39)

Tabel 2.3. Jumlah Karyawan PT. BSRE Bulan Februari 2010

No Bagian Jumlah (Orang)

1 Exprative 5

2 Full Staff 84

3 Staff Contract 5

4 GRD Training 1

5 Apprentice 75

6 MP Contract 5

7 Karyawan

a. Monthly Paid (MP) 4149

b. Daily Paid (DP) 1263

Jumlah 5.587

Sumber : PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

2.7.2. Jam Kerja

Pembagian jam kerja pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate dibagi menjadi 2, yaitu berdasarkan shift dan tidak berdasarkan shift. Shift dibagi menjadi 3, yaitu shift I, shift II dan shift III. Berdasarkan Syarat Kerja Umum (SKU) setiap pekerja mempunyai syarat maksimum 7-8 jam kerja/ hari dan bekerja 6 hari/ minggu. Apabila waktu kerja lebih dari 8 jam kerja, maka jam kerja berikutnya terhitung sebagai lembur.

Ketentuan kerja pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah sebagai berikut :


(40)

a. Tidak Berdasarkan shift Senin-jumat

• Waktu Kerja Pukul 07.00-12.00

• Waktu Istirahat Pukul 12.00-13.30

• Waktu Kerja Pukul 13.30-16.00 Sabtu

• Waktu Kerja Pukul 07.00-12.00 b. Berdasarkan Shift

Shift I Pukul 07.00 - 15.00

Shift II Pukul 15.00 - 23.00

Shift III Pukul 23.00 - 07.00

Bagi karyawan shift yang bekerja dibagian produksi, karyawan diberi izin beristirahat setiap 11/2 selama periode 8 jam bekerja. Penggantian shift dilakukan setiap seminggu, hal ini dilakukan agar pekerja tidak terlalu letih dan jenuh terhadap jam kerja.

2.8. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya 2.8.1. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate dibedakan berdasarkan golongan, jabatan serta latar belakang pendidikan. Bagi para karyawan sistem pengupahan dibagi menjadi yaitu monthly paid, daily paid dan free labor. Pengaturan sistem pengupahan untuk monthly paid, daily paid dan free labor adalah sebagai berikut :


(41)

1. Sistem pembayaran Daily Paid, karyawan pada kategori ini dibayar berdasarkan hari kerja dan upahnya dibayarkan setiap 2 minggu sekali. Besarnya upah harian berdasarkan kesepakatan yang dibuat oleh PT. Bridgestone dengan pekerja mengenai upah harian lepas.

2. Sistem pembayaran Monthly Paid, karyawan pada kategori ini upah dibayarkan setiap bulannya berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR). Karyawan. Monthly Paid merupakan karyawan tetap yang mendapat fasilitas kesehatan maupun perumahan.

3. Free Labor

Pekerja dengan jenis ini memiliki masa periode kerja yang telah ditentukan. Apabila periode kerja telah habis, maka perusahaan tidak memiliki keterkaitan dengan pekerja tersebut. Untuk jenis pekerja free labor upah yang dibayarkan sebesar Rp. 625.000,00/ bulan.

Selain upah regular, upah lembur juga diberikan apabila kerja lembur dilakukan atas permintaan perusahaan. Kerja lembur biasa dilakukan apabila target produksi belum terpenuhi.

2.8.2. Fasilitas Lainnya

Fasilitas-fasilitas yang diperoleh karyawan dibedakan menurut golongan dan jabatan masing-masing. Adapun fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate secara umum adalah :

1. PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate memberikan perumahan bagi karyawan tetap disekitar areal factory atapun perkebunan.


(42)

2. Jaminan terhadap keamanan rumah karyawan dengan disediakannya penjaga keamanan di sekitar kompleks perumahan.

3. Penyediaan sarana kesehatan berupa fasilitas rumah sakit bagi karyawan dan keluarga.

4. Setiap karyawan diikut sertakan dalam keanggotaan Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)

5. Sarana pendidikan bagi anak karyawan berupa transportasi sekolah maupun beasiswa bagi anak yang berprestasi.

6. Pemberian beras kepada karyawan yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. 7. Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), sebesar 2 bulan gaji ditambah

dengan uang bonus

8. Pemberian uang extra fooding pada karyawan setiap 1 bulan sekali

9. Pemberian uang bahan bakar kendaraan setiap 1 bulan sekali, dan untuk karyawan yang bekerja di lapangan diberikan kendaraan

10.Pemberian Bonus kepada staff berupa PIN setiap 5 tahun sekali. PIN dapat berupa uang ataupun barang berharga.

11.Setiap karyawan diikutsertakan dalam keanggotaan koperasi. 12.Penyediaan sarana transportasi bagi karyawan.


(43)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala aktivitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, dkk, 2004 : 6).

Menurut Eko Nurmianto (1996 : 1), definisi ergonomi adalah studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anantomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan serta evaluasi dari sebuah produk.

Peranan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain. Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem rangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk peragaan visual (visual display unit station).


(44)

3.2. Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi menurut Tarwaka, dkk (2004 : 7) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas hidup yang tinggi.

Konsep Keseimbangan Dalam Ergonomi

Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya untuk menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang tinggi. Dalam kata lain, tuntutan tugas tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload). Karena keduanya, baik underload maupun overload akan


(45)

menyebabkan stress. Konsep keseimbangan antara kapasitas kerja dengan tuntutan tugas tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Konsep Dasar Keseimbangan dalam Ergonomi

(Sumber: Manuaba, 2000 dalam Tarwaka, dkk 2004 : 8)

a. Kemampuan Kerja (Work Capacity) Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh:

1. Personal Capacity (Karakteristik Pribadi); meliputi faktor usia, jenis kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan.

2. Physicological Capacity (Kemampuan Fisiologis); meliputi kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca indera.

3. Biomechanical Capacity (Kemampuan Biomekanik) berkaitan dengan kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon dan jalinan tulang.


(46)

b. Tuntutan Tugas (Task Demand) Tuntutan tugas pekerjaan /aktivitas tergantung pada:

1. Task and Material Characteristic (Karakteristik tugas dan Material): ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin, tipe, kecepatan dan irama kerja.

2. Organization Characteristic: berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat, shift kerja, cuti dan libur, manajemen.

3. Environmental Characteristic: berkaitan dengan teman setugas, kondisi lingkungan kerja fisik, norma, adat kebiasaan dan sosial-budaya.

c. Performansi (Performance) Permormansi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada rasio besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan yang bersangkutan. Dengan demikian, apabila:

1. Bila rasio tuntutan tugas (Task Demand) lebih besar dari pada Kapasitas kerja (Work Capacity), maka hasil akhirnya berupa: ketidaknyamanan overstress, kelelahan, kecelakaan, cidera, rasa sakit dan tidak produktif. 2. Bila rasio tuntutan tugas (Task Demand) lebih rendah dari pada Kapasitas

kerja (Work Capacity), maka hasil akhirnya berupa: undertress, kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif.

3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan dinamis (Task Demand = Work Capacity) sehingga tercapai kondisi lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.


(47)

3.4. Fisiologi

Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang setepat-tepatnya berdasarkan kriteria ini agak sulit karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis yang lain, seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida yang digunakan, temperatur badan, banyaknya keringat dan komposisi kimia dalam urine darah. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan jantung dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh lingkungan, atau oleh tekanan akibat kerja keras, dimana ketiga tekanan tersebut sama pengaruhnya. Sehingga apabila kecepatan denyut jantung seseorang meningkat, akan sulit ditentukan apakah akibat kerja, akibat rasa takut atau akibat temperatur ruangan yang terlalu panas. Dengan demikian pengukuran berdasarkan kriteria Fisiologis dapat digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh tersebut kecil, atau situasi kerjanya harus dalam keadaan normal.

Pengukuran berdasarkan kecepatan denyut jantung akan mudah dilakukan tetapi pengukuran ini kurang tepat dibandingkan dengan konsumsi oksigen karena lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor individu, seperti emosi, kondisi fisik, kelamin, dan lain-lain. Sehubungan dengan pekerjaannya sendiri, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran tenaga selama bekerja, diantaranya cara melaksanakan kerjanya, kecepatan kerjanya, sikap pekerja, kondisi lingkungan, dan lain-lain.


(48)

3.5. Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai satu tujuan hidup. Dipihak lain, bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental.

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik, maupun kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan.

3.5.1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Rodhal (1989), Adiputra (1998) dan Manuaba (2000) dalam Tarwaka, dkk (2004 : 95), bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapsitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, baik faktor internal maupun faktor eksternal.


(49)

a. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, meliputi:

1. Tugas-tugas (task) Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan, emosi pekerja dan sebagainya.

2. Organisasi Kerja Organisasi kerja meliputi lamanya waku kerja, waktu istirahat, shift kerja, sistem kerja dan sebagainya.

3. Lingkungan Kerja Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

b. Beban Kerja Oleh Karena Faktor Internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi:

1. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya).

2. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya).


(50)

3.5.2. Penilaian Beban Kerja Fisik

Menurut Astrand and Rodhal (1977) dalam Tarwaka, dkk bahwa penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung.

a. Metode Penilaian Langsung

Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan untuk dikonsumsi. Meskipun metode pengukuran asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang mahal.

Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme, respirasi suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991) pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, respirasi, Suhu Tubuh dan denyut Jantung

Kategori Beban Kerja Konsumsi Oksigen (l/min) Ventilasi Paru (l/min) Suhu Rektal (0C)

Denyut Jantung (denyut/min)

Ringan 0,5 – 1,0 11 - 20 37,5 75 -100

Sedang 1,0 – 1,5 20 - 30 37,5 – 38,0 100 - 125

Berat 1,5 – 2,0 31 - 43 38,0 – 38,5 125 - 150

Sangat Berat 2,0 – 2,5 43 - 56 38,5 – 39,0 150 - 175

Sangat Berat

Sekali 2,5 – 4,0 60 -100 >39 >175


(51)

Tabel 3.2. Konsumsi Oksigen Maksimum (VO2 max) mL/(Kg-min)

Kategori Umur (Tahun)

< 30 30 - 39 40 - 49 > 50

Sangat Buruk < 25,0 < 25 < 25,0 -

Buruk 25,0 – 33,7 25,0 – 30,1 25,0 – 26,4 25,0

Biasa 33,8 – 42,5 30,2 – 39,1 26,5 – 35,4 25,0 – 33,7 Baik 42,6 – 51,5 39,2 – 48,0 35,5 – 45,5 33,8 – 43,0 Sangat Baik > 51,6 > 48,1 > 45,1 > 43,1 Sumber: Konz (1996). Phsyiology of Body Movement. Kansas State University

Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:

E = 1.80411 – 0.0229038 X + 4,71733 x 10−4 X2 Dimana:

E = Energi (Kkal/menit)

X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)

Sumber: Jurnal Teknologi ACADEMIA ISTA (vol 12 Agusstus 2007)

b. Metode Penilaian Tidak Langsung

Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

Denyut Nadi (Denyut/Menit) = 10 x60

n Perhitunga Waktu

Denyut

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil dan murah juga


(52)

tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliabel dan tidak menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa.

Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yaitu:

1. Denyut Nadi Initial (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai.

2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja.

3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi initial dengan denyut nadi kerja.

Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting didalam peningkatan cardiat output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum oleh Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004:101) didefinisikan sebagai Heart Rate Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan dalam presentase yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

% HR Reverse = x100

DNI DN

DNI DNK

Max

Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah:

(220 – umur) untuk laki-laki dan (200 – umur) untuk perempuan

Lebih lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja bedasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = % CVL) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.


(53)

% CVL =

DNI DN

DNI DNK x

Max

100

Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 3.3. Klasifikasi Berat Ringan Beban Kerja Berdasar % CVL

% CVL % CVL

< 30 % Tidak terjadi kelelahan

30 % - 30 % Diperlukan Perbaikan

30 % - 30 % Kerja dalam waktu singkat

30 % - 30 % Diperlukan tindakan segera

> 100 % Tidak diperbolehkan beraktivitas

Selain cara tersebut diatas cardivasculair strain dapat diestimasi menguunakan denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau dikenal dengan Metode Brouha. Keuntungan metode ini adalah sama sekali tidak menganggu atau menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan setelah subjek berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik menit pertama, kedua dan ketiga (P1, P2, P3). Rerata dari ketiga nilai tersebut dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika P1 – P3 ≥ 10 atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal. 2. Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja tidak

berlebihan (not excessive).

3. Jika P1 – P3 < 10 dan Jika P3 > 90, perlu redesaian pekerjaan.

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness) dan pemaparan lingkungan panas. Jika pemulihan nadi tidak segera tercapai maka diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan


(54)

fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun variabel keseluruhan dari variabel bebas task (tugas), organisasi kerja dan lingkungan kerja yang menyebabkan beban kerja tambahan.

3.6. Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni (pekerjaan yang sifatnya monoton), intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, kondisi mental dan psikologis, status kesehatan, dan gizi. Pengaruh-pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan menimbulkan perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja (beraktivitas). Kelelahan dapat diatasi dengan beristirahat untuk menyegarkan tubuh. Apabila kelelahan tidak segera diatasi dan pekerja dipaksa untuk terus bekerja, maka kelelahan akan semakin parah dan dapat mengurangi produktivitas pekerja. Kelelahan sama halnya dengan keadaan lapar dan haus sebagai suatu mekanisme untuk mendukung kehidupan.


(55)

Di samping kelelahan otot dan kelelahan umum, Grandjean (1988) juga mengklasifikasikan kelelahan ke dalam 7 bagian yaitu:

1. Kelelahan visual, yaitu meningkatnya kelelahan mata

2. Kelelahan tubuh secara umum, yaitu kelelahan akibat beban fisik yang berlebihan

3. Kelelahan mental, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan mental atau intelektual

4. Kelelahan syaraf, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh tekanan berlebihan pada salah satu bagian sistem psikomotor, seperti pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan

5. Kelelahan karena pekerjaan yang bersifat monoton

6. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan akibat akumulasi efek jangka panjang

7. Kelelahan sirkadian, yaitu bagian dari ritme siang-malam, dan memulai periode tidur yang baru

Sampai saat ini masih berlaku dua teroi tentang kelelahan otot, yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat. Teori kimia menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Suma’mur menyatakan bahwa produktivitas mulai menurun setelah empat jam bekerja terus menerus (apapun jenis pekerjaannya) yang disebabkan oleh menurunnya kadar gula di dalam darah. Itulah sebabnya istirahat sangat diperlukan minimal setengah jam setelah empat jam bekerja terus menerus agar pekerja memperoleh kesempatan untuk makan dan menambah energi yang diperlukan tubuh untuk bekerja.


(56)

Teori syaraf pusat menjelaskan bahwa bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi menyebabkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang dan menyebabkan menurunnya kekuatan dan kecepatan kontraksi otot serta gerakan atas perintah menjadi lambat. Sehingga semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi seseorang.

Berikut ini merupakan gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang menjadi patokan datangnya kelelahan.

1. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap, pikiran terasa kacau, mengantuk, mata terasa “berat”, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring.

2. Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat memperhatikan sesuatu, cenderung lupa, kurang kepercayaan diri, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan tertekan, haus, suara serak, merasa pusing, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat badan.


(57)

Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1 menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan kelelahan fisik akibat psikologis.

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus sikap kerja statis harus dihindari dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tingkat kelelahan seseorang dapat dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif maupun subjektif.

3.6.1. Proses Terjadinya Kelelahan

Selama tubuh melakukan pekerjaan yang berat maka tubuh akan berkompetisi dengan melakukan proses yang berlangsung amat cepat, akibatnya tubuh dapat kekurangan oksigen.

Pada saat inin glikogen akan dirombak atau dipergunakan sebagai energi melalui proses yang bersifat anaeorobic/glikolisis yang berakhir dengan pembentukkan asam laktat. Akan tetapi bila telah cukup istirahat berarti juga tubuh mendapat cukup oksigen, maka hati dapat mengubah kembali asam laktat menjadi glikogen (glikogen hati), peristiwa ini disebut proses glikoneogenesis dan selanjutnya bila perlu dapat terjdi proses glikogenolisis yaitu glikogen dapat diubah menjadi glukosa bebas yang beredar dalam darah. Keseluruhan proses yang sifatnya bolak-balik (reversible) tersebut disebut siklus Cori. Andaikan


(58)

perubahan yang sifatnya reversible ini terhambat karena tubuh tidak menerima cukup oksigen, maka akan terjadi penumpukkan asam laktat dalam otot yang menyebabkan terjadinya kelelahan otot, keadaan ini disebut fatique (rigor otot) karena terjadinya proses aksidifikasi (keasaman) oleh asam laktat.

3.6.2. Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan

Adapun beberapa langkah untuk mengatasi kelelahan adalah sebagai berikut :

1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.

2. Bekerja dengan menggunakan metode kerja yang baik, misalnya bekerja dengan menggunakan prinsip ekonomi gerakan.

3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya pengeluaran tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasan.

4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya, masa libur, rekreasi, dan lain-lain.

5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban, warna, sirkulasi udara, kebisingan, dan lain-lain.

6. Berusaha mengurangi monotoni dan ketegangan akibat kerja, misalnya dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik, olahraga, dan lain-lain.


(59)

Konsumsi Oksigen

Jika 1 liter oksigen dikonsumsikan oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan energi dari oksigen sebesar 4,8 Kkal. Pengertian 1 Kkal adalah

jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 liter air dari tubuh 14,5 0C. Pada orang yang bekerja berat menurut Astrand yang dikutip Eko Nurmianto (1998) bahwa kerja berat akan menyebabkan kekurangan oksigen (oxygen debt) setelah 5 menit aktivitas berlangsung. Jika bekerja terus –menerus, maka terjadi akumulasi oxygen debt yang selanjutnya terjadi metabolisme aneorobik. Akumulasi kekurangan oksigen karena digunakan selama kerja akan diterima (dipulihkan kembali) ketika beristirahat yang selanjutnya tubuh akan menjadi segar kembali.

Selain denyut nadi dan kebutuhan energi dalam perancangan sistem kerja juga perlu diperkirakan jumlah kebutuhan oksigen yang dapat dihitung dengan rumus:

Konsumsi Oksigen =

  

+

  

 − 0,1 0,5

5 75

x X

Dimana :

X = Kecepatan denyut nadi

Total Metabolisme (Total Metabolism)

Salah satu proses yang paling penting dalam badan manusia ialah berubahnya energi kimia dari makanan menjadi panas dan tenaga mekanik. Makanan dipecah di dalam usus menjadi senyawa kimia sederhana sehingga dapat


(60)

diserap oleh dinding alat pencerna sampai ke aliran darah. Bagian besar dari pecahan makanan lalu diangkut ke hati untuk disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen, dan jika dibutuhkan lalu dilepaskan ke dalam aliran darah sebagian besar dalam bentuk senyawa gula.

Gambar 3.2 Proses Metabolisme Tubuh

Segenap perubahan yang menyangkut bahan makanan itu disebut ” metabolisme ”. Oleh proses metabolik itulah energi dihasilkan dan dipakai untuk kerja mekanis melalui sarana kimiawi di dalam otot. Sedangkan yang dimaksud metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada saat istirahat dengan perut dalam keadaan kosong, yang mana tergantung pada ukuran berat badan dan jenis kelamin.


(61)

3.9. Energi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya.

3.9.1. Sejarah Energi

Melalui percobaan pada kelinci dan manusia, pada akhir abad ke-18 ahli kimia Prancis, Lavoiser menarik kesimpulan bahwa “Hidup adalah suatu proses pembakaran” yang membutuhkan oksigen. Jumlah oksigen yang diperlukan meningkat setelah makan dan latihan.

Peneliti-peneliti selanjutnya Reynault dan Reiset (Prancis), Pettenkoffer dan Voit (Jerman) terkenal atas keberhasilan mereka membangun ruangan respirasi (respiration chamber) guna mengukur penggunaan energi oleh manusia melalui pengukuran oksigen yang dikonsumsi dari karbondioksida yang doproduksi melalui pernafasan serta pengluaran nitrogen melalui urine. Ruangan ini kemudian dikenal sebagai Kalorimeter Bom (Bomb Calorimeter). Atwater, seorang murid Voit yang pada akhir abad ke-19 di Amerika Serikat melalui penelitian-penelitiannya pada manusia memantapkan pengetahuan tentang faali energi yang kemudian dugunakan sebagai dasar penentuan kebutuhan energi manusia.

Data biro pusat statistik tahun 1996 menunjukkan bahwa komposisi konsumsi energi makanan rata-rata sehari orang Indonesia 10,8% berasal dari


(62)

protein, 20,6% dari lemak dan seleihnya yaitu 68,6% dari karbohidrat. Angka-angka ini untuk konsumsi makanan di Amreka Serikat adalah 12 % dari protein , 30-45% dari lemak, dan 43-58% dari karbihidrat. Untuk memelihara kesehatan yang baik suaut penduduk , WHO (1990) menganjurkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat. Dengan demikian, komposisi konsumsi makanan rata-rata di Indonesia sudah mendekati komposisi konsumsi yang dianjurkan oleh WHO.

3.9.2. Bentuk Energi

Dalam sistem biologik berbagai bentuk energi yaitu solar, kimia, mekanis, elektris dan panas dapat salingg tukar-menukar. Hal ini sesuai dengan hukum pertama termodinamika, yang menyatakan bahwa energi hanya dapat berubah bentuknya, namun tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Hewan berbeda dengan tumbuh-tumbuhan dalam hal kemampuan menggunakan energi solar yang berasal dari matahari. Tumbuh-tumbuhan dapat menggunakan energi solar untuk mensintesis molekul kompleks, seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Hewan sebaliknya bergantung pada kemanpuan sintesis tumbuh-tumbuhan ini untuk memperoleh energi kimia. Energi kimia yang diperoleh hewan ndalam bentuk makanan digunakan untuk melakukan pekerjaan mekanis (kontraksi otot), elektris (pemeliharaan kestabilan ion antar membran sel) dan kimia (sintesis molekul baru).

Proses perubahan energi makanan ke dalam bentuk-bentuk energi lain ini tidak seluruhnya berjalan dengan efisien ; sekitar 75% energi makanan


(63)

dikeluarkan dalam bentuk panas. Kecuali pada suhu lingkungan yang sangat rendah, panas yang dikeluarkan sebagai produk samping ini cukup untuk memelihara suhu tubuh, terutama bila tubuh dibalut dengan pakaian. Bila penggunaan energi ini meningkat secara berarti, panas ekstra yang dihasilkan sering berlebihan untuk pemeliharaan suhu tubuh, sehingga dikeluarkan dalam bentuk keringat.

3.9.3. Satuan Energi

Satuan energi dinyatakan dalam unit panas atau kilokalori (kkal). Satu kilokalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebanyak 10C. Sering juga digunakan istilah kalori. Satu kalori adalah 0,001 kkal. Istilah kilokalori digunakan untuk menyatakan jumlah kilokalori tertentu, sedangkan istilah kalori untuk menyatakan energi secara umum.

Di Eropa dan Kanada ada kecenderungan untuk menggunakan unit kilojoule (kJ). Satu kilojoule adalah energi yang diperlukan untuk menggeser suatu benda dengan berat 1 kg sejauh 1 meter dengan 1 Newton (unit kekuatan). 1 kkal = 4,18 kJ.

Kalorimeter adalah pengukuran jumlah panas yang dikeluarkan. Nilai energi bahan makanan dan pengeluaran energi sehari seseorang diukur dengan cara kalorimeter dan diucapkan dalam kilokalori. Bila jumlah panas yang dihasilkan diukur secara langsung, dinamakan kalorimetri langsung dan bila panas yang dihasilkan diukur secara tidak langsung dinamakan kalorimetri tidak langsung.


(64)

3.9.4. Kebutuhan Energi

Kebutuhan Energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Pada anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui kebutuhan energi termasuk kebutuhan untuk pembentukan jaringan-jaringan baru atau untuk sekresi yang sesuai dengan kesehatan.

Ada 2 hal pokok yang perlu diperhatikan dalam menghitung kebutuhan energi total seseorang, yaitu :

1. Hukum konversi tenaga yang berbunyi “ Produksi energi total dalam tubuh = energi dalam makanan yang dikonsumsi dikurangi energi dalam ekskreta dan energi untuk pertumbuhan.

2. Produksi energi total didalam tubuh berfungsi untuk :

- Melakukan kerja internal (melangsungkan proses kerja tubuh yang minimal = basal metabolisme)

- Melakukan kerja eksternal

- Menutup pengaruh makanan yang disebut “Specific Dynamic Action” (SDA) dari makanan


(65)

Basal Metabolisme 3.10.1. Pengertian

Energi minimal yang diperlukan untuk memperthankan proses-proses hidup yang pokok disebut “Basal Metabolisme”. Proses hidup pokok ini meliputi sistem kerja :

a. mempertahankan tonus otot b. sistem sirkulasi

c. pernafasan

d. kelenjar-kelenjar dan aktivitas seluler

Tubuh manusia seakan-akan merupakan mesin yang tidak pernah berhenti bekerja. Demkian pula sel-sel dari jaringan-jaringan tubuh merupakan organisme yang selalu aktif menjalankan proses hidup. Tenaga atau energi untuk mempertahankan proses hidup tersebut sebagian digunakan oleh organ tubuh untuk melakukan kegiatannya seperti jantung berdenyut, paru-paru berkembang kempis, usus menggerakkan makanan dengan ritme peristaltik, hati, ginjal, dan kelenjar-kelenjar bekerja menjalankan fungsinya. Sebagian energi yang lebih banyak lagi dipergunakan untuk melakukan proses oksidasi dalam jaringan untuk mempertahankan tonus otot.

3.10.2. Pengukuran Basal Metabolisme

Pengukuran energi basal metabolisme dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :


(66)

Cara ini menggunakan Kalorimater. Untuk mengukur secara langsung oran g dimasukkan ke dalamnya setelah orang tersebut memenuhi ketentuan-ketentuan seperti di atas dapat diukur basal metabolismenya.

Panas dihasilkan oleh tubuh orang yang diukur ditangkap oleh air yang jumlahnya telah diketahui dan berada dalam pipa saluran yang melingkar sekeliling dinding ruang kalorimeter yang diisolasi rapat. Dengan alat-alat yang diciptakan secara teliti dapat diukur kenaikan suhu air dalam pipa yang diakibatkan oleh panas yang dikeluarkan oleh tubuh orang terukur.

2. Pengukuran tak langsung

Cara ini dilakukan dengan menggunakan persyaratan seperti yang disebutkan diatas dan ditambah dengan penggunaan alat untuk mengukur jumlah gas oksigen (O2) dan gas karbondioksida (CO2) dari pernafasan (respirasi) orang yang bersangkutan. Dengan alat ini dapat dihitung banyaknya energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi dalam tubuh orang yang diukur menggunakan data jumlah oksigen yang tercatat.

Dengan cara ini dapat pula ditentukan rasio antara jumlah produksi CO2 dengan O2 yang dikonsumsi pada pernafasan. Rasio ini biasa disebut “Respiratory Quotient” (RQ). Secara empiris dapat pula ditentukan korelasi antara RQ dengan jumlah energi yang dihasilkan, sehingga apabila RQ diketahui maka jumlah energi dapat pula ditentukan.

Dari banyak penelitian yang dilakukan ternyata indeks paling berpengaruh terhadap Angka Metabolisme Basal (AMB) adalah berat badan dan umur. Dengan


(67)

menggunakan rumus regresi linier, FAO/WHO/UNU/1985 telah mengeluarkan rumus untuk menaksir nilai AMB dari berat badan, dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4. Rumus untuk Menaksir Nilai Angka Metabolisme Basal (AMB) Kelompok Umur

(Tahun)

BMR (kkal/hari)

Pria Wanita

0-3 60,9 B + 54 61,0 B + 51

3-10 22,7 B + 495 22,5 B + 499

10-18 17,5 B + 651 12,2 B + 746

18-30 15,3 B + 679 14,7 B + 496

30-60 11,6 B + 879 8,7 B + 829

≥ 60 13,5 B + 487 10,5 B + 596

Keterangan : B = Berat Badan (kg)

Sumber : FAO / WHO/ UNU, Energi and protein Requirements 1985.

Pemulihan Energi Saat Istirahat

Irama antara konsumsi energi dan pembayaran kembalinya, atau pergantian antara bekerja dan pemulihannya berlaku sama bagi semua fungsi tubuh. Ia diperlukan bagi keseluruhan orang maupun jantung atau otot. Waktu istirahat merupakan kebutuhan Fisiologis yang tidak dapat ditawar demi untuk mempertahankan kapasitas kerja.

Waktu istirahat dibutuhkan tidak hanya bagi kerja fisik, tetapi juga oleh jabatan yang menimbulkan tegangan mental dan saraf. Istirahat juga dibutuhkan untuk mempertahankan ketangkasan digital, ketajaman indera serta ketekunan konsentrasi mental.

Menurut Suma’mur (1982) bahwa bekerja adalah anabolisme yakni mengurangi atau menggunakan bagian-bagian yang telah dibangun sebelumnya.


(68)

Dalam keadaan demikian, sistem syaraf utama yang berfungsi adalah komponen simpatis. Maka pada kondisi seperti itu, aktivitas tidak dapat dilakukan terus-menerus, melainkan harus diselingi istirahat untuk memberi kesempatan tubuh melakukan pemulihan. Pada saat istirahat tersebut, maka tubuh mempunyai kesempatan membangun kembali tenaga yang telah digunakan (katabolisme).

Grandjean (1993) menjelaskan bahwa setiap fungsi tubuh manusia dapat dilihat sebagai keseimbangan ritmis antara kebutuhan energi (kerja) dengan penggantian kembali sejumlah energi yang telah digunakan (istirahat). Kedua proses tersebut merupakan bagian integral dari kerja otot, kerja jantung dan keseluruhan fungsi biologis tubuh. Dengan demikian jelas bahwa untuk memelihara performansi dan efisiensi kerja, waktu istirahat harus diberikan secukupnya, baik antara waktu kerja maupun di luar jam kerja (istirahat pada malam hari).

Waktu Istirahat

Pada waktu bekerja terjadi pengerahan tenaga dan penggunaan organ tubuh secara terkoordinasi. Pengerahan ini berbeda menurut sifat-sifat pekerjaan, fisik, mental dan sosial. Namun kualitatifnya bekerja adalah sama yaitu bertambahnya aktivitas persarafan, menegangnya otot-otot, bebasnya adrenalin, meningkatnya perdarahan ke dalam organ-organ yang perlu untuk bekerja, lebih dalamnya pernafasan, lebih cepatnya jantung dan nadi, bertambah tingginya tekanan darah, meningkatnya kebutuhan akan tenaga, pembebasan lemak dan gula ke dalam aliran darah. Kualitatif, kegiatan-kegiatan organ berbeda menurut jenis


(1)

LAMPIRAN PETA KONTROL DENYUT NADI PEKERJA 2

Peta Kontrol Denyut Nadi 07.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 2

66 68 70 72 74 76 78

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB

Peta Kontrol Denyut Nadi 08.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 2

0 20 40 60 80 100 120 140

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i

Denyut Nadi X rata-rata BKA BKB `

Peta Kontrol Denyut Nadi 09.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 2

110 115 120 125 130 135

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i

Denyut Nadi X rata-rata BKA BKB `


(2)

110 115 120 125 130 135

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB `

Peta Kontrol Denyut Nadi 11.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 2

0 20 40 60 80 100 120 140 160

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i

Denyut Nadi X rata-rata BKA BKB

`

Peta Kontrol Denyut Nadi 12.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 2

108 110 112 114 116 118

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB `


(3)

Peta Kontrol Denyut Nadi 13.30 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 2

0 20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB

`

Peta Kontrol Denyut Nadi 15.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 2

114 116 118 120 122 124 126

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB `

Peta Kontrol Denyut Nadi 16.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 2

100 105 110 115 120 125 130 135

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB


(4)

Peta Kontrol Denyut Nadi 07.00 WIB

Senin s/d Sabtu Pekerja 1

60 65 70 75 80

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i

Denyut nadi X rata-rata BKA BKB

Peta Kontrol Denyut Nadi 08.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 1

0 20 40 60 80 100 120 140

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB `

Peta Kontrol Denyut Nadi 09.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 1

0 20 40 60 80 100 120 140

1 2 3 4 5 6

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB `


(5)

Peta Kontrol Denyut Nadi 10.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 1

112 114 116 118 120 122 124 126

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB `

Peta Kontrol Denyut Nadi 11.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 1

0 20 40 60 80 100 120 140

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB `

Peta Kontrol Denyut Nadi 12.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 1

100 105 110 115 120 125 130 135

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i Denyut Nadi

X rata-rata BKA BKB `


(6)

70 75 80 85 90 95

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i

Denyut Nadi X rata-rata BKA BKB `

Peta Kontrol Denyut Nadi 15.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 1

110 115 120 125 130

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i

Denyut Nadi X rata-rata BKA BKB `

Peta Kontrol Denyut Nadi 16.00 WIB Senin s/d Sabtu Pekerja 1

105 110 115 120 125 130 135

1 2 3 4 5 6

Hari

D

e

n

y

u

t

N

a

d

i

Denyut Nadi X rata-rata BKA BKB `