Energi dan Protein Dari Konsumsi Raskin Terhadap Kecukupan Gigi Keluarga di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009

(1)

SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN DARI KONSUMSI RASKIN TERHADAP KECUKUPAN GIZI KELUARGA DI DESA MARDINGDING

KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2009

SKRIPSI

OLEH :

MENTI A S NIM. 051000058

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN DARI KONSUMSI RASKIN TERHADAP KECUKUPAN GIZI KELUARGA DI DESA MARDINGDING

KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

MENTI A S NIM. 051000058

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

3

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

SUMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN DARI KONSUMSI RASKIN TERHADAP KECUKUPAN GIZI KELUARGA DI DESA MARDINGDING

KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : MENTI A S

NIM. 051000058

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 09 Maret 2010, dan Dinyatakan Telah

Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt.,M.Kes Dr.Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si

NIP.19580315 198811 2 001 NIP. 132049788

Penguji II Penguji III

Fitri Ardiani, SKM.,MPH Ernawati Nasution, SKM.,M.Kes

NIP. 19820729 200812 2 002 NIP.19700212 199501 2 001

Medan, Maret 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

dr.Ria Masniari Lubis, M.Si


(4)

ABSTRAK

Beras merupakan bahan makanan pokok terpenting yang kandungan kalorinya cukup tinggi serta dapat memberikan berbagai zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa jenis mineral. Raskin merupakan beras yang disubsidi oleh pemerintah khusus kepada masyarakat miskin untuk memenuhi kecukupan pangan dan mengurangi beban finansial rumah tangga miskin. Banyaknya raskin yang diterima oleh setiap keluarga per bulan adalah 15 kg, dengan harga Rp. 35.000, 00. Salah satu indikator program raskin adalah tepat kualitas. Kondisi beras yang disalurkan di Desa Mardingding adalah berkutu, warna coklat dan kekuningkuningan, berbau, butiran beras banyak yang patah dan jika dikonsumsi rasanya tidak enak. Kualitas beras yang demikian akan mempengaruhi konsumsi masyarakat sehingga akan memicu rendahnya sumbangan energi dan protein dari raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya sumbangan energi dan protein dari konsumsi raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode survei. Cara pengambilan sampel dengan simpel random sampling sebanyak 60 KK yang mengkonsumsi raskin di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.

Hasil penelitian ini adalah rata-rata konsumsi energi dan protein raskin perbulan masing-masing adalah 31.985,6 kkal dan 363,1 gr. Rata-rata sumbangan energi dan protein dari raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga per bulan masing-masing adalah 14,43% dan 7,32 % dan 14,87%. Rata-rata sumbangan total energi dan total protein per bulan masing-masing adalah 43,43% dan 22,19%.

Disarankan kepada petugas gizi puskesmas Saribu Dolok agar melakukan penyuluhan tentang bahan pangan sumber karbohidrat selain beras. Kepada Bulog agar lebih memperhatikan mutu raskin yang disalurkan sehingga layak dikonsumsi oleh masyarakat.


(5)

5

ABSTRACT

Rice is the most important food material with high calorie content and it may give various nutrient substances for the body, such as protein and some minerals. Raskin means subsidy from the government for the poor people in sufficing their food and in a rice that reducing their burden in life. The amount of raskin to be accepted by each family is for 15 kg per month with the price for Rp. 35,000.00. One of the indicator raskin program is good quality of the rice. In Mardingding village the raskin distributed for the poor people are with very low quality, bad smell and broken rice. The consumption of the rice will produce low energy and protein contribution for the family adequacy of nutrition.

The objective of this research is to know the contribution of energy and protein in consuming the raskin with the nutrition adequacy of family. It is descriptive research will survey method. The sample is taken with simple random sampling for 60 families who consume the raskin in Mardingding village, Silimakuta sub-district, Simalungun regency.

The results of the research show that the average of energy and protein consumption of the raskin per month is 31.985,6 ccal and 361,1 gr and 802,6 gr. The average on energy and protein of the raskin to the edequacy of family nutrient per month is each with 14,43% and 7,32%. The average on total energy and protein per month is each with 43,43% and 22,19%

It is suggested for the nutrition in Community Health Centre in Saribu Dolok to give the counseling about the carbohydrate source for the food besides the rice. For the Bulog, it is expected that they give the attention on the quality of the raskin distributed for the community.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Menti A S

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Mardingding/13 Desember 1985

Agama : Kristen Protestan

Anak Ke : 3 (tiga)

Alamat Rumah : Jl. Bunga Mawar Gg. Bersama No 5 Psr V Pd. Bulan

Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SD Inpres Tamba Saribu No. 096764 (1992-1998) 2. SLTP ST Petrus Medan (1998-2001)

3. SMU CAHAYA Medan (2001-2004)

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU (2005-2010)


(7)

7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan anugrahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Sumbangan Energi dan Protein Dari Konsumsi Raskin Terhadap Kecukupan Gigi Keluarga di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Jumirah, Apt. M.Kes selaku dosen pembimbing I dan kepada Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, Msi, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan , masukan dan kesabaran serta motivasi selama pembuatan skripsi ini hingga penulis dapat menyesaikannya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. dr. Ria Masniari, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Dra. Jumirah Apt. M.Kes selaku Kepala Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas sumatera Utara


(8)

3. Bapak dan Ibu dosen bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Rependi Sinaga, selaku Kepala Desa Mardingding yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

5. Penghargaan yang setinggi-tingginya untuk Ayah dan Bundaku yang telah memberikan dukungan setiap saat baik secara moril dan materil serta kasih sayangnya yang tulus kepada penulis

6. Yang tersayang keluarga tercinta, Ka Rastalina Sinurat, Bg Monang Sinurat dan adeku tersayang Helra Sinurat dan Jusra Sinurat

7. Buat Marihot yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus surat-surat untuk keperluan dalam penyusunan skripsi ini

8. Kepada teman-temanku khususnya Evan Purba, Roida Yanti Sitanggang, Lisna Sitanggang, Fitri Sinurat, Tika, yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian di lapangan

9. Buat teman-teman seperjuanganku mery, indah, elliys, kartika ester, fourgelina, tika, endang, ade nofe, revin, yenty, melisa, ka ezra, laura, ka nina, sondang dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya

10.Buat teman-teman satu kelompok PBLku yenty, sandro, wiwiek dan Juli yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis

Medan, Desember 2010


(9)

9

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1.Tujuan Umum ... 4

1.3.2.Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Defenisi Beras ... 6

2.1.1. Sifat Fisikokimia Beras ... 6

2.1.2. Mutu Beras ... 7

2.1.3. Tingkat Penerimaan Konsumen ... 12

2.1.4. Komposisi Gizi Beras ... 13

2.1.5. Pengolahan Padi Menjadi Beras ... 14

2.1.6. Pengemasan Beras... 15

2.1.7. Penyimpanan Beras... 15

2.2. Kebutuhan energi ... 17

2.2.1. Kebutuhan energi untuk metabolisme basal ... 18

2.2.2. Kebutuhan energi untuk aktivitas fisik ... 19

2.2.3. Kebutuhan Energi untuk Pengaruh Termis Makanan ... 19

2.2.4 Angka Kecukupan Energi bagi Bayi, Anak dan Remaja ... 20

2.2.5.Tambahan Energi Untuk Kehamilan dan Laktasi ... 20

2.2.6. Sumber Energi... 21

2.2.7 Akibat Kelebihan energi ... 21

2.3. Protein ... 21

2.3.1 Angka kecukupan Protein ... 23

2.3.2 Sumber Protein... 23

2.3.3 Akibat Kekurangan Protein... 24


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Jenis Penelitian... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3. Populasi dan Sampel ... 25

3.3. Metoda Pengumpulan Data ... 26

3.6. Definisi Operasional... 27

3.5. Aspek pengukuran ... 28

3.7. Teknik Analisis Data... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN... 30

4.1. Gambaran Umum daerah penelitian... 30

4.2. Karakteristik Keluarga ... 34

4.3. Konsumsi energi dan protein dari raskin dan non raskin... 38

BAB V PEMBAHASAN ... 42

5.1. Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein dari Raskin dan Non Raskin per Bulan ... 41

5.2. Rata-rata Sumbangan Energi dan Protein dari Konsumsi Raskin dan Non Raskin Terhadap Angka Kecukupan Gizi per Bulan ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 48

6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(11)

11

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persyaratan Beras untuk Pengadaan di Dalam Negri... 9 Tabel 2.2 Komposisi Gizi Beras Beras Giling dan Nasi dari Beras Giling

(dalam 100 gr bahan) ... 13 Tabel 2.3 Angka Kecukupan Energi Yang Dianjurkan (per orang per hari) .... 21 Tabel 2.4 Angka Kecukupan Protein yang Dianjurkan (per orang per hari) .... 23 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Mardingding

Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2008... 30 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Mardingding

Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2008... 31 Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa

Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun

2008... 32 Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ... 32 Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa

Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2008 ... 33 Tabel 4.6 Distribusi Kepala Keluarga (KK) Dan Responden Berdasarkan

Umur di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ... 34 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Desa Mardingding

Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009... 35 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa di Desa

Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ... 35 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ... 36 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan KK di Desa

Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ... 36 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di

Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ... 37 Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga

Per Bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ... 37 Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Rasa Setelah Mengkonsumsi

Raskin Di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ... 39


(12)

Tabel 4.14 Rata-Rata Banyaknya Raskin dan Non Raskin Yang di Konsumsi Keluarga per Bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009... 39 Tabel 4.15 Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein dari Raskin dan Non

Raskin per Bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009... 40 Tabel 4.16 Rata-Rata Sumbangan Energi dan Protein dari Konsumsi Raskin

dan Non Raskin Terhadap Angka Kecukupan Gizi Keluarga per Bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009 ... 40


(13)

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir recall 24 jam Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari FKM-USU

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009


(14)

ABSTRAK

Beras merupakan bahan makanan pokok terpenting yang kandungan kalorinya cukup tinggi serta dapat memberikan berbagai zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa jenis mineral. Raskin merupakan beras yang disubsidi oleh pemerintah khusus kepada masyarakat miskin untuk memenuhi kecukupan pangan dan mengurangi beban finansial rumah tangga miskin. Banyaknya raskin yang diterima oleh setiap keluarga per bulan adalah 15 kg, dengan harga Rp. 35.000, 00. Salah satu indikator program raskin adalah tepat kualitas. Kondisi beras yang disalurkan di Desa Mardingding adalah berkutu, warna coklat dan kekuningkuningan, berbau, butiran beras banyak yang patah dan jika dikonsumsi rasanya tidak enak. Kualitas beras yang demikian akan mempengaruhi konsumsi masyarakat sehingga akan memicu rendahnya sumbangan energi dan protein dari raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya sumbangan energi dan protein dari konsumsi raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode survei. Cara pengambilan sampel dengan simpel random sampling sebanyak 60 KK yang mengkonsumsi raskin di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.

Hasil penelitian ini adalah rata-rata konsumsi energi dan protein raskin perbulan masing-masing adalah 31.985,6 kkal dan 363,1 gr. Rata-rata sumbangan energi dan protein dari raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga per bulan masing-masing adalah 14,43% dan 7,32 % dan 14,87%. Rata-rata sumbangan total energi dan total protein per bulan masing-masing adalah 43,43% dan 22,19%.

Disarankan kepada petugas gizi puskesmas Saribu Dolok agar melakukan penyuluhan tentang bahan pangan sumber karbohidrat selain beras. Kepada Bulog agar lebih memperhatikan mutu raskin yang disalurkan sehingga layak dikonsumsi oleh masyarakat.


(15)

5

ABSTRACT

Rice is the most important food material with high calorie content and it may give various nutrient substances for the body, such as protein and some minerals. Raskin means subsidy from the government for the poor people in sufficing their food and in a rice that reducing their burden in life. The amount of raskin to be accepted by each family is for 15 kg per month with the price for Rp. 35,000.00. One of the indicator raskin program is good quality of the rice. In Mardingding village the raskin distributed for the poor people are with very low quality, bad smell and broken rice. The consumption of the rice will produce low energy and protein contribution for the family adequacy of nutrition.

The objective of this research is to know the contribution of energy and protein in consuming the raskin with the nutrition adequacy of family. It is descriptive research will survey method. The sample is taken with simple random sampling for 60 families who consume the raskin in Mardingding village, Silimakuta sub-district, Simalungun regency.

The results of the research show that the average of energy and protein consumption of the raskin per month is 31.985,6 ccal and 361,1 gr and 802,6 gr. The average on energy and protein of the raskin to the edequacy of family nutrient per month is each with 14,43% and 7,32%. The average on total energy and protein per month is each with 43,43% and 22,19%

It is suggested for the nutrition in Community Health Centre in Saribu Dolok to give the counseling about the carbohydrate source for the food besides the rice. For the Bulog, it is expected that they give the attention on the quality of the raskin distributed for the community.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Derajat kesehatan yang optimal dapat diwujudkan dengan melakukan upaya kesehatan melalui berbagai kegiatan diantaranya yaitu pengamanan makan dan minuman

Oleh karena itu, setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam pemeliharaan dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan (Depkes RI, 1992).

Pada umumnya sasaran pembangunan pangan antara lain, menyediakan pangan yang cukup dan bermutu, mencegah masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan dan yang bertentangan dengan keyakinan masyarakat memantapkan kelembagaan pangan dengan diterapkannya peraturan dan perundang-undangan yang mengatur mutu gizi dan keamanan pangan baik oleh industri pangan maupun masyarakat konsumen. Oleh karena itu dalam melaksanakan tujuan pencapaian tersebut perlu didukung oleh sistem mutu dan keamanan pangan (Hardinsyah, 2001).

Beras merupakan bahan makanan pokok terpenting yang memberikan beberapa keuntungan. Selain rasanya netral, beras setelah dimasak memberikan volume yang cukup besar dengan kandungan kalori cukup tinggi serta dapat memberikan berbagai zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa jenis mineral (Moehyi, 1992).


(17)

15

Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan makanan pokok yang dikonsumsi lebih dari setengah penduduk Asia. Sekitar 1.750 juta jiwa dari tiga miliar penduduk Asia, termasuk 200 juta penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras. Sementara di Afrika dan Amerika Latin yang berpenduduk sekitar 1,2 milyar, 100 juta diantaranya hidup dari beras. Oleh sebab itu di negara-negara Asia beras memiliki nilai ekonomi sangat berarti (Andoko, 2005).

Program Raskin (beras untuk rumah tangga miskin) merupakan program nasional yang bertujuan membantu memenuhi kecukupan pangan dan mengurangi beban finansial Rumah Tangga Miskin (RTM) melalui penyediaan beras bersubsidi.

Menurut Pedoman Umum Raskin 2007 yang dikutip oleh Mawardi (2007), terdapat indikator 6T untuk mengukur tingkat keberhasilan raskin, yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi. Secara umum, hasil kajian terhadap tingkat keberhasilan raskin menunjukkan bahwa efektivitas pelaksanaan Program Raskin relatif rendah. Kualitas beras berdasarkan Pedoman Umum Raskin adalah beras berkualitas medium kondisi baik dan tidak berhama, sesuai dengan standar kualitas pembelian pemerintah yang diatur dalam perundang-undangan (Mawardi, 2007).

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Universitas Brawijaya (2006) menye-butkan bahwa Program Raskin harus diimbangi dengan penguatan kelembagaan lokal seperti kelembagaan pangan dengan tujuan untuk mengantisipasi kerawanan pangan. Studi ini masih menemukan permasalahan klasik tentang ketepatan jumlah yang diterima per KK, ketepatan harga akibat ongkos transportasi, maupun kualitas dan kuantitas berasnya (Mawardi, 2007). Studi tentang Raskin juga dilakukan oleh


(18)

Lembaga Demografi UI tahun 2006 yang menemukan bahwa beras yang diterima oleh masyarakat kualitasnya kurang/tidak baik.

Simalungun merupakan salah satu wilayah yang memiliki lahan pertanian yang subur dan luas, sehingga menjadikan daerah ini lumbung padi terbesar kedua Sumatera Utara setelah Kabupaten Deli Serdang. Lahan sawah, termasuk ladang, tersebar merata di setiap kecamatan. Tahun 2001 misalnya, petani Simalungun memproduksi beras 293.179 ton, 190% dari kebutuhan lokal. Simalungun setiap tahun surplus beras yang disalurkan ke daerah sekitarnya melalui Dolog maupun pasar tradisional. Tapi dalam beberapa kesempatan, niat petani menanam padi tidak begitu kuat. Tahun 1995, petani bersemangat menanam kelapa sawit sehingga tidak sedikit lahan sawah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit (Profil Kabupaten Simalungun, 2007).

Desa Mardingding merupakan desa yang memiliki lahan pertanian yang subur dengan jumlah penduduk sebanyak 2.215 orang. Modal utama perekonomian di daerah ini adalah dari hasil pertanian. Jenis hasil pertanian daerah ini adalah padi ladang, sayur, kol, kopi, kentang, cabe, tomat, dan lain-lain. Pada umumnya penduduk di daerah ini terdiri dari petani dan buruh tani. Buruh tani yang ada di desa ini umumnya berasal dari daerah lain. Sebelum krisis ekonomi hampir semua buruh tani di desa ini mendapat lahan baik dengan cara menyewa atau diberikan begitu saja oleh pemilik lahan, sehingga mereka setiap tahunnya bisa menanam padi untuk kebutuhan keluarganya dan tidak perlu membeli beras untuk konsumsi sehari-hari. Namun sekarang akibat krisis ekonomi, iklim yang tidak menentu, harga kebutuhan yang semakin mahal, membuat kondisi yang sebelumnya tidak berlaku lagi.


(19)

17

Dampaknya bagi buruh tani adalah mereka tidak lagi mendapat lahan untuk bercocok tanam, kalaupun mereka mempunyai lahan hanya dalam jumlah yang sedikit saja. Maka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka hanya bekerja sebagai buruh tani. Salah satu tindakan para buruh tani untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dengan membeli raskin. Jumlah buruh tani yang mendapat raskin di desa ini adalah sebanyak 146 KK. Mereka mendapat beras raskin dengan membeli dari kepala desa. Jatah beras yang mereka dapat setiap bulan adalah 15 kg/KK.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa beras raskin yang disalurkan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun keadaannya berkutu, warnanya coklat dan kekuning-kuningan, berdebu, butiran beras banyak yang patah, dan jika dikonsumsi rasanya tidak enak. Walaupun demikian mereka terpaksa mengkonsumsinya akibat kesulitan ekonomi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang sumbangan energi dan protein dari konsumsi raskin terhadap kecukupan gizi keluarga mengingat beras adalah makanan pokok masyarakat Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar sumbangan energi dan protein dari konsumsi raskin terhadap kecukupan gizi keluarga di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.


(20)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui sumbangan energi dan protein dari konsumsi raskin terhadap kecukupan gizi keluarga di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui konsumsi energi dari raskin di Desa Mardingding

Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

2. Untuk mengetahui konsumsi protein dari raskin di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

3. Untuk mengetahui sumbangan raskin terhadap kecukupan energi keluarga di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

4. Untuk mengetahui sumbangan raskin terhadap kecukupan protein keluarga di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi kepada Puskesmas Saribu Dolok tentang kecukupan gizi keluarga dari konsumsi raskin di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

2. Memberikan informasi bagi pemerintah, khususnya Bulog tentang bagaimana konsumsi masyarakat terhadap raskin


(21)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beras

Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya) yang menjadi dedak kasar (Sediotama, 1989). Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh (Astawan, 2004).

Kebiasaan makan beras dalam bentuk nasi terbentuk melalui sejarah yang panjang. Beras berasal dari kata weas dalam bahasa Jawa Kuno. Beras dipilih menjadi pangan pokok karena sumber daya alam lingkungan mendukung penyediaannya dalam jumlah yang cukup, mudah dan, cepat pengolahannya, memberi kenikmatan pada saat menyantap, dan aman dari segi kesehatan.

Sesungguhnya rasa lapar dapat dipuaskan dengan memakan makanan apa saja, terutama makanan sumber pati atau lazimnya disebut karbohidrat. Namun perlu diperhatikan, dalam konsep makan, terdapat dua unsur yang dianut oleh kebanyakan orang yaitu kenyang dan nikmat. Makanan disenangi jika memberikan kesan nikmat pada indra penglihatan mengenai warna, bentuk, dan ketampakan lainnya seperti indera pembau, pengecap, peraba di mulut mengenai tekstur, dan bila mungkin juga indera pendengaran pada saat penyajian dan penyantapannya (Haryadi, 2006).

2.1.1. Sifat Fisikokimia

Sifat-sifat fisikokimia beras sangat menentukan mutu tanak dan mutu rasa nasi yang dihasilkan. Lebih khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan amilosa, kandungan protein, dan kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama muncul setelah gabah atau

Deleted: ¶ ¶


(22)

beras disimpan. Kerusakan lemak mengakibatkan penurunan mutu beras (Haryadi, 2006).

Selain kandungan amilosa dan protein, sifat fisikokimia beras yang berkaitan dengan mutu beras adalah sifat yang berkaitan dengan perubahan karena pemanasan dengan air, yaitu suhu gelatinasi padi, pengembangan volume, penyerapan air, viskositas pasta dan konsistensi gel pati. Sifat-sifat tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan bekerja sama dan saling berpengaruh menentukan mutu beras, mutu tanak, dan mutu rasa nasi (Haryadi, 2006).

2.1.2. Mutu Beras

Beras yang dijual di pasar bermacam-macam jenisnya dan berbeda-beda pula mutunya. Berikut dikemukakan secara umum kriteria dan pengertian mutu beras yang meliputi mutu pasar, mutu rasa, mutu tanak (Haryadi, 2006).

Tinggi rendahnya mutu beras bergantung pada beberapa faktor, yaitu spesies dan varietas, kondisi lingkungan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara penyimpanan (Astawan, 2004).

Di Indonesia, tingkat mutu didasarkan antara lain pada kesepakatan oleh sebagian besar pedagang beras. Tingkatan mutu yang berlaku di masyarakat sangat beragam.


(23)

8

Berikut ini beberapa ciri yang sering menjadi dasar pengelompokan beras yaitu (Haryadi, 2006):

1. Asal daerah, seperti beras Cianjur, beras Solok, beras Delanggu dan beras Bayuwangi.

2. Varietas padi, misalnya beras Rojolele, beras Bulu dan beras IR. 3. Cara prosesing, dikenal beras tumbuk dan beras giling.

4. Gabungan antara varietas dengan hasil penyosohan pada derajat yang berbeda, yang berlaku untuk suatu daerah. Misalnya di Jawa Tengah dikenal beras TP, SP dan BP; di Jawa Barat dikenal beras TA, BGA, dan TC.

Berikut dikemukakan secara umum kriteria dan pengertian mutu beras meliputi:

1. Mutu Pasar

Mutu beras dipasaran umumnya berkaitan langsung dengan harganya. Setidaknya, harga merupakan patokan yang dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi penjual dan pembeli. Dalam kaitan ini, Badan Urusan Logistik (Bulog) telah menetapkan ciri-ciri untuk menetapkan mutu beras yang akan dibeli oleh badan tersebut. Ketentuan mutu tersebut hanya terbatas dalam hubungannya dengan Bulog dan tidak berlaku secara luas dalam perdagangan bebas.


(24)

Tabel 2.1 Persyaratan Beras untuk Pengadaan di Dalam Negeri

Komponen Ketentuan

Kadar air maksimum 14 gr

Derajar sosoh minimum 90 %

Butir patah maksimum 35 %

Butir menir maksimum 2 %

Butir mengapur maksimum 3 %

Butir kuning / Rusak maksimum 3 %

Butir merah maksimum 3 %

Butir asing maksimum 0,05 %

Butir gabah (Butir/100 gr) 2 Sumber : Bulog, 1983

Persyaratan mutu beras yang ditentukan oleh Bulog dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu persyaratan kualitatif dan persyaratan kuantitatif.

Persyaratan kualitatif ditentukan secara subjektif yang meliputi bau, suhu, hama penyakit dan bahan kimia. Persyaratan tersebut tidak dapat ditentukan dalam satu satuan, tetapi dinyatakan dengan membandingkan terhadap contoh. Bau beras yang tidak disenangi adalah bau apek dan bau alkoholik. Bau apek terutama disebabkan oleh hasil perusakan minyak, bau asam dan alkoholik disebabkan oleh hasil fermentasi gula. Pengujian bau dilakukan dengan membandingkan terhadap contoh yang ditetapkan atau pembanding lainnya.

Disyaratkan bahwa pada semua tingkatan mutu, sampel tidak boleh mengandung tanda-tanda keberadaan hama atau penyakit hidup, telur, kepompong, atau jamur baik dalam bentuk spora maupun miselia. Pengamatan dapat dilakukan secara langsung atau dengan kaca pembesar. Pada ketentuan mengenai mutu beras juga dipersyaratkan bahwa beras tidak boleh mengandung sisa-sisa obat antiserangga atau obat antijamur serta bahan kimia lainnya. Keberadaan bahan kimia ini dapat ditentukan dengan pembauan.


(25)

10

Persyaratan kuantitatif beras yang ditetapkan oleh Bulog, sebagian besar menyangkut akibat perlakuan-perlakuan lepas panen (Haryadi, 2006).

2. Mutu Tanak

Di Indonesia, mutu tanak belum disajikan syarat dalam menetapkan mutu beras. Lain halnya dengan di dunia internasional, khususnya di Amerika Serikat, mutu tanak merupakan salah satu persyaratan terutama dalam pengolahan beras. Sifat tanak lebih banyak ditentukan oleh faktor genetik dari pada faktor perlakuan lepas panen, sehingga sifat ini dimasukkan kedalam ciri-ciri varietas.

Ciri-ciri umum yang mempengaruhi mutu tanak ialah perkembangan volume, kemampuan mengikat air, stabilitas pengalengan nasi parboiling, lama waktu penanakan, dan sifat viskositas padi. Namun demikian, pada penetapan ciri mutu tanak dan prosessing, digunakan sifat-sifat fisik dan kimia yang dapat diukur secara objektif dengan cepat, mudah, dan murah. Sifat beras yang digunakan sebagai ciri penentu mutu tanak dan prosessing adalah kadar amilosa, uji alkali untuk menduga suhu gelatinasi, kemampuan pengikatan air pada suhu 70oC, stabilitas pengalengan nasi parboiling dan sifat amilografi.

Sifat-sifat lain yang menentukan tingkat penerimaan kesukaan penduduk di Asia Tengah meliputi pemanjangan biji selama pemasakan. Varietas Basmati yang dikelompokkan sebagai beras bermutu tanak tinggi, mempunyai sifat pemanjangan yang lebih besar dari pada jenis-jenis beras lainnya (Haryadi, 2006).


(26)

3. Mutu Rasa

Mutu giling dan mutu pasar tidak selalu berhubungan dengan mutu tanak dan rasa nasi. Oleh sebab itu, mutu pasar yang tinggi tidak memberi jaminan bahwa beras tersebut juga mempunyai harga yang tinggi. Mutu rasa lebih banyak ditentukan oleh faktor subjektif, yang dipengaruhi oleh daerah, suku bangsa, lingkungan, pendidikan, tingkat golongan dan jenis pekerjaan konsumen. Walaupun belum ada ketentuan yang pasti untuk menetapkan ciri-ciri mutu nasi, akan tetapi pada tingkat pasar, mutu rasa mempunyai kaitan langsung dengan selera dan tingkat kesukaan atau penerimaan konsumen dan dengan harga beras (Juliana, 1994). Dalam perdagangan karena rasa merupakan selera pribadi, rasa tidak dimasukkan kedalam ketentuan persyaratan mutu beras yang bersifat baku. Namun demikian mutu rasa secara tidak langsung sudah termasuk dalam pengelompokan jenis beras atau varietas padi (Haryadi, 2006).

Dalam penentuan mutu rasa nasi dikenal nasi pera dan nasi pulen. Nasi pera adalah nasi keras dan kering setelah dingin, tidak lekat satu sama lain, dan lebih mengembang dari nasi pulen. Nasi pulen ialah nasi yang cukup lunak walaupun sudah dingin, lengket tetapi kelengketannya tidak sampai seperti ketan, antar biji lebih berlekatan satu sama lain dan mengkilat (Haryadi, 2006).

Nasi pulen lebih disukai oleh sebagian besar penduduk Sulawesi, Jawa dan Kalimantan. Penduduk Sumatera lebih menyukai nasi yang agak pera.

Pengujian mutu rasa nasi dapat dilakukan secara subjektif dengan uji indrawi dan secara objektif dengan menggunakan uji analisa seperti instron, teksturometer, dan viskoelastograf. Uji indrawi dilakukan dengan menyajikan nasi kepada 10-12 panelis (Haryadi, 2006).


(27)

12

2.1.3. Tingkat Penerimaan Konsumen

Kesukaan terhadap rasa terutama ditentukan oleh tingkat kepulenan, kemekaran, warna nasi, rasa, dan aroma nasi. Warna nasi dipengaruhi oleh derajat sosoh, kandungan amilosa, dan perubahan-perubahan selama penyimpanan beras. Derajat sosoh yang makin tinggi mengakibatkan makin banyak kulit ari yang terlepas sehingga warna beras jadi lebih putih. Menurut Juliano (1994) nilai warna dan kilap nasi mempunyai korelasi positif dengan kadar amilosa. Beras dengan kandungan amilosa yang tinggi cenderung menyerap air lebih banyak bila ditanak dan mengembang lebih besar sehingga warnanya lebih putih.

Rasa dan aroma nasi dipengaruhi oleh varietas padinya. Lama penyimpanan beras tidak mempengaruhi rasa nasi, tetapi mempenggaruhi baunya. Beras yang disimpan lebih lama memiliki bau lebih apek, yang masih tercium ketika sudah menjadi nasi. Rasa manis terutama dipengaruhi oleh kandungan gula reduksi pada nasi (Juliano, 1994).

Beberapa patokan berikut ini dapat digunakan dalam memilih beras yang baik, sebagai berikut (Moehyi, 1992):

1. Beras berwarna keputih-putihan dan sedikit mengkilat. Jangan dipilih beras yang warnanya agak keabu-abuan karena warna ini merupakan tanda bahwa beras disimpan ditempat yang lembab atau pernah basah. Warna beras yang agak kehijauan merupakan tanda bahwa beras itu berasal dari padi yang belum masak benar waktu digiling.

2. Butiran-butiran biji beras tampak utuh atau tidak banyak yang patah.


(28)

4. Beras tampak bersih dari kotoran seperti debu, ulat atau kutu beras, dan pasir.

2.1.4. Komposisi Gizi Beras

Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg (Astawan, 2004).

Komposisi kimia beras berbeda-beda bergantung pada varietas dan cara pengolahannya. Selain sebagai sumber energi dan protein, beras juga mengandung berbagai unsur mineral dan vitamin (Lihat Tabel 2.2). Sebagian besar karbohidrat beras adalah pati (85-90 %) dan sebagian kecil adalah pentosa, selulosa, hemiselulosa, dan gula. Dengan demikian, sifat fisikokimia beras ditentukan oleh sifat sifat fisikokimia patinya (Astawan, 2004).

Tabel 2.2 Komposisi Gizi Beras Beras Giling dan Nasi dari Beras Giling (dalam 100 gr bahan)

No Komposisi Gizi Beras Giling Nasi

1 Energi (Kal) 360 178

2 Protein (gr) 6,8 2,1

3 Lemak (gr) 0,7 0,1

4 Karbohidrat (gr) 78,9 40,6

5 Kalsium (mg) 6 5

6 Fosfor (mg) 140 22

7 Besi (mg) 0,8 0,5

8 Vitamin A (SI) 0 0

9 Vitamin B1 (mg) 0,12 0,02

10 Vitamin C (mg) 0 0

11 Air (gr) 13 57

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI, 1992

Deleted: ¶ ¶ ¶ ¶


(29)

14

2.1.5. Pengolahan Padi Menjadi Beras

Pegolahan padi di pabrik adalah proses menggiling menjadi beras. Gabah digiling untuk dibebaskan dari sekamnya yang menjadi dedak kasar dan beras yang dihasilkan disebut beras pecah kulit. Beras pecah kulit digiling lebih lanjut untuk membuang lembaga dan lapisan-lapisan permukaan biji. Hasilnya adalah beras giling dan dedak halus. Dedak halus merupakan limbah yang sangat kaya akan berbagai vitamin, lemak, protein dan mineral. Beras giling yang bersih dari lapisan-lapisan luar biji dan dari lembaga disebut beras giling sempurna. Untuk lebih menarik lagi, beras giling sempurna dapat digosok sehingga menjadi lebih mengkilap dan dapat juga kemudian dilapisi minyak dan disebut beras poles (Haryadi, 2006).

Derajat giling beras dinyatakan dengan efesiensi hasil gilingnya. Bila hasil beras giling 72 % dari beras asal gabahnya, dikatakan bahwa derajat giling beras tersebut 72 % atau derajat ekstraksinya 72 %. Teoritis derajat giling beras maksimal adalah 80 % karena kulit gabah merupakan 20 % dari berat seluruh biji. Jadi beras pecah kulit mempunyai derajat ekstraksi maksimal adalah 80 %. Semakin tinggi derajat ekstraksi beras akan semakin kaya beras tersebut akan zat-zat gizi, terutama berbagai jenis vitamin. Semakin tinggi derajat ekstraksi beras, semakin tinggi pula nilai gizinya tetapi sebaliknya beras demikian akan semakin mudah rusak diserang hama mikroba dan serangga karena zat-zat gizi yang tersedia akan merupakan tempat tumbuh yang subur, memberikan zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan hama tersebut (Haryadi, 2006).


(30)

2.1.6. Pengemasan Beras

Beras yang dipasarkan melalui pasar swalayan atau langsung ke konsumen biasanya dikemas dalam kantung plastik transparan atau karung plastik. Ukuran kemasan kantung plastik bervariasi dari 2,5-10 kg, sedangkan karung plastik 25-50 kg (Andoko, 2005).

Pada kemasan plastik transparan atau karung plastik biasanya ditampilkan nama produk dan logo atau gambar disalah satu sisi. Untuk sisi lainnya dicantumkan keterangan uji laboratorium dari lembaga tertentu yang menyebutkan bahwa beras tersebut bebas dari residu pestisida dan pupuk kimia serta kandungan gizinya (Andoko, 2005).

2.1.7. Penyimpanan Beras

Penyimpanan beras harus dilakukan dengan baik untuk melindungi beras dari pengaruh cuaca, mencegah hama, dan menghambat perubahan mutu serta nilai gizi beras. Penyimpanan beras dalam waktu yang lama dengan kondisi yang kurang baik akan menimbulkan kerusakan pada bau, dan rasa beras. Kerusakan ini terutama disebabkan ketengikan yang terjadi pada kandungan lemak beras sehingga menimbulkan bau apek. Bau apek dari beras giling yang telah lama disimpan disebabkan oleh senyawa karbonil yang bersifat tengik, yaitu senyawa-senyawa hasil oksidasi lemak dengan oksigen dari udara (Astawan, 2004).

Chrastil dalam Haryadi, 2006 menyatakan penyimpanan berpengaruh terhadap kenampakan, kelekatan, kepipihan, rasa, dan aroma nasi yang diperoleh. Beras dari padi yang baru dipanen, jika ditanak akan menjadi seperti bubur. Penyimpanan beberapa minggu dapat mengurangi kecenderungan biji pecah dan


(31)

16

lengket pada penanakan. Kelekatan, rasa, dan aroma menurun akibat penyimpanan, sedangkan kepipihan butiran nasi meningkat.

Faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam penyimpanan beras diantaranya adalah (Astawan, 2004) :

a. Kadar air

Kadar air dalam beras yang ditimbun merupakan sifat yang paling dominan mempengaruhi daya tahan beras untuk ditimbun tanpa menjadi rusak, busuk dan diserang oleh hama gudang. Beras dengan kadar air kurang dari 14 % akan lebih aman disimpan, sedangkan beras dengan kadar air lebih dari 14 % akan menyebabkan metabolisme mikroba dan perkembangbiakan serangga berjalan cepat. Penyimpanan pada suhu rendah akan lebih aman dibandingkan pada suhu tinggi. Beras giling akan mengalami perubahan rasa dan aroma jika disimpan pada suhu 150C selama 3-4 bulan. Beras yang dibungkus dengan kantung plastik dan disimpan pada suhu 8,5-13 0C masih mempunyai aroma dan rasa yang baik setelah disimpan lebih dari 7 bulan.

b. Kadar Butir Pecah (Patah)

Yang disebut butir pecah (patah) ialah biji beras pecah menjadi kurang dari ¼ ukuran biji asal butir beras tersebut. Permukaan pecahan sangat mudah diserang hama gudang, baik jasad renik maupun serangga. Jadi banyaknya biji pecah akan meningkatkan kemungkinan serangan oleh hama gudang. Pada umumnya batas kadar biji pecah ialah kurang dari 25 % dari beras tersebut.

Deleted: ¶ ¶


(32)

c. Kadar Butir Rusak

Yang disebut butir rusak ialah bila berwarna lain dari yang biasa. Warna biji beras normal ialah putih bening. Warna ini terdapat pada biji beras yang dipanen cukup masak, tidak muda.

d. Kadar Benda Asing

Benda asing ialah benda-benda bukan butir beras, misalnya butir tanah liat, kerikil, bagian-bagian tumbuhan, termasuk biji-biji lain yang bukan merupakan biji beras. Benda-benda asing ini sering terkontaminasi oleh jasad renik yang kemudian akan mencemari beras dan merusaknya menjadi busuk.

e. Faktor Gudang

Kondisi gudang juga sangat mempengaruhi kesanggupan beras untuk disimpan lama. Gudang yang kurang baik menyebabkan beras mudah menjadi rusak karena berbagai sebab. Gudang penyimpanan beras harus kering dan tidak mudah terkena banjir. Atap gudang harus utuh tidak bocor dan tidak boleh terdapat lubang yang dapat dilalui burung atau binatang lain untuk masuk kedalam gudang. Konstruksi gudang harus bebas dari tempat-tempat untuk hidup bersembunyi binatang mengerat seperti tikus dan untuk hidup serangga-serangga seperti kecoa. Bahkan konstruksi tidak boleh mudah terbakar.

f. Lama Waktu Penyimpanan

Tata penimbunan beras dalam karung didalam gudang harus teratur dan sistematik. Karung beras harus ditimbun dengan tertib dan bagian bawah dari tumpukan jangan langsung terletak diatas lantai, tetapi harus diberi alas kayu. Dalam mengeluarkan beras dari gudang, temukan beras yang lebih lama harus


(33)

18

paling dahulu dikeluarkan. Dengan demikian tidak ada beras yang terlalu lama disimpan di dalam gudang.

2.2. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi seseorang, menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka-panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Pada anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusukan kebutuhan energi termasuk kebutuhan untuk pembentukan jaringan-jaringan baru atau untuk sekresi ASI yang sesuai dengan kesehatan (Almatsier, 2003).

Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk: (1) metabolisme basal; (2) aktivitas fisik, dan (3) efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (Spesific Dynamic Action/SDA). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal (Almatsier, 2003).

2.2.1. Kebutuhan Energi Untuk Metabolisme Basal atau Angka Metabolisme Basal (AMB)

Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabololic Rate (BMR) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan untuk per-napasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal, pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di dalam sel-sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh. Kurang lebih dua pertiga energi yang dikeluarkan


(34)

seseorang sehari digunakan untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal tubuh. Angka metabolisme basal dinyatakan dalam kilokalori berat badan perjam. Angka ini berbeda antar orang dan mungkin pada orang yang sama bila terjadi perubahan dalam keadaan fisik dan lingkungan (Almatsier, 2003).

2.2.2. Kebutuhan Energi untuk Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik memerlukan energi diluar kebutuhan untuk metabolisme basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot memerlukan energi diluar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen keseluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada seorang yang kurus, karena orang yang gemuk membutuhkan usaha yang lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan (Almatsier, 2003).

2.2.3. Kebutuhan Energi untuk Pengaruh Termis Makanan atau Kegiatan Dinamik Khusus (Thermic Effect of foods atau Spesific Dynamic

Action/SDA)

Pengaruh termis makanan atau kegiatan dinamik khusus adalah energi tambahan yang diperlukan tubuh untuk pencernaan makanan, absorbsi dan metabolisme zat-zat gizi yang menghasilkan energi. SDA ini bergantung pada jumlah energi yang dikonsumsi, yaitu kurang lebih 10% kebutuhan energi untuk metabolisme basal dan untuk aktivitas fisik. Pengaruh termis makanan ini sering


(35)

20

dapat diabaikan, karena kontribusinya terhadap penggunaan energi lebih kecil daripada kemungkinan kesalahan yang dibuat dalam menaksir konsumsi dan pengeluaran energi secara keseluruhan (Almatsier, 2003).

2.2.4. Angka Kecukupan Energi bagi Bayi, Anak, dan Remaja

Penggunaan energi diluar AMB bagi bayi dan anak selain untuk pertumbuhan adalah untuk bermain dan sebagainya. Pada usia remaja (10-18 tahun), terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, disamping aktivitas fisik yang tinggi. Besar kecilnya angka kecukupan energi sangat dipengaruhi oleh lama serta intensitas kegiatan jasmani tersebut.

2.2.5. Tambahan Energi untuk Kehamilan dan Laktasi

Selama hamil, perempuan memerlukan tambahan energi untuk pertumbuhanm janin, plasenta dan jaringan tambahan lainnya. Tambahan yang diperlukan adalah 285 kkal/hari. Pada saat laktasi, seorang ibu memerlukan tambahan energi untuk memproduksi air susu ibu (ASI), untuk energi yang tersimpan didalam ASI sendiri. Dalam keadaan normal, pada periode 6 bulan pertama laktasi diharapkan seluruh atau sekurang-kurangnya 80% kebutuhan energi bayi dapat disediakan dari ASI. Disamping itu ibu juga perlu memelihara kesehatannya sesudah melahirkan. Tambahan keperluan energi ibu adalah sebesar 1,13 x AMB bayi atau kurang lebih 700 kkal/hari. Pada enam bulan kedua bayi sudah mendapat makanan tambahan disamping tetap mendapat ASI. Tambahan keperluan energi ibu adalah sebanyak 500 kkal/hari. Untuk tahun kedua, bila anak masih mendapat ASI, dianjurkan tambahan sebanyak 400 kkal/hari (Almatsier, 2003).


(36)

Tabel 2.3. Angka Kecukupan Energi Yang Dianjurkan (per orang per hari)

Golongan umur

Berat Badan

Tinggi Badan

Energi Golongan Umur

Berat Badan

Tinggi Badan

Energi

(kg) (cm) Kkal (kg) (cm) Kkal

0-6 bln 5,5 60 560 Wanita

7-12 bln 8,5 71 800 10-12 thn 35 140 1900

1-3 thn 12 90 1250 13-15 thn 46 153 2100

4-6 thn 18 110 1750 16-19 thn 50 154 2000 7-9 thn 24 120 1900 20-45 thn 54 156 2200

46-59 thn 54 154 2100

≥60 thn 54 154 1850

Pria Hamil +285

10-12 thn 30 135 2000 Menyusui

13-15 thn 45 150 2400 0-6 bln +700

16-19 thn 56 160 2500 7-12 bln +500

20-45 thn 62 165 2800

46-59 thn 62 165 2500

≥60 thn 62 165 2200

Sumber: Widya Karya Pangan dan Gizi, 1998

2.2.6. Sumber Energi

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber energi (Almatsier, 2003).

2.2.7. Akibat Kekurangan Energi

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan tubuh. Gejala yang ditimbulkan pada anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah,


(37)

22

cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi. Akibat berat pada bayi dinamakan marasmus.

2.2.8. Akibat Kelebihan energi

Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh, akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh, merupakan resiko untuk menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker, dan dapat memperpendek hidup (Almatsier, 2003).

2.3. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air.Fungsi protein adalah:

a. Pertumbuhan dan pemeliharaan

b. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh c. Mengatur keseimbangan air

d. Memelihara netralitas tubuh e. Pembentukan antibodi f. Mengangkut zat-zat gizi g. Sumber energi


(38)

2.3.1. Angka Kecukupan Protein

Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU(1985) adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan dan menyusui.

Tabel 2.4. Angka Kecukupan Protein yang Dianjurkan (per orang per hari)

Golongan umur

Berat Badan

Tinggi Badan

Protein Golongan Umur

Berat Badan

Tinggi Badan

Protein

(kg) (cm) (g) (kg) (cm) (g)

0-6 bln 5,5 60 12 Wanita

7-12 bln 8,5 71 15 10-12 thn 35 140 54

1-3 thn 12 90 23 13-15 thn 46 153 62

4-6 thn 18 110 32 16-19 thn 50 154 51

7-9 thn 24 120 37 20-45 thn 54 156 48

46-59 thn 54 154 48

≥60 thn 54 154 48

Pria Hamil +12

10-12 thn 30 135 45 Menyusui

13-15 thn 45 150 64 0-6 bln +16

16-19 thn 56 160 66 7-12 bln +12

20-45 thn 62 165 55

46-59 thn 62 165 55

≥60 thn 62 165 55

Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi, 1998

2.3.2. Sumber Protein

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lainnya.

Padi-padian dan hasilnya relative rendah dalam protein, tetapi karena dimakan dalam jumlah banyak, memberi sumbangan besar terhadap konsumsi protein sehari.


(39)

24

Menurut Biro Pusat Statistik tahun 1999, rata-rata 51,4% konsumsi protein sehari berasal dari padi-padian.

2.3.3. Akibat Kekurangan Protein

Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial konomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwasriokor pada anak-anak dibawah lima tahun. Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan dengan kekuarangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus (Almatsier, 2003).

2.3.4. Akibat Kelebihan Protein

Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Kelebihan protein biasanya memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menimbulkan asidisis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein (Almatsier, 2003).

2.4. Kerangka Konsep

Konsumsi Raskin

Sumbangan Energi &

Protein

Kecukupan Energi &

Protein l Konsumsi

Beras Non Raskin


(40)

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan metode survei yaitu untuk mengetahui seberapa besar sumbangan energi dan protein dari konsumsi raskin terhadap kecukupan gizi keluarga di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun.

Alasan pemilihan lokasi ini adalah belum pernah ada penelitian tentang konsumsi raskin sebelumnya dan dulunya daerah ini merupakan salah satu daerah surplus tanaman padi. Berdasarkan survei pendahuluan bahwa raskin yang disalurkan dengan kondisi berkutu, berdebu, butiran beras banyak yang patah, dan jika dikonsumsi rasanya tidak enak, didapati di daerah ini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan bulan Juni – Desember tahun 2009.

3.3. Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang menerima raskin di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun. Berdasarkan data


(41)

26

yang diperoleh dari Kepala Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun pada bulan Juni 2009, terdapat 146 KK yang mendapat raskin.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diperoleh dengan rumus:

) (

1 2

d N

N n

+ =

Dimana N = Besar populasi n = Besar sampel d = 0,10

) 1 , 0 ( 146 1

146 2 +

=

n

n = 59,34 = 59

Sehingga diperoleh besar sampel adalah 60 KK

Pengambilan sampel diperoleh dengan teknik simple random sampling Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil oleh peneliti terhadap seluruh anggota keluarga, berupa karakteristik keluarga dengan menggunakan kuesioner, dan data konsumsi makanan keluarga yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan formulir recall 24 jam. Sedangkan data sekunder meliputi data yang diperoleh dari kepala desa, dan instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian ini seperti puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun


(42)

3.5. Instrumen Penelitian

1. Formulir food recall 2. DKBM

3. Kuesioner

3.6. Defenisi Operasional

1. Konsumsi raskin adalah jumlah raskin dalam gram yang dikonsumsi oleh keluarga dalam sebulan

2. Konsumsi non raskin adalah jumlah beras jenis lain dalam gram yang dikonsumsi oleh keluarga dalam sebulan

3. Sumbangan energi raskin adalah banyaknya energi dari konsumsi raskin keluarga dalam sebulan

4. Sumbangan protein raskin adalah banyaknya protein dari konsumsi raskin oleh keluarga dalam sebulan

5. Sumbangan energi non raskin adalah banyaknya energi dari konsumsi beras jenis lain oleh keluarga dalam sebulan

6. Sumbangan protein non raskin adalah banyaknya protein dari konsumsi beras jenis lain oleh keluarga dalam sebulan

7. Angka kecukupan energi keluarga adalah jumlah/total kebutuhan energi terhadap anggota keluarga per bulan menurut WKPG (Widya Karya Pangan dan Gizi) tahun 1998

8. Kecukupan protein keluarga adalah jumlah/total kebutuhan protein terhadap anggota keluarga per bulan menurut WKPG (Widya Karya Pangan dan Gizi) tahun 1998


(43)

28

3.7. Aspek Pengukuran

Pengukuran konsumsi energi dan protein dilakukan dengan menggunakan recall 24 jam selama satu hari. Untuk mendapatkan data beras raskin dilakukan recall 24 jam di awal bulan ketika mereka mendapat raskin dan data non raskin didapat dengan recall 24 jam kembali ketika mereka mengkonsumsi beras non raskin yaitu pada pertengahan bulan. Dari hasil konsumsi tersebut datanya dikonversikan sesuai dengan DKBM dan dihitung kandungan energi dan protein kemudian hasilnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut WKPG.

Angka kecukupan gizi (AKG) keluarga adalah total dari AKG anggota keluarga.

Untuk menghitung besar sumbangan energi dan protein dari konsumsi raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga diperoleh dengan rumus :

% 100 arg arg x a Kelu Energi Kecukupan Angka Total a Kelu Raskin Konsumsi Dari Energi Total Raskin Energi Sumbangan = % 100 arg Pr arg Pr Pr x a Kelu otein Kecukupan Angka Total a Kelu Raskin Konsumsi Dari otein Total Raskin otein Sumbangan =

Untuk menghitung besar sumbangan energi dan protein dari konsumsi beras non raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga diperoleh dengan rumus :

% 100 arg arg x a Kelu Energi Kecukupan Angka Total a Kelu Raskin Non Konsumsi Dari Energi Total Raskin Non Energi Sumbangan = % 100 arg Pr arg Pr Pr x a Kelu otein Kecukupan Angka Total a Kelu Raskin Non Konsumsi Dari otein Total Raskin Non otein Sumbangan =


(44)

3.7. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan analisis deskriptif.


(45)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Geografis

Ditinjau dari letak geografisnya, Desa Mardingding termasuk di dalam wilayah Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun dengan luas wilayah 2.207 Km2. Desa Mardingding memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Naga Saribu b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Saribu Dolok c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Suka Dame d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Tamba Saribu

4.1.2. Demografi

a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

Jumlah penduduk Desa Mardingding berdasarkan data yang di peroleh dari Bidan Desa Tahun 2008 adalah 2.215 jiwa yang terdiri dari 1.105 orang laki-laki dan 1.110 orang perempuan, serta terdiri dari 561 kepala keluarga.

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2008.

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah %

1 0-4 250 11,3

2 5-14 312 14,1

3 15-24 207 9,3

4 25-55 1.337 60,4

5 >56 109 4,9

Jumlah 2.215 100,0


(46)

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada golongan umur 25-55 tahun yaitu sebanyak 1.337 jiwa (60,4%), dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada golongan umur >56 tahun yaitu sebanyak 109 jiwa (4,9%).

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Jumlah penduduk berdasarkan agama yang diperoleh dari data demografi Desa Mardingding tahun 2008 adalah seperti tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2008.

No Agama Jumlah %

1 Islam 3 0,1

2 Kristen Protestan 2019 91,2

3 Khatolik 193 8,7

4 Budha 0 0

5 Hindu 0 0

Jumlah 2.215 100,0

Sumber: Data Demografi Desa Mardingding, 2008

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk menganut Agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 2019 jiwa (91,2%), yang menganut Agama Khatolik sebanyak 193 jiwa (8,7%), yang menganut Agama Islam sebanyak 3 jiwa (0,1%), sedangkan yang menganut Agama Budha dan Hindu tidak ada.


(47)

32

c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Suku bangsa yang ada di Desa Mardingding berdasarkan data yang diperoleh bervariasi seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2008.

No Agama Jumlah %

1 Batak Toba 357 16,1

2 Batak Simalungun 1825 82,4

3 Batak Karo 30 1,4

4 Jawa 3 0,1

Jumlah 2.215 100,0

Sumber: Data Demografi Desa Mardingding, 2008

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk bersuku Batak Simalungun yaitu sebanyak 1825 orang (82,4%), sedangkan yang paling sedikit adalah Suku Jawa sebanyak 3 orang (0,1%).

d. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2008.

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 Belum Sekolah 250 11,3

2 Tidak Sekolah 17 0,8

3 Tidak Tamat SD 317 14,3

4 Tamat SD 530 23,9

5 SLTP 467 21,1

6 SLTA 607 27,4

7 D1 11 0,5

8 D3 9 0,4

9 S1 7 0,3

Jumlah 2.215 100,0


(48)

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk yang paling banyak adalah SLTA yaitu sebanyak 607 orang (27,4%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan S1 yaitu sebanyak 7 orang (0,3%).

e. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Desa Mardingding merupakan desa yang mata pencaharian utamanya adalah dari hasil pertanian sehingga jenis pekerjaan didominasi oleh petani.

Tabel 4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2008.

No Jenis Pekerjaan Jumlah %

1 Petani 302 24,6

2 Buruh Tani 906 73,9

3 PNS 7 0,6

4 Bidan 2 0,2

5 Pedagang 9 0,7

Jumlah 1226 100,0

Sumber: Data Demografi Desa Mardingding, 2008

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk yang paling banyak adalah sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 906 orang (73,9%), dan mata pencaharian yang paling sedikit adalah sebagai Bidan sebanyak 2 orang (0,2%).


(49)

34

4.2. Karakteristik Keluarga

4.2.1. Umur Kepala Keluarga (KK) dan Responden

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 60 KK, maka diperoleh umur Kepala Keluarga (KK) dan Responden seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Kepala Keluarga (KK) Dan Responden Berdasarkan Umur di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

Umur

(Tahun) KK

Responden No

n % n %

1 20-30 22 36,7 34 56,7

2 31-40 19 31,7 15 25

3 41-50 11 18,3 9 15

4 51-60 8 13,3 2 3,3

Jumlah 60 100,0 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa umur Kepala Keluarga (KK) yang paling banyak terdapat pada golongan umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 22 orang (36,7 %), dan yang paling sedikit terdapat pada golongan umur 53-63 tahun yaitu sebanyak 5 orang (8,3%).

Berdasarkan tabel 4.6 juga dapat diketahui bahwa umur responden yang paling banyak terdapat pada golongan umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 34 orang (56,7%), dan yang paling sedikit terdapat pada golongan umur 53-63 tahun yaitu sebanyak 1 orang (1,7%).


(50)

4.2.2. Agama

Agama yang dianut masyarakat di Desa Mardingding berdasarkan data yang diperoleh pada waktu penelitian umumnya adalah agama Kristen Protestan.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

No Agama Jumlah %

1 Islam 1 1,7

2 Kristen Protestan 51 85

3 Khatolik 8 13,3

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menganut Agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 51 jiwa (85%), dan yang paling sedikit menganut Agama Islam yaitu sebanyak 1 orang (1,7 %).

4.2.3. Suku Bangsa

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

No Suku Bangsa Jumlah %

1 Batak Toba 26 43,3

2 Batak Simalungun 32 53,3

3 Pakpak 1 1,7

4 Jawa 1 1,7

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bersuku Batak Simalungun yaitu sebanyak 32 orang (53,3 %), sedangkan yang paling sedikit adalah Suku Jawa dan Suku Pakpak sama-sama sebanyak 1 orang (1,7 %).


(51)

36

4.2.4. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 Tidak Pernah Sekolah 2 3,3

2 SD 11 18,3

3 SLTP 19 31,7

4 SLTA 28 46,7

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah SLTA yaitu sebanyak 28 orang (46,7%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 2 orang (3,3%).

4.2.5. Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) dan Responden

Jenis pekerjaan pada umumnya adalah petani dan hanya sedikit yang pekerjaannya selain bertani.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan KK di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

KK Responden

No Jenis Pekerjaan

n % n %

1 Buruh Tani 57 95 56 93,3

2 Pedagang 3 5 4 6,7

Jumlah 60 100,0 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa mata pencaharian Kepala Keluarga (KK) yang paling banyak adalah sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 57 orang (95%), dan mata pencaharian yang paling sedikit adalah pedagang sebanyak 3 orang (5 %).


(52)

Berdasarkan tabel 4.10 juga menunjukkan bahwa mata pencaharian Ibu Rumah Tangga (IRT) yang paling banyak adalah sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 56 orang (93,3 %), dan mata pencaharian yang paling sedikit adalah sebagai pedagang sebanyak 4 orang (6,7 %).

4.2.6 Jumlah Anggota Keluarga

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

No Jumlah Anggota Keluarga Jumlah %

1 ≤4 40 66,7

2 5-7 20 33,3

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki ≤4 anggota keluarga yaitu sebanyak 40 keluarga (66,7%) dan yang memiliki 5-7 anggota keluarga sebanyak 20 keluarga (33,3%).

4.2.7 Tingkat Pendapatan Keluarga

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga Per Bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

No Pendapatan per Bulan

(Rp) Jumlah %

1 ≤ 750.000 13 21,7

2 751.000-1.000.000 39 65

3 > 1.000.000 8 13,3

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak yaitu 39 orang (65%) mempunyai pendapatan per bulan sebesar Rp. 751.000,- 1.000.000, dan responden yang paling sedikit yaitu 8 orang (13,3 %) mempunyai pendapatan per bulan sebesar > Rp.1.000.000


(53)

38

4.3 Konsumsi Energi dan Protein dari Raskin dan Beras Non Raskin

Dari hasil pengukuran konsumsi makanan keluarga dengan menggunakan food recall 24 jam terhadap raskin dan non raskin maka diperoleh data konsumsi energi dan protein keluarga.

4.3.1 Jumlah Raskin Yang Diterima/Bulan

Distribusi responden berdasarkan banyaknya raskin yang di terima per bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009 adalah bahwa seluruh responden sebanyak 60 orang (100%) mendapat raskin/bulan sebanyak 15 kg/kk.

4.3.2 Kondisi Raskin

Distribusi responden berdasarkan kondisi beras yang diterima di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun tahun 2009 adalah bahwa seluruh responden sebanyak 60 orang (100%) menerima beras raskin dengan kondisi tidak baik seperti butiran beras banyak yang patah, berkutu, warna coklat dan kekuning-kuningan dan jika dikonsumsi rasanya tidak enak.

4.3.3. Harga Beras Raskin Yang Dibayar/Bulan

Distribusi Responden berdasarkan harga beras raskin yang dibayar per bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun tahun 2009 adalah bahwa seluruh responden sebanyak 60 orang (100%) membeli raskin sebesar Rp. 35.000,00 / 15 kg.


(54)

4.3.4 Pendapat Tentang Rasa Beras Raskin

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan rasa setelah mengkonsumsi raskin Di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

No Rasa Raskin Jumlah %

1 Rasanya enak 4 6,7

2 Rasanya tidak enak 56 93,3

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa sebanyak 56 orang (93,3%) berpendapat rasa beras raskin tidak enak, dan sebanyak 4 orang (6,7) menyatakan rasa beras raskin enak.

4.3.5. Anggota Keluarga Yang Mengkonsumsi Raskin

Distribusi responden berdasarkan siapa saja anggota keluarga yang mengkonsumsi raskin di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun tahun 2009 adalah bahwa seluruh anggota keluarga (100%) mengkonsumsi raskin.

4.3.6. Rata-rata Banyaknya Raskin dan Non Raskin Yang di Konsumsi per Bulan

Tabel 4.14. Rata-Rata Banyaknya Raskin dan Non Raskin Yang di Konsumsi Keluarga per Bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

No Beras Kg/bln

1 Raskin 9,82

2 Non Raskin 21,66

Total 31,48

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa rata-rata banyaknya raskin yang dikonsumsi dari jatah beras yang didapat per bulan adalah sebesar 9,82 kg, dan rata-rata banyaknya beras non raskin yang dikonsumsi per bulan adalah 21,66 kg.


(55)

40

4.3.7. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein dari Raskin dan Non Raskin per Bulan

Tabel 4.15. Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein dari Raskin dan Non Raskin per Bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

Beras/bln Energi (kkal) Protein (gr)

Raskin 31.985,6 363,1

Non Raskin 84.167,3 802,6

Total 116.152,9 1.165,7

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa rata-rata konsumsi energi dari raskin per KK per bulan adalah sebesar 31.985,6 kkal, sedangkan dari beras non raskin yang dikonsumsi adalah sebesar 84.167,3 kkal per bulan.

Dari tabel 4.15 dapat juga diketahui bahwa rata-rata konsumsi protein dari raskin per KK per bulan adalah sebesar 363,1 gr, sedangkan dari beras non raskin adalah sebesar 802,6 gr per bulan.

4.3.8. Rata-rata Sumbangan Energi dan Protein dari Raskin dan Non raskin Terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) per bulan

Tabel 4.16. Rata-Rata Sumbangan Energi dan Protein dari Konsumsi Raskin dan Non Raskin Terhadap Angka Kecukupan Gizi Keluarga per Bulan di Desa Mardingding Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Tahun 2009.

Beras/bln Energi (%) Protein (%)

Raskin 14,43 7,32 Non Raskin 29,00 14,87

Total 43,43 22,19

Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa rata-rata sumbangan energi dari raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga per bulan adalah sebesar 14,43 %, dan rata-rata sumbangan energi dari beras non raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga per bulan adalah adalah 29,00 %.


(56)

Dari tabel 4.16 juga dapat diketahui bahwa rata-rata sumbangan protein raskin dari jatah beras yang didapat per bulan adalah sebesar 7,32%, dan rata-rata sumbangan protein dari beras non raskin yang dikonsumsi per bulan adalah sebesar 14,87%. Maka sumbangan total energi dari raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga per bulan adalah 43,43 %, sedangkan total proteinnya adalah 22,19%.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sumbangan energi minimal dari raskin per bulan adalah 7,86 % dan maksimal 23,91 %, sedangkan dari beras non raskin sumbangan energi minimal adalah 18,44 % per bulan dan maksimal 46,1 % per bulan. Sumbangan energi total minimal dari raskin dan non raskin per bulan adalah 30,55 % dan maksimal adalah 64,43 %. Sumbangan protein minimal dari raskin per bulan adalah 3,70 % dan maksimal 10,17 % sedangkan dari beras non raskin sumbangan protein minimal adalah 9,60 % per bulan dan maksimal 24,35 % per bulan. Sumbangan protein total minimal dari raskin dan non raskin per bulan adalah 14,18 % dan maksimal adalah 28,11 % per bulan.


(57)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein dari Raskin dan Non Raskin per Bulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa banyaknya raskin yang diterima oleh setiap keluarga per bulan adalah 15 kg dengan harga Rp. 35.000,00. Dengan menggunakan recall 24 jam diperoleh hasil bahwa rata-rata banyaknya raskin yang dikonsumsi dari jatah beras yang didapat per bulan adalah sebesar 9,82 kg/kk, sedangkan dari non raskin sebanyak 21,66 kg/kk. Maka, rata-rata banyaknya konsumsi total beras dari raskin dan non raskin adalah 31,48 kg /kk/bulan. Dari rata-rata banyaknya raskin yang dikonsumsi oleh masyarakat sebanyak 9,82 kg/kk berarti ada sebanyak 5,18 kg yang tidak dikonsumsi atau bersisa. Sisa dari beras raskin yang tidak dikonsumsi umumnya diberikan ke hewan peliharaan atau dibuang oleh masyarakat tersebut. Ditinjau dari segi konsumsi energi dan protein beras bahwa rata-rata konsumsi energi dari raskin per bulan adalah 31.985,6 kkal, sedangkan dari beras non raskin adalah 84.167,39 kkal per bulan. Sementara rata-rata konsumsi protein dari raskin per KK per bulan adalah sebesar 363,1 gr, sedangkan dari beras non raskin adalah sebesar 802,6 gr per bulan. Jika dihitung banyaknya energi beras raskin dari jatah beras per bulan maka seharusnya energinya adalah 54.000 kkal/kk dan proteinnya adalah 1.020 gr/kk setiap bulannya. Banyaknya raskin yang tidak dikonsumsi oleh masyarakat disebabkan oleh kondisi raskin yang diterima oleh masyarakat berkualitas kurang baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan


(58)

oleh peneliti bahwa sebagian besar menyatakan kondisi beras yang mereka terima berkutu, warna coklat, butiran beras banyak yang patah dan jika dikonsumsi rasanya tidak enak. Mereka menyebutkan bahwa kondisi beras yang mereka terima setiap bulannya berbeda-beda, kadang di bulan ini lumayan bagus tapi pada bulan berikutnya kondisi beras yang mereka terima kualitasnya tidak baik. Pada umumnya mereka menyatakan rasa dari beras raskin setiap bulannya tidak enak. Berbeda halnya dengan beras non raskin. Jenis beras non raskin yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah beras Sidikkalang, beras Siramos dan beras merah. Harga beras non raskin yang paling murah di daerah ini adalah Rp. 6000,00 per satu liter beras. Dilihat dari segi kualitas, beras non raskin ini jauh lebih baik dari beras raskin. Hal ini menunjukkan bahwa ketidaksukaan terhadap raskin merupakan faktor yang mempengaruhi beras tidak seluruhnya dikonsumsi. Walaupun demikian pada umumnya mereka menyebutkan bahwa program raskin yang dijalankan oleh pemerintah tetap membantu masyarakat karena dapat mengurangi beban ekonomi mereka.

Kesukaan terhadap rasa terutama ditentukan oleh tingkat kepulenan, kemekaran, warna nasi, rasa, dan aroma nasi. Warna nasi dipengaruhi oleh derajat sosoh, kandungan amilosa, dan perubahan-perubahan selama penyimpanan beras. Rasa dan aroma nasi dipengaruhi oleh varietas padinya. Lama penyimpanan beras tidak mempengaruhi rasa nasi, tetapi mempenggaruhi baunya. Beras yang disimpan lebih lama memiliki bau lebih apek, yang masih tercium ketika sudah menjadi nasi (Juliano 1994).


(59)

44

5.2. Rata-Rata Sumbangan Energi dan Protein dari Konsumsi Raskin dan Non Raskin terhadap Angka Kecukupan Gizi Keluarga per Bulan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa rata-rata sumbangan energi dari raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga per bulan adalah sebesar 14,43 %, sedangkan dari beras non raskin adalah 29,00 %. Dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa rata-rata sumbangan protein raskin dari jatah beras yang didapat per bulan adalah sebesar 7,32%, dan rata-rata sumbangan protein dari beras non raskin yang dikonsumsi per bulan adalah sebesar 14,87 %.

Jika kualitas beras raskin tidak baik maka sumbangan energi dan protein juga akan berkurang, hal inilah yang menyebabkan sumbangan energi dan protein dari beras raskin rendah.

Menurut Astawan (2004) kondisi beras raskin yang berkualitas tidak baik mereka terima disebabkan oleh cara penyimpanan di gudang Bulog yang tidak bagus, adanya benda-benda asing yang mencemari beras, kadar butir rusak, kadar air. Menurut Chastil dalam Haryadi (2006) menyatakan penyimpanan berpengaruh terhadap kenampakan, kelekatan, kepipihan, rasa, dan aroma nasi yang diperoleh. Beras dari padi yang baru di panen, jika ditanak akan seperti bubur.

Jika dibandingkan dengan mutu beras yang ditetapkan oleh Bulog bahwa seharusnya beras raskin yang didistribusikan harus memenuhi persyaratan kualitatif yang meliputi bau, hama penyakit dan bahan kimia. Disyaratkan bahwa pada semua tingkatan mutu, beras tidak boleh mengandung tanda-tanda keberadaan hama atau penyakit hidup, telur, kepompong, atau jamur baik dalam bentuk spora maupun


(60)

miselia. Persyaratan kuantitatif yang ditetapkan oleh Bulog menyangkut perlakuan perlakuan akibat lepas panen seperti waktu distribusi, penyimpanan, dan lain-lain.

Hasil penelitian oleh tim evaluasi dan pemantauan harga Bulog Sub Drive X (2003) menyatakan bahwa kualitas beras yang jelek akibat dampak hujan sehingga padi yang siap panen terkena hujan pada siang dan malam.

Selain faktor pendapatan yang rendah juga akan semakin mengurangi sumbangan energi dan protein terhadap angka kecukupan gizi keluarga. Masalah kebiasaan penduduk yang dulunya mengkonsumsi beras dari hasil panen sendiri yang rasa berasnya jauh lebih enak dibandingkan dengan beras yang mereka dapatkan sekarang juga merupakan salah satu faktor yang memicu rendahnya sumbangan energi dan protein terhadap angka kecukupan gizi keluarga. Dimana menurut Juliano (1994) mutu rasa lebih banyak ditentukan oleh faktor subjektif, yang dipengaruhi oleh daerah, suku bangsa, lingkungan, pendidikan, tingkat golongan dan jenis pekerjaan konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa rata-rata sumbangan total energi dari raskin dan non raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga per bulan adalah sebesar 43,43%, sedangkan rata-rata sumbangan total protein dari raskin dan non raskin adalah 22,19 %.

Hasil Rumusan Semiloka Penyusunan Kebijakan Perberasan (2000) menyebutkan bahwa beras menyumbang sekitar 60-65 persen dari total konsumsi energi. Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUSG) bahwa setengah dari kebutuhan energi kita berasal dari karbohidrat. Dapat diketahui bahwa sumbangan energi dari raskin masih sangat rendah dan belum memenuhi pesan dari PUSG.


(61)

46

Padi-padian dan hasilnya relatif rendah dalam protein. Tetapi karena dimakan dalam jumlah banyak memberikan sumbangan besar terhadap konsumsi protein sehari. Menurut catatan Biro Pusat Statistik tahun 1999, rata-rata 51,4 % konsumsi protein sehari penduduk Indonesia berasal dari padi-padian. Berdasarkan hasil penelitian bahwa sumbangan protein dari beras masih sangat rendah sama halnya dengan sumbangan energinya.

Rendahnya sumbangan energi dan protein dari beras akan memicu tingginya masalah gizi masyarakat, mengingat sumber utama energi dan protein khususnya bagi golongan miskin berasal dari beras maka besar kemungkinan mereka akan cenderung kekurangan energi yang jika dibiarkan berlarut-larut akan berbahaya bagi kesehatan. Apalagi mayoritas penduduk di daerah tersebut mayoritas bekerja sebagai petani yang menguras banyak energi.

Jika dilihat dari segi georafisnya desa ini merupakan salah satu daerah pertanian dengan tanah yang subur. Selain padi, didaerah ini juga banyak terdapat tanaman sumber karbohidrat lain seperti ubi jalar, jagung dan lain-lainnya. Faktor lain yang memicu rendahnya sumbangan energi dan protein dari beras adalah kurangnya kreativitas memasak dari ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian bahwa seluruh keluarga tidak ada yang mencampur raskin dengan non raskin sehingga rasa dari nasi yang mereka konsumsi tidak enak.

Keadaan kecukupan energi yang defisit sangat berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari, ini berarti bahwa produktivitas dalam melakukan kerja akan menurun. Jika keadaan defisit energi ini


(62)

terus berlanjut dalam waktu yang lama akan berlanjut menjadi penyakit, khususnya bagi balita yang akan menyebabkan terjadinya gizi buruk.

Kemiskinan merupakan penyebab kecukupan energi keluarga berada pada kategori defisit, akibatnya anggota keluarga tidak memperoleh energi yang sesuai dengan tingkat energi yang dianjurkan. Rendahnya pendapatan keluarga menjadi faktor yang sangat mempengaruhi rendahnya konsumsi pangan dalam keluarga. Penghasilan yang diperoleh tidak sesuai dengan kenaikan harga bahan pokok yang sekarang ini terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyanto tahun 2002, yang menyatakan bahwa kelompok masyarakat yang kehidupannya sulit, rentan terhadap kekurangan gizi energi dan protein.


(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Rata-rata konsumsi energi dari raskin per bulan adalah 31.985,6 kkal, sedangkan dari non raskin adalah 84.167,3 kkal

2. Rata-rata konsumsi protein dari raskin per bulan adalah 363,1 gr, sedangkan dari non raskin adalah 802,6 gr

3. Rata-rata sumbangan energi dari raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga per bulan adalah 14,43 % , sedangkan dari non raskin adalah 29,00 %

4. Rata-rata sumbangan protein dari raskin terhadap angka kecukupan gizi keluarga per bulan adalah 7,32 % , sedangkan dari non raskin adalah 14,87 %

5. Rata-rata sumbangan energi total dari raskin dan non raskin terhadap kecukupan gizi keluarga per bulan adalah 43,43% , sedangkan proteinnya adalah 22,19%

6. Sumbangan energi dan protein dari konsumsi raskin terhadap kecukupan gizi keluarga masih sangat rendah

6.2. Saran

1. Kepada petugas gizi Puskesmas Seribu Dolok agar melakukan penyuluhan tentang gizi khususnya tentang energi dan protein, penyuluhan tentang bahan makanan sumber karbohidrat lain selain beras misalnya ubi jalar, jagung dan lainnya yang sangat banyak terdapat di daerah tersebut.


(64)

2. Kepada pihak Bulog agar lebih memperhatikan proses penyimpanan beras, pembelian gabah yang baik, dan pendistribusian beras untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas raskin agar lebih layak dikonsumsi.


(1)

56


(2)

50 I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Kepala keluarga :

2. Umur :

3. Jenjang Pendidikan Formal yang pernah ditamatkan suami: a. Tidak pernah sekolah

b. SD

c. SLTP

d. SLTA

e. Akademi/Perguruan Tinggi 4. Jenjang Pendidikan Formal yang pernah ditamatkan istri:

a. Tidak pernah sekolah

b. SD

c. SLTP

d. SLTA

e. Akademi/Perguruan Tinggi 5. Pekerjaan Suami:

a. Tidak bekerja b. Petani c. Pedagang

d. Lain-lain, sebutkan: 6. Pekerjaan Istri:


(3)

51

a. Tidak bekerja b. Petani c. Pedagang

d. Lain-lain, sebutkan: 7. Suku:

a. Batak Simalungun

b. Jawa

c. Batak Karo d. Batak Toba

e. Lain-lain, sebutkan: 8. Agama

a. Islam b. Kristen Protestan c. Kristen Khatolik d. Hindu

e. Budha

9. Penghasilan per bulan: Rp. 10. Jumlah anggota keluarga


(4)

II. PERTANYAAN :

1. Kondisi beras raskin yang diterima oleh ibu a. Baik

b. Tidak Baik (berkutu, warna coklat dan kekuning-kuningan, berdebu, butirannya banyak yang patah, berjamur)

2. Bagaimana tindakan ibu jika beras raskin yang ibu terima memiliki kondisi salah satu atau lebih seperti : berkutu, butirannya banyak yang patah, berdebu, berwarna kekuning-kuningan, rasanya tidak enak?

a. Tetap dikonsumsi

b. Sebagian dikonsumsi dan sebagian lagi diberikan kehewan peliharaan/dibuang

c. Seluruhnya diberikan ke hewan peliharaan atau dibuang

3. Selain beras, apa saja jenis makanan pokok pengganti nasi yang ibu ketahui? a. Jagung, ubi, talas

b. Tidak ada

4. Apa yang ibu lakukan jika raskin yang ibu terima tidak cukup untuk kebutuhan keluarga?

a. Membeli beras ke warung/toko penjual beras b. Menggantinya dengan ubi, jagung, singkong, talas c. Menghemat jatah beras raskin yang ada

5. Bagaimana tindakan ibu, jika raskin yang ibu masak bersisa? a. Menyimpannya untuk dimakan lagi

b. Membuang atau memberi kepada hewan peliharaan


(5)

53

c. Tidak tahu

6. Berapa kg raskin yang ibu terima setiap bulan? a. 15 kg

b. Lain-lain (………kg)

7. Apakah beras yang disubsidi oleh pemerintah dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga ibu?

a. Ya b. Tidak

8. Secara umum, bagaimana pendapat anggota keluarga ibu terhadap rasa beras raskin?

a. Rasanya enak b. Rasanya tidak enak

9. Nama beras yang ibu beli selain beras raskin

Nama Beras Harga/Kg Banyaknya(Kg)

10.Berapa harga beras raskin yang ibu terima setiap bulannya? a. >Rp.35.000

b. Rp. 35.000 c. <Rp.35.000


(6)

11.Siapa saya yang mengkonsumsi beras raskin di rumah ibu?

No anggota keluarga yang mengkonsumsi raskin

anggota keluarga yang tidak mengkonsumsi

raskin

12.Dalam memasak nasi apakah ibu mencampur beras raskin dengan non raskin? a. Ya

b. Tidak

13. lamanya beras habis per bulan

Jenis Beras Lama habis/bln Beras raskin

Beras non raskin

Jumlah